🥀
"Kenapa lo marah? Kan emang bener" ucap Clarisa mengangkat satu sudut bibirnya naik.
"Kalau lo ga kompeten, lo seharusnya sadar diri" ucap Clarisa.
"Hanya karena lo lebih unggul dalam bidang keuangan, lo ga bisa di bilang kompeten kalau lo masih kalah dalam mendapatkan investor" ucap Daniel membuat Clarisa menatapnya sama tajamnya.
"Terus apa masalahnya?" Ucap Clarisa. "Uang itu relatif, lo gak bisa mendevaluasinya semau lo. Satu juta dolar bukanlah jumlah yang kecil" ucap Clarisa mempu membuat Daniel terdiam.
"Kenapa?"
Claria mengangkat alisnya bingung. "Apa?"
"Kenapa baru sekarang lo mulai mencoba menyaingi gue?" Ucap Daniel mengepalkan tangannya. "Kenapa di saat gue menemukan kembali alasan untuk bangkit, lo yang awalnya tak perduli malah memperdulikan gue"
"Kenapa?"
"Karena gue benci sama lo!"
Daniel terdiam mendengar ucapan Clarisa. Tak hanya Daniel, seisi kantin yang diam-diam menguping pembicaraan keluarga konglemerat itu mendadak jadi ikutan hening.
"Mengganggu lo yang mendapat cinta lebih banyak walau tak berbuat apa-apa adalah hal yang sangat menyenangkan" bisik Clarisa membuat Daniel mendadak marah.
"Cinta kata lo? Gue bahkan ga bisa melihat wajah ibu walaupun gue ingin" ucapan Daniel membuat Clarisa terdiam.
"Kenapa lo terus menganggap gue sebagai saingan lo?" Ucapnya membuat Clarisa menggebrak meja dengan kasar.
"Saingan? Terlintas di pikiran gue pengen jadi lo aja engga" balas Clarisa tampak tersulut emosi.
"Keserakahan dan obsesi yang berlebihan
pada akhirnya akan membuat lo terluka" ucap Daniel segera melangkah pergi meninggalkan Clarisa berserta teman-temannya."Lo kira gue ga tau lo pemilik perusahaan Flo?"
🥀
Clarisa meninju dinding kamarnya dengan perasaan kesal, ucapan Daniel rasanya terus terngiang di kepalanya. Hal itu membuat ia merasa bimbang.
Ting tung...
Notif ponselnya berdering menandakan sebuah pesan masuk. Di dalamnya teradapat sebuah pesan dari nomor yang tidak di kenal.
Unknow
Halo sayang, apa kabarmu? Jika kamu merindukanku. Aku sudah pulang dari Aussie, sampai bertemu nanti.
"Bedebah mana yang mengirimiku pesan menjijikan seperti ini" decak Clarisa melempar ponselnya ke atas kasur.
Matanya terpejam seiring ia berbaring di kasurnya yang empuk. Tantuk menyerangnya namun ia tak bisa tidur saat ini, ada satu hal yang perlu ia selesaikan sebelum bersantai.
"Ah, dimana surat itu" ucap Clarisa membongkar isi tasnya segera mendapati sebuah kertas jadwal yang sudah di susun rapi.
"Sebagai ketua osis sudah seharusnya aku menjalankan kewajibanku" ucap Clarisa segera duduk di depan meja kerjanya sambil mulai membuka lembaran jadwal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARISA
Teen FictionJika kalian sudah sering melihat adu kemiskinan di sekolah kalian, kalian harus sesekali datang ke SMA CAKRAWALA. Untuk melihat pertengkaran hebat antara dua keluarga ternama di dunia ini. "Gue Clarisa Flora Dirgantara, butuh berapa banyak hingga gu...