27. Kebiasaan

22 8 0
                                    

"Persahabatan yang di bangun dengan cinta dan kasih, tidak akan pernah bisa di putuskan apalagi di hancurkan."

OZORA

⑅⑅⑅

"Jadi lo udah sadar?"

"Iya ..."

Obrolan serius kini telah usai antara Theo dan Aaron, dengan jawaban yang mantap dan meyakinkan. Theo dan teman-temannya memaafkan Aaron, tidak baik juga menjaga jarak terlalu jauh dengan sang kapten, pikir Theo.

"Ya, setidaknya yang jomblo tinggal 3 disini?" Ujar Kent yang bersandar lemas pada punggung sofa markas, membuat John mengangguk kecil mengiyakan.

"Lah, Zack?"

"Iya bos, dia cemiwaw sama Rebecca," goda John yang berlagak alay nan lebay, membuat Aretha mual di buat-buat.

Hari terus berlalu, waktu berjalan dengan cepat, Aaron tertinggal informasi dari teman-temannya. Untung saja Theo dan Kent menjelaskan apa yang Morpheus alami, jadi Aaron bisa mencari solusi atas masalah yang belum terselesaikan.

"Bentar lagi Arvin ultah 'kan?" Tanya Aretha, setelah meletakkan beberapa cangkir kopi di bantu oleh Rebecca. Aaron hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengingat tanggal kelahiran anak angkatnya itu.

"Bukannya bagus kalo buat acara gede di hotel? 5 tahun 'kan? Buat kenangan, nanti 5 tahun kedepan gitu lagi," imbuh Zack yang memakan camilan yang di bawa Rebecca untuk anak-anak Morpheus.

Lagi-lagi Aaron hanya mengangguk, jika dipikir lagi uang tabungannya cukup untuk acara Arvin. Tapi Aaron tidak yakin akan hal tersebut, pasti Ayahnya akan menanggung" semua masalah keuangan. Padahal, ia ingin membahagiakan Arvin dengan uangnya sendiri. "Ya, semoga aja Yanda ijinin."

Obrolan mereka tidak terlalu lama, setelah meminum kopi dan merokok yang tempatnya jauh dari para perempuan, Aaron dan teman-temannya berniat untuk segera pulang. Aaron yang posisinya berboncengan dengan Aretha hanya diam, tidak mengobrol sama sekali. Bahkan saat Aaron berhenti di salah satu mini market, Aretha hanya diam menunggu di atas motor Aaron.

Malam ini terasa letih untuk Aretha, moodnya berantakan. Kadang senang, kadang sedih, bingung, dan lain sebagainya. "Tha ..., udah sampai. Mau sampai kapan lo duduk di motor gue?" Suara Aaron yang ringan itu membuyarkan lamunan Aretha.

"Eh ..., ah ..., maaf, gak fokus tadi," jawab Aretha. Dia segera turun lalu mengembuskan napas pelannya ketika kedua kakinya menapak di tanah.

"Ini buat lo, gue gak lupa tanggalnya. Mood lo pasti lagi berantakan, dari tadi diem terus gak fokus. Kalau telat, kabari gue. Minum air putih yang banyak, jangan kebanyakan makan pedes, kalau perut lo sakit bisa lo kompres pake air hangat atau minum obat, udah ada di kantong plastik ini, jangan banyak pikiran." Aretha mengerjap, menerima kantung plastik yang Aaron sodorkan ke arahnya.

Kebiasaan Aaron, walau aneh tapi rasanya, hangat ...

Bibir Aretha tersenyum tipis, dia memandangi kantung plastik warna hitam itu. Tepat seperti dugaannya, apa yang Aretha butuhkan selalu sama. "Aaron ..."

"Yes beauty? Ada yang salah?" Tanya Aaron pelan. Nadanya melembut, membuat Aretha semakin senang dengan Aaron yang sekarang. Tidak ada Aaron setan, hanya ada Aaron yang lembut seperti marshmallow.

BonaventuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang