"Aku jatuh cinta, tapi pada orang yang salah. Sekarang, aku merasakannya kembali hanya suara kita yang salah."
❝Zackary Alejandro❞
⑅⑅⑅
"Baaa!! Yah ..., gak kaget ya lo, Tha," ucap Aaron lemas ketika melihat wajah Aretha yang biasa saja. Padahal, tadi Aaron mengendap-endap di belakang bangku kelas Aretha.
"Pada umumnya, jantung yang mati rasa bisa memilih jalannya sendiri, ingin hidup kembali atau diam dalam kematian itu," ujar Aretha dengan buku kimia di tangannya, dia membuka per lembar membacanya dengan seksama.
Aaron termangu, memandangi wajah Aretha yang terlihat santai. Ia menjatuhkan badannya di kursi bersebelahan dengan Aretha, "Jadi, lo mati rasa?"
"Menurut lo?"
"Iya," jawab Aaron mantap, memandangi mejanya yang kosong dan bersih. Hanya tatapan kosong yang tersirat di dalam sana.
"Bagus. Karena hari ini presentasi jadi, bersaing secara sehat," tantang Aretha, menutup buku kimianya. Bel masuk sudah berbunyi barusan, dan itu menjadi akhir dari percakapan Aaron.
***
"Jadi, Aretha. Silakan, perwakilan kelompok mu dua anak mempresentasikan hasil diskusi kalian, minggu kemarin," titah sang guru, dengan perawakan pendek dan berisi.
Aretha menggeser kursi yang dia duduki, dia maju dengan teman kelompoknya. Awalnya Aretha tampak gugup, dia sering membuang napasnya dengan kasar.
Aaron mengangkat alisnya sebelah, ia menyandarkan punggungnya melihat Aretha yang presentasi pertama kali di hadapan kelas B. Presentasi bagi Aaron adalah hal yang membosankan, membuang-buang waktunya.
Ketika Aretha dan temannya menerangkan hasil diskusinya, Aaron malah terlihat tengah mengoceh di belakang sana dengan beberapa laki-laki yang mengenal Aaron.
Aretha bukan orang yang memiliki kesabaran yang tak terbatas, dia paling tidak suka ada orang yang tidak menghargainya dan temannya sedang menerangkan hasil pekerjaannya.
"Ron! Hargai kelompok gue yang lagi presentasi!" Tegas Aretha, membuat satu kelas menjadi diam. Gurunya saja diam, karena guru tersebut tahu siapa Aretha, bagaimana Aretha, dan apa yang Aretha inginkan.
Aaron menatap Aretha polos, seakan-akan tidak berdosa. Sebelah bibirnya terangkat dan inilah si pelawak yang tidak tahu jenis lawakannya, "Mau di hargai? Sini, gue hargai, mau berapa rebu? Lima ratus rebu bisa gak?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bonaventura
Teen FictionREVISI SETELAH END !!! ⚠️Follow kalau mau baca⚠️ ⚠️Kalau udah di baca, minimal vote & komen⚠️ ⚠️Kalau ada yg plagiat, lapor segera⚠️ Penuh dengan kegilaan, kesadisan, kekerasan, yang sangat-sangat-sangat di sarankan untuk di dampingi orang tua!!! Aa...