🥀
Clarisa mengemudikan mobilnya dengan pelan, dengan setelan Blezer rapi yang melekat pada gadis itu sambil menyusuri jalanan perkotaan yang padat bersama marcedes miliknya.
Tujuannya saat ini adalah perusahaan cabang Flo, sudah lama rasanya ia tak mengunjungi kantor miliknya itu.
Setibanya di kantor, Clarisa langsung di sambut dengan penuh hormat oleh semua karyawan.
"Selamat datang kembali nona" ucap mereka membungkuk hormat.
Clarisa melangkah dengan tenang menuju ruangan miliknya. Dengan kantor semegah ini, tak mungkin jika desain interior ruangan miliknya tak kalah mewah. Namun semewah-mewahnya ruangan, siapa yang menyangka jika seisi ruang pribadinya itu terbuat dari emas.
Tok...Tok..Tok...
"Masuk" jawab Clarisa yang tengah duduk di kursi kebesarannya sambil membaca beberapa dokumen di atasnya.
Dua orang pria segera membuka pintu dengan perlahan, sambil menunduk takut keduanya saling mendorong untuk berbicara kepada Clarisa.
"Ada apa?" Tanya Clarisa singkat penuh karisma mampu membuat kedua pria itu mati kutu.
"Bagaimana ini, kita telah membuat masalah yang besar" bisik salah seorang pria
"Bukankah kita harus berlutut dan memohon ampun tanpa ragu kepada bos" bisik pria satu lagi.
"Apa? Marco apakah kau tak punya harga diri?" Kesal pria itu kepada temannya.
"Ya!" Jawabnya langsung membuat pria itu menepuk dahinya cemas.
"Oh, aku juga sama. Mari kita berlutut bersama tanpa ragu" final mereka.
"AMPUN NYONYA BESAR, KAMI TELAH MELAKUKAN KESALAHAN" ucap kedua pria itu mendadak bersimpuh di bawah kaki Clarisa membuat gadis itu terperanjat kaget.
"Apa-apan kalian?!" Ucap Clarisa membuat kedua pria itu menunduk.
"Marco, Jeremy katakan sekarang apa maksud kalian?" Tegas Clarisa tampak marah.
"Sebenarnya perusahaan Divernata mengalami peningkatan beberapa minggu ini. Perusahaan kita terancam karena hal itu, bahkan mereka memasukkan seorang mata-mata ke dalam perusahaan kita" ucap Marco menjelaskan.
Clarisa mendengarkan dengan seksama, ia baru pertama kali mendengar bahwa perusahaan Divernata telah menyenggol perusahaan Flo. Seingatnya ia tidak meletakkan siapapun dari perusahaan Divernata untuk memata-matai perusahaannya yang lain.
"Bukankah kita belum tau apakah perusahaan mereka akan menjadi pemberontak atau revolusioner. Karna sejarah itu di tulis tergantung pada siapa pemenangnya" jawab Clarisa dengan raut wajah tenang.
"Baiklah, katakan kepadaku dimana mata-mata itu berada sekarang?" Ucap Clarisa segera membuka blezernya sambil memakai jaket kulit miliknya.
"Bukankah kita harus menyiapkan sesuatu kepada mata-mata itu?" Ucap Clarisa mengocek sebuah pistol di sakunya.
"Hahahha saya mecoba melupakan masalalu, tapi tetap saja akan tiba saatnya bagi saya untuk mengungkapkannnya kepada dunia bukan?" Ucap Marco terkekeh mengeluarkan sebuah pistol dari saku jasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARISA
Teen FictionJika kalian sudah sering melihat adu kemiskinan di sekolah kalian, kalian harus sesekali datang ke SMA CAKRAWALA. Untuk melihat pertengkaran hebat antara dua keluarga ternama di dunia ini. "Gue Clarisa Flora Dirgantara, butuh berapa banyak hingga gu...