🥀
"Ah maaf" ucap Clarisa segera melepaskan pelukannya dari Diego.
Kedua remaja itu mengalihkan pandangan mereka masing-masing, telinga mereka memerah karena malu.
Angga yang baru saja keluar dari perpustakaan menatap Clarisa dan Diego dengan raut wajah dingin. Sambil menghela napas ia segera pergi keluar dari perpustakaan sambil memakai earphone di telinganya.
"Ah, udah sampai. Gue duluan ya" ucap Clarisa merasa canggung.
"Iya, gue juga mau balik ke kantin" ucap Diego menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Keduanya segera berpisah dan melangkah menuju tujuan mereka masing-masing, sejenak Clarisa teringat tentang kejadian memalukan tadi membuat sesekali pipinya bersemu merah.
Dia benar-benar layak masuk ke dalam musium Batin Clarisa sambil membolak balikkan buku yang hendak ia baca.
Sejak tadi, ia tak bisa fokus dengan bukunya. Pikirannya terus saja melayang kemana-mana sambil melamun, Aiko dan Tifany yang sejak tadi mencari-cari keberadaan Clarisa menyirit bingung saat melihat teman mereka yang biasanya serius tampak sedang melamun.
"Clarisa!" Ucap Aiko mampu mengagetkan Clarisa.
"Gue kira siapa" ucap Clarisa menghela napasnya lega.
"Lo tadi di bawa Diego kemana? Kok tiba-tiba di perpus sendirian?" Tanya Tifany membuat telinga Clarisa sontak kembali memerah.
"Ah, gue tau ini!" Ucap Aiko segera menarik kursi dan duduk di depan Clarisa, menatap wajahnya lekat.
"Tifany lo lihat dia?" Ucap Aiko membuat Tifany menyirit bingung.
"Kenapa dia?"
"Lihatlah, wajah-wajah sedang jatuh cinta ini" ucap Aiko membuat Tifany membulatkan matanya kaget.
"CLARISA LO GILA!" ucap Tifany mendapat sebuah teguran dari penjaga perpus.
Clarisa hanya diam tak membalas perkataan kedua temannya, dan tetap fokus pada bukunya, berapa kalipun ia mencoba fokus pada bukunya, tetap saja ia tak bisa fokus.
Sambil mengacak rambutnya frustasi ia menatap wajah teman-temannya yang melongo menatapnya heran.
"Ke-kenapa?" Tanya Clarisa membuat Aiko dan Tifany menatap Clarisa dengan raut wajah serius.
"Lo beneran jatuh cinta?" Tanya Aiko di balas decihan kesal Clarisa.
"Apaan sih! Mana ada, jangan mengarang cerita" ucap Clarisa membuka kembali bukunya dan berusaha fokus.
"Terus kenapa tiap kita sebutin nama Diego pipi lo memerah?" Ucap Tifany membuat wajah Clarisa lagi-lagi bersemu merah seperti tomat.
"Ap-apaan sih!" Kesal Clarisa mencoba berdalih.
"Clarisa, gue ingetin ya! Diego itu playboy! Lo denger? Dia itu playboy kelas kakap" ucap Aiko mencoba meyakinkan Clarisa. "Lo bakalan di campakkan oleh dia! Atau lo bakalan di gantungin tanpa kepastian, lo mau di gituin?"
Clarisa tampak diam, tak menjawab perkataan Aiko. Hal itu membuat Aiko geram dan mengguncang tubuh Clarisa agar tetap sadar.
"CLARISA SADARLAH!" ucap Aiko mendapat teguran peringatan dari penjaga perpus.
"Ah, Clarisa, lo gak boleh suka sama Diego" ucap Tifany. "Temen sekelas gue dulu mantan gebetan Diego, baru satu minggu tapi diego udah selingkuh!"
"Tapi lo tau apa yang paling parah?" Ucap Tifany dengan raut wajah serius.
"Tak ada satupun dari semua mantan Diego yang ga depresi atau bahkan bisa saja keluar dari sekolah karena setres" ucap Tifany di balas anggukan dari Aiko.
"Clarisa lo itu anak baru, gue dan Tifany udah kenal Diego sejak dia kelas 10 jadi kita udah tau, semua tebiat buruk Diego" jelas Aiko menggengam erat tangan Clarisa.
"Gue gak mau lo mendapat nasib yang sama kayak Helen" ucap Aiko lirih, tanpa sadar gadis itu meneteskan air matanya.
"Helen?" Tanya Clarisa bingung.
Tifany mengelus pundak Aiko pelan, mencoba menenangkannya. Clarisa menatap kedua temannya dengan bingung, ia baru pertama kali mendengar ada seorang siswi di SMA Cakrawala yang bernama Helen.
"Helen dulunya merupakan seorang siswi di SMA Cakrawala, sekaligus sahabat Aiko" ucap Tifany menggantikan Aiko yang sedang menangis untuk menjelaskan.
"Helen adalah gadis nerd di sekolah kita, dulunya dia anak yang baik. Namun ia selalu di bully di sekolah" ucap Tifany sambil mengusap bahu Aiko yanb tampak gemetar. "Setiap kali Helen di Bully, ga ada satupun siswa yang pernah peduli sama Helen kecuali Aiko"
"Semuanya berubah sejak Diego di tantang sama Wendy buat deketin Helen" ucap Aiko mengusap air matanya kasar, dan melanjutkan ceritanya. "Helen yang baik dan polos itu jadi beneran suka sama Diego karena Diego selalu menolongnya setiap kali ia di bully"
"Lalu, saat hubungan Helen dan Diego berakhir, Helen mulai mengemis cinta dengan Diego. Hal itu membuat Diego jijik dan mengatakan kata-kata yang membuat Helen sakit hati"
"Dalam keterpurukan itu, Helen semakin di bully karena di anggap gila karna cintanya kepada Diego" ucap Aiko menundukkan kepalanya. "La—lalu..." ucapnya tercekat sambil mengepalkan tangannya erat.
"Helen bunuh diri"
Clarisa terdiam mendengar cerita panjang dari Aiko, itu benar-benar merupakan kejadian yang mengerikan.
Clarisa beranjak dari bangkunya sambil memeluk Aiko erat. Jadi ini yang sahabatnya sembunyikan darinya selama ini. Ia tidak menyangka bahwa alasan Aiko menentang Diego begitu kerasnya, di karenakan kejadian mengerikan itu.
🥀
Bel lonceng tanda pulang sekolah berbunyi nyaring membuat seluruh siswa SMA Cakrawala lari berhamburan keluar dari kelas mereka dan pulang menuju rumah masing-masing.
Aiko menepuk bahu Clarisa pelan. "Gue pulang duluan ya, lo pulang bareng siapa sa?"
Clarisa terdiam sejenak. "Gue di jemput supir kok ntar. Lo duluan aja" ucap Clarisa di balas anggukan dari Aiko.
"Okey, deh. Sampai besok Clarisa!" Ucap Aiko segera keluar dari kelas dengan riang, di balas lambaian tangan oleh Clarisa.
Clarisa menghela napasnya panjang, ia segera keluar dari kelas dan duduk di depan halte bus menunggu jemputan. Rintik hujan mulai turun membuat Clarisa segera berlari menghindari hujan menunu tempat untuk berteduh.
Langit yang awalnya terang mendadak mendung, rintik hujan turun begitu deras membuat Clarisa hanya bisa berharap ia di jemput dengan cepat oleh supirnya.
Ia tidak berharap lebih jika ibunya ingat untuk menjemputnya. Ia sudah sangat sadar jika ibunya hanya memperdulikan tentang Daniel saja.
Tiga jam menunggu, SMA Cakrawala sudah sepi. Hanya Clarisa seorang yang berada di sana sambil memeluk dirinya sendiri yang sedang kedinginan.
"Hujan gede nih, neduh kemana ya? Kok runtuh semua atapnya, bahkan pondasinya juga ikut hancur" ucap Clarisa pelan. "Mirip keluarga gue"
Tanpa sadar air mata gadis itu jatuh begitu saja membuat Clarisa dengan cepat menghapus air mata itu.
"Ngapain nangis sih!" Kesal Clarisa menyeka air matanya yang tumpah begitu saja tak mampu lagi untuk di bendung.
Dadanya sesak, inilah yang ia takutkan. Perasaan terlupakan.
TIN..TINN...
Suara klakson mobil terdengar, seorang lelaki segera keluar dari mobil sambil membawa payung berlari menghampiri Clarisa dengan tergesa-gesa, raut wajahnya tampak panik.
"CLARISA!" pekik lelaki itu membuat Clarisa menoleh menatapnya.
"Ang-angga" ucap Clarisa lirih.
"Lo kenapa belum pulang! Ini sudah sore!" Ucap Angga dengan raut wajah penuh khawatir. "Lo menangis?"
🥀
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARISA
Teen FictionJika kalian sudah sering melihat adu kemiskinan di sekolah kalian, kalian harus sesekali datang ke SMA CAKRAWALA. Untuk melihat pertengkaran hebat antara dua keluarga ternama di dunia ini. "Gue Clarisa Flora Dirgantara, butuh berapa banyak hingga gu...