34. FOTO TERAKHIR

727 33 0
                                    

🥀

Suasana pesta tampak meriah, namun Flora hanya diam menatap putrinya dari jauh. Ia tak berani mendekati putrinya, rasanya malu.

"Flora, kamu gak ketemu Clarisa?" Ujar Charles menatap Flora dengan tatapan penuh sayang.

"Engga mas, saya malu. Dia putri saya, namun selama ini saya tak memperlakukannya seperti putri saya" ucap Flora tersenyum kecut.

"Apa karna dia anak orang itu?" Ujar Charles hanya di balas senyuman oleh Flora.

"Namun, saya tetap sayang kepada Clarisa" lanjut Flora segera berbalik menjauhi Clarisa.

Sementara itu Dirgantara masih tampak syok, cucu perempuannya ternyata adalah seorang Flo.

"Wah pak Dirgantara, anda sangat beruntung memiliki cucu dari keluarga Flo" ucap salah satu rekan kerja Dirgantara menyapa.

Dirgantara tampak gelagapan. Ia hanya tersenyum canggung tak mampu membuka mulutnya. Cucu yang ia kira tak akan bisa bangkit, ternyata memiliki segalanya.

Dialah pemenangnya.

"Clarisa" ucap Dirgantara ragu, melangkah mendekati Clarisa dengan takut.

Marco dan Jeremy menatap Dirgantara dengan tatapan dingin dari belakang. Namun gadis itu hanya menoleh sambil tersenyum hangat.

"Kakek, ada apa?" Tanyanya membuat Dirgantara meneteskan air matanya, ia benar-benar malu.

Bahkan setelah kejahatan dan rasa intimidasi yang ia berikan kepada Clarisa, bisa-bisanya ia masih dapat memanggilnya kakek.

"Ka—kamu ternyata pemilik perusahaan Flo" Dirgantara menunduk menatap spatu hitam mengkilapnya sedih.

"Iya, makanya saya mundur dari keluarga Dirgantara" ucap Clarisa sambil tersenyum hangat.

Jantung Dirgantara sontak berpacu lebih cepat. Bibirnya tampak gemetar, jangan bilang cucu perempuannya ini akan meninggalkannya seperti Flora dulu.

"Ke—kenapa kamu mundur? Kamu ingin meninggalkan keluaraga Dirgantara?" Lirih Dirgantara dengan nada paru. "Apa karna kamu seorang keluarga Flo?"

Clarisa mengangguk kecil. "Kakek jangan kecewa, keluaraga Dirgantara bukannya kurang atau bagaimana..."

"Tapi karna waktu yang tersisa bagi saya tidak banyak. Saya harus pergi" ucap Clarisa, ucapannya terdengar ambigu.

Angga dan Daniel terdiam bungkam saat mendengarnya, begitupula Marco dan Jeremy yang tampak termenung mendengar ucapan Clarisa.

"Lo berencana pergi?" Ucap Angga lirih. "Ke—kemana?"

Clarisa menatap Angga dengan raut bingung. Kenapa bicara Angga ngelantur kayak gini?

"Lo mau pergi ninggalin kita?" sahut Diego menatap Clarisa dalam. "Tanpa ngasi tau kita semua?"

Clarisa tertawa melihat raut wajah serius Diego dan Angga. keduanya benar-benar tampak murung.

"Kalian jangan bersikap seolah gak bisa hidup tanpa gue" candaan Clarisa hanya di balas keheninggan.

Sontak Clarisa tersadar, apa yang Diego dan Angga pikirkan tentang kepergiannya itu sungguhan.

CLARISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang