26.PACAR

530 29 0
                                    

Kedua pasang muda mudi itu tak dapat menyembunyikan wajah mereka yang memerah padam. Angga mencoba mengkancingkan bajunya, namun tak kunjung berhasil, baju itu terlalu kecil untuknya.

"Biar gue bantu, gue punya peniti" ucap Clarisa membantu mengaitkan kancing baju Angga dengan hati-hati.

Setiap kali jemari Clarisa tanpa sengaja menyentuh dada bidang Angga, keduanya memerah dengan perasaan menggelitik hati mereka.

"Selesai" ucap Clarisa segera mengalihkan pandangannya. "Ayo kita keluar, sebelum bel masuk" ujar Clarisa segera membuka pintu.

Brakk...

"Angga..." ucap Clarisa menoleh kepada Angga dengan raut wajah panik. "Kita terkunci"

Angga menyirit bingung, ia segera mendobrak pintu dengan kasar, namun pintu itu tak kunjung terbuka. Clarisa menepuk bahu Angga dan menggelengkan kepalanya, hal itu tak akan berhasil.

Dengan wajah panik Angga segera meraba saku celananya. "Hp gue ketinggalan di loker!"

"Gue juga gak bawa hp" ucap Clarisa mengusap wajahnya kasar. "Ga ada pilihan lain, kita cuma bisa berharap petugas kebersihan datang dan membukakkan pintu untuk kita"

Clarisa menghela napasnya panjang sambil menyender di dinding, ia sudah pasrah. Angga berdecak kecil, lelaki itu mengeluarkan sebuah sapu tangan dari tasnya lalu meletakkannya di atas sebuah kursi, sebagai alas.

"Duduklah, kaki lo bakalan pegel kalau terus berdiri" ucapnya membuat Clarisa menyiungkan senyumannya.

"Lo punya sisi romantis juga ternyata" ucap Clarisa melangkah duduk di bangku itu dengan nyaman.

Angga menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, jujur baru kali ini ia bersikap sopan kepada wanita. "karena lo pacar gue" jawabnya membuat Clarisa terkekeh kecil.

"Angga, jangan jatuh cinta sama gue ya"

Angga sontak menoleh menatap Clarisa dengan raut wajah bingung. "Kenapa?"

"Sebenarnya gue bukanlah orang yang terlalu mendambakan cinta" jawabnya tersenyum kecut. "Gue gak pantas menerima cinta dari siapapun, gue gak pantas di cintai"

"Kenapa lo bicara kayak gitu? Semua orang berhak di cintai!" ucap Angga menolak tegas. "Walaupun lo gak pengen di cintai tapi lo gak boleh melarang orang untuk mencintai lo"

Angga melangkah mendekati Clarisa perlahan, raut wajahnya tampak sedu."Gue benar-benar tulus mencintai tanpa mengharapkan imbalan, bahkan gue gak butuh rasa cinta lo. Cukup gue yang mencitai lo, lo hanya perlu diam dan menerimanya dengan baik" ucapnya menatap iris mata Clarisa dalam. "Gue cuma pengen mencintai, gue gak papa kalau gak di cintai"

"Asalkan orang itu adalah lo" ucapnya berjongkok membenamkan kepalanya di atas pangkuan Clarisa.

Clarisa tersenyum tipis, tanpa sadar tangannya terulur mengusap rambut halus milik Angga. Helaian rambut hitam itu tampak sangat lembut membuat hati Clarisa terasa tergelitik saat membelainya.

"Haruskah kita keluar sekarang?" ucap Clarisa menyiungkan senyumannya saat mendengar langkah kaki seseorang mendekati gudang tersebut.

Ceklekk...

"Clarisa? Angga?" kaget Tifany saat melihat kedua temannya di dalam gudang. "Kal—kalian kok bisa terkunci di sini?!" kagetnya.

"Dan lo, Clarisa! Setelah sebulan menghilang tanpa kabar bisa-bisanya lo gak ngabari gue atau Aiko" ucap Tifany langsung memeluk Clarisa sambil berderai air mata. "Kami khawatir bego!"

"Maaf gue gak ngabarin kalian sebelumnya, ayah gue meninggal" ucap Clarisa membuat mereka semua sontak membulatkan mata mereka kaget.

"Paman Carles meninggal?" kaget Angga di balas gelengan oleh Clarisa.

CLARISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang