🥀
"Clarisa"
Perlahan Clarisa mengedipkan matanya, menyesuaikan cahaya lingkungannya dengan pandangannya. Kepalanya masih sedikit pusing saat ini, perlahan ia menatap sekeliling tampak raut wajah khawatir Angga dan Aiko di sana.
"Angga, Aiko kenapa kalian di sin---"
BRUGHH....
Ucapan Clarisa terhenti saat Aiko memeluknya erat. Angga menatapnya dengan raut wajah khawatir saat ini. Semua orang mengkhawatirkannya.
"Aiko, gue udah bawa buburn---" Tifany meneteskan air matanya, ia segera berhambur peluk bersama Aiko dan Clarisa.
"Clarisa, syukurlah lo sudah sadar!" ucap Tifany merengek.
"Kami semua khawatir sama lo!" ucap Aiko mulai menangis.
Clarisa menatap kedua sahabatnya itu dengan penuh haru, rasanya hangat. Ternyata masih ada orang yang mengkhawatirkan dirinya. Padahal selama ini Clarisa selalu menyimpan segalanya dan berjuang sendiri, sama sekali tak pernah ia menunjukkan sisi lemahnya seperti ini.
"Terimakasih sudah mengkhawatirkan gue" ucap Clarisa tersenyum hangat.
"Clarisa, sebenarnya lo sakit apa sih? Sudah dua kali lo pingsan" ucap Aiko dengan raut wajah cemas.
Clarisa tersenyum hangat menanggapinya sambil menepuk bahu kedua sahabatnya itu pelan. "Gue cuman kecapean kok. Kalian tenang aja" jawabnya santai.
"Gimana gak capek coba, lo baru pulang dari Los Angles setelah pemakaman terakhir ayah lo tapi lo langsung pulang ke Indonesia. Dan hal bodoh lainnya adalah bukannya istirahat lo malah langsung bersekolah. Lo kira lo robot!" ucap Angga tampak marah menatap Clarisa penuh tatapan khawatir.
Aiko dan Tifany menatap Clarisa dengan tatapan syok, jika mereka pernah melihat ayah mereka gila kerja. Namun Clarisa sudah gila pada taraf yang tidak masuk akal. Clarisa mengangkat satu alinya bingung, dari mana Angga mengetahui hal tersebut.
"Dari mana lo tau?!" ucap Clarisa.
"Dari ibu mertua" jawab Angga dengan santai. "Ah, dia gak pantas di panggil ibu, bisa-bisanya saat lo pingsan dia gak sadar sama sekali. Dia malah fokus berpelukan dengan Daniel tanpa melihat situasi, padahal satu kelas sudah heboh begitu" kesal Angga.
"Sebenarnya dia itu ibu lo gak sih!" ucap Angga membuat hati Clarisa terasa teriris mendengarnya. "Angga, berhenti mengatakan hal gak penting!" ucap Clarisa dengan nada tegas.
"Tapi dia it---"
BUGHH
"Diamlah jika Clarisa sudah menyuruh lo untuk diam!" ucap Tifany spontan memukul punggung Angga dengan keras.
"Clarisa, ayo gue antar pulang" ucap Aiko membantu Clarisa untuk berdiri.
"Gue gak mau pulang" ucap Clarisa lirih.
"Gimana kalau pulang ke rumah bunda?" tawar Angga membuat Clarisa terdiam lalu mengangguk pelan.
Angga menarik senyuman tipis dan segera membantu Clarisa untuk beranjak dari tempatnya. Saat berada di dalam mobil Clarisa menghela napas panjang, hatinya sedikit sakit ketika mengingat kejadian di kelas tadi.
"Clarisa, sebenarnya apa sih yang bikin lo bertahan di keluarga itu? Kalau gue jadi lo gue pasti bakalan setres banget" ucap Angga di sela sela menyetir.
"Lo tau, gue mungkin hidup untuk menjadi alat bagi ibu gue. Tapi dalam hati gue, gue hidup sebagai Clarisa" ucapnya tersenyum hangat. "Angga, bagaimana menurut lo jika gue menyerah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
CLARISA
Teen FictionJika kalian sudah sering melihat adu kemiskinan di sekolah kalian, kalian harus sesekali datang ke SMA CAKRAWALA. Untuk melihat pertengkaran hebat antara dua keluarga ternama di dunia ini. "Gue Clarisa Flora Dirgantara, butuh berapa banyak hingga gu...