32.TAK SEPERTI YANG DI HARAPKAN

523 28 0
                                    

🥀

Tok... Tok... Tok...

"Ibu, ini saya" ucap Clarisa membuat Flora segera membuka pintu kamarnya kilat.

Senyuman Flora merekah saat melihat kecantikan Clarisa yang sudah selesai mengenakan gaunnya.

Flora hampir saja meneteskan air matanya haru, walaupun ia yang melahirkan Clarisa, tetap saja kecantikan Clarisa tak muak-muaknya ia kagumi dan syukuri sebagai salah satu karya terbaiknya.

"Kamu benar-benar karya terbaik ibu" ucap Flora hanya si balas senyuman tipis oleh Clarisa.

"Ibu belum selesai bersiap?" Tanya Clarisa di balas gelengan oleh Flora.

"Ibu bingung ingin mengenakan gaun apa, gaun yang ibu pesan di butik biasanya tampaknya delay karena banyaknya pesanan"

"Ah, syukurlah" ucap Clarisa secara tiba-tiba menyodorkan sebuah kotak hadiah kepada Flora.

"Ini..." ucapan Clarisa tampak tercekat. "Dari ayah untuk ibu"

Flora terdiam sejenak, tangannya terulur perlahan mengambil kotak tersebut dan membukanya. Tampak gaun indah berwarna biru di hiasi mutiara kecil di sekelilingnya, gaun itu sangat mewah.

"Ibu tidak bisa menerima ini" ucap Flora sambil menghela napasnya lelah.

"Ibu..."

"Saya mohon" ucap Clarisa membuat Flora memejamkan matanya erat.

"Apa ibu sudah tau bahwa ayah meninggal?" Ucap Clarisa membuat tubuh Flora menegang seketika.

"Sejak kapan Claude meninggal? Dia di bunuh?!" Panik Flora memegang kedua bahu Clarisa erat, tampak matanya sedikit berkaca-kaca saat mendengarnya.

"Ibu, ayah sudah cerita semuanya kepadaku" ujar Clarisa lirih.

"Saat ibu masih menjadi istri Charles. Ayah yang saat itu sedang menyamar menjadi salah satu karyawan di perusahaan Charles terlibat cinta satu malam dengan ibu"

Flora terdiam, dia tak bisa membantah perkataan Clarisa. Air matanya mendadak tumpah begitu saja membuat Clarisa hanya bisa berdiri diam di depan Flora.

"Kalian tidak menikah karna cinta seperti yang kalian katakan. Ibu juga tidak membenci Charles sehingga ibu harus kabur dari pernikahan sebelumnya"

"Ibu kabur karna aku ada dalam perut ibu"

"Semuanya salahku"

"TIDAK!" ucap Flora menyeka air matanya cepat.

"Clarisa, kamu bukan kesalahan" ucap Flora menyangkal. "Sebaliknya kamu adalah karya terbaik ibu" ujar Flora memeluk Clarisa erat.

Clarisa hanya diam saat di peluk erat oleh ibunya. Pelukan hangat yang selama ini ia dambakan ternyata tak sehangat itu, sentuhan yang selalu ia inginkan ternyata tak senyaman itu. Semuanya tampak sangat berbeda dengan apa yang ia bayangkan.

"Trimalah hadiah terakhir ayah untuk ibu" ucap Clarisa membungkukkan tubuhnya, mencoba memohon kepada Flora.

"Ayah bilang, Ibu adalah satu-satunya anugrah terbaik yang pernah ayah miliki dalam hidupnya" ucap Clarisa lirih. "Bagi ayah, ibu adalah segalanya"

CLARISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang