9. Aaron dan Gitar

47 13 27
                                    

"Hidup penuh dengan teka-teki, namun dirimu mampu melebihi teka-teki yang selama ini ku pecahkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hidup penuh dengan teka-teki, namun dirimu mampu melebihi teka-teki yang selama ini ku pecahkan."

Theodorus Aditama Sudewa

⑅⑅⑅

Gadis dengan daster biru dongker itu berdecak kesal, pasalnya ada pesan masuk sore ini dari laki-laki setan yang selalu mengganggunya. Wanita paru baya yang berdiri di sebelahnya, membantu membuatkan kue kering selalu saja meliriknya.

"Kamu ada masalah, Tha? Mama lihat murung terus gitu, nanti jadi bebek gimana?" Goda wanita itu, seraya menguleni adonan yang ada di mangkuk besar.

Aretha, gadis itu hanya berdeham singkat. Dia memilih untuk mencetak adonan menjadi bentuk yang bermacam-macam, "Ma, kue ini buat apa? Takjil Minggu depan?"

"Iya nak, Mama sama teman-teman Mama di gereja udah janjian buat beberapa camilan, minuman sama makanan untuk berbuka. Kamu sama anak Morpheus bantu bagi-bagi, ya?" Ujar sang Ibu dengan senyum yang mengembang.

Aretha mengerutkan keningnya, tangannya masih sibuk mencetak beberapa adonan, "Morpheus? Geng motornya Dewa?"

Wanita itu hanya berdeham bernada, mengiyakan pertanyaan Aretha. Gadis itu mengerjap, dia hanya tahu Theo adalah anak geng motor dari jaket kulit yang pernah ia pakai berkunjung kerumahnya.

Ting tong!!

Ting tong!!

"Tha, buka gih pintunya? Tangan Mama kotor banget ini." Aretha tersentak, mengangguk kecil lalu segera mencuci tangannya. Dia membiarkan celemek menempel di tubuhnya.

Bel rumah terus saja berbunyi, membuat Aretha kesal. Jika bel rumahnya rusak, dia pastikan sang pelaku menggantinya, "Siapa sih, set-"

"Lo?!" Aretha melebarkan matanya, dia melihat laki-laki dengan senyum lebar di depannya. Di belakang punggung laki-laki itu, terlihat seperti membawa tas sekolah.

"Lo ngapain ke sini, setan?! Udah gue bilang, gak usah. Gue potong masa depan lo, sini," geram Aretha, membuat laki-laki di depannya hanya tertawa lalu mengacak rambut Aretha begitu saja.

"Gue itu tamu, dan tamu adalah raja. Lo mau biarin raja tampan ini berdiri terus di depan pintu?" Aretha tertegun sejenak, dia menepi membiarkan laki-laki itu masuk daripada Ibunya mengoceh nanti.

"Loh, nak Aaron ..., maaf ya, tangan tante kotor jadi gak bisa salaman. Tha, buatin minum gih, Mama mau lanjutin dulu, di temenin tuh Aaron." Aretha menganga, jari telunjuknya menunjuk dadanya. Mau tak mau dia menurut pada Ibunya, menyeret tubuhnya dengan punggung yang lemas.

Aaron adalah laki-laki menyebalkan yang datang tak di undang, pulang tak di antar karena naik motor sendiri. Laki-laki itu mendudukkan dirinya di sofa empuk, dengan kaus putih dan jaket kulitnya.

BonaventuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang