🥀
Setelah Daniel keluar dari ruangan, Daniel langsung di serbu oleh teman-teman Clarisa yang tampak cemas. Termasuk Angga yang tampak muram.
"Nil, gimana keadaan Clarisa?" Tanya Angga dengan raut wajah paling cemas di antara yang lain.
"Clarisa cuman kecapean doang kok, sebenarnya dia punya penyakit yang sulit di jelaskan. Tapi gak berbahaya kok, Clarisa pasti sembuh" ujar Daniel tersenyum tipis.
"Syukurlah kalau begitu" ujar Tifany yang masih memeluk Aiko yang tampak masih menangis.
"Clarisa bakalan baik-baik saja kan?" Tanya Aiko lirih di balas anggukan kecil oleh Daniel.
"Kita boleh jenguk Clarisa gak Nil?" Tanya Diego dengan rasa bersalah kepada Clarisa. "Gue pengen minta maaf sama Clarisa"
"Untuk sekarang Clarisa butuh istirahat, gue gak ijinin siapapun jenguk Clarisa sampe dia bener-bener sembuh total!" Tegas Daniel tampaknya dapat di mengerti mereka semua.
"Kalian pulanglah, ganti baju lo pada. Masih pake seragam juga, ga malu apa?" Ujar Daniel mengosok hidungnya pelan.
"Lo kira kita doang yang pake seragam, lu juga kali!" Kesal Diego menepuk bahu Daniel dibalas canda tawa oleh mereka.
"Kita juga pengen pulang" ucap Aiko pelan dibalas anggukan oleh Tifany.
"Iya, gue udah laper" sahut Tifany membuat tawa mereka seketika pecah.
"Lo kira lo doang yang ga makan?" Kekeh wendy membuat seburat merah di pipi tifany muncul.
"Gu—gue gak bermaksud begitu kok" ucap Tifany membuat Erlan dan Diego menyenggol bahu Wendy sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Cewe baru Wen" ucap Diego sambil merangkul Wendy.
"Sikat bro!" Kekeh Erlan membuat Angga yang masih terdiam di sana tiba-tiba melangkah pergi begitu saja meninggalkan mereka semua.
"Kenapa dia? PMS?" Ujar Diego di balas gelengan oleh Aiko dan Tifany.
Angga melangkah dengan tergesa-gesa menuju ruangan dokter. Sesampainya di depan pintu seorang suster menghentikan langkah Angga namun di acuhkan oleh lelaki tersebut.
Angga segera membuka pintu tersebut secara paksa dan menghampiri dokter yang memeriksa Clarisa tadi dengan raut wajah dingin miliknya.
"Anda dokter yang menangani Clarisa kan?" Tanya Angga dengan tatapan mengintimindasi membuat sang dokter meneguk ludah kasar.
"Iy-iya ada apa ya?" Tanya sang dokter membuat Angga menggebrak meja sambil menatap dokter itu lekat.
"Sebenarnya Clarisa sakit apa! Bicara yang jujur!" Ucap Angga mengintimindasi membuat sang dokter tampak cemas.
"Ah, jadi—-" ucap dokter mencoba mengalihkan pembicaraan.
BRAKKK
"Jawab saya"
"Nona Clarisa mengalami kangker otak, ini adalah komplikasi genetik" jelas dokter itu. "Kecil kemungkinan dapat di sembuhkan karena ini adalah penyakit bawaan dari keluarga mereka"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARISA
Teen FictionJika kalian sudah sering melihat adu kemiskinan di sekolah kalian, kalian harus sesekali datang ke SMA CAKRAWALA. Untuk melihat pertengkaran hebat antara dua keluarga ternama di dunia ini. "Gue Clarisa Flora Dirgantara, butuh berapa banyak hingga gu...