BAB 30

1.4K 186 26
                                    


Selamat membaca
Luv💜Octoimme

.
.
.
Sebelumnya

============
Tapi mendengar Bagaimana Tama sangat protektif pada Kiara saat bersama Bagas tadi.

Ia jadi cemas Bagaimana jika Kiara mengadukan hal ini pada Tama?.

Tama Pasti akan sangat membencinya.

Sial!

Bagaimana ia tidak berpikir panjang tadi sebelum menyerang Kiara?.

Benar-benar ia telah salah langkah.

Ia harus memikirkan cara bagaimana agar Tama tidak lagi berada di dekat Kiara.
========

Tapi tidak ada yang tahu apa yang terjadi satu menit, satu jam bahkan satu hari kedepan.

Seperti saat ini...

Sonya terus menangis, Ia tidak mau melepaskan pelukannya dari Tama.

"Aku tidak mau kehilangan mama, Mas. Aku sangat dekat dengan Mama, sejak papa meninggal aku tinggal denga mama. Aku tidak sanggup kalau harus kehilangan mama mas..".

Sonya menangis tersedu-sedu, Tama berusaha menenangkan Sonya yang masih shock karena mendapat berita jika mamanya dilarikan ke rumah sakit, karena ditemukan pingsan di halaman rumahnya.

"Kamu nggak akan kehilangan Mama kamu sonya. Kita berdoa supaya Tante bisa melewati masa kritisnya..". Bisik Tama menenangkan Sonya.

"Aku tinggal sendiri Tama, aku nggak tahu harus berbuat apa, kakakku di Jepang, Sudah lama tidak kembali ke Indonesia, dia seolah tidak peduli pada aku dan pada mama aku benar-benar sendiri, Mas.."

"Saya akan temani kamu, sudah jangan menangis.."
Tama tidak tahu harus berbuat apa, ia hanya bisa menenangkan Sonya yang tampak sangat sedih.

Tiba-tiba saja tadi Sonya masuk ke dalam ruangannya dan menangis histeris, minta agar Tama mau mengantarkannya ke rumah sakit. Ia baru saja mendapat telepon dari ART nya jika mamanya pingsan saat menyiram bunga di depan rumahnya.

Lalu Tama segera membawa Sonya ke rumah sakit tanpa banyak bertanya lagi.

Hingga kini Mama Sonya masih ditangani oleh dokter.

Ia menemani Sonya di ruang tunggu.

Tak lama seorang dokter keluar dari ruangan tempat Mama Sonya ditindak

"Siapa yang menjadi keluarga pasien Ibu Ariana di sini?"

Sonya langsung berdiri dan berkata. "Saya dokter..". Sahutnya sambil mengusap air matanya.

"Bisa masuk ke ruangan saya sebentar?. saya akan Jelaskan kondisi Ibu Ariana".

Sonya menganggukkan kepalanya. "Baik, dokter.". Tapi kemudian ia menoleh ke arah Tama dengan wajah memlas.

"Mas Tama temani aku ya?".

Tama mengangguk, dan segera mengikuti Sonya dan dokter itu.

.
.

**

.
.

"Kita makan dulu ya, Ki?"

"Kita pesan setelah sampai dirumah saja ya, Yan. Ngga apa apa kan?"

"Kedengaran nya malah lebih bagus, aku kangen makan tongseng kambing yang dekat apartemen kamu Ki". Senyum Rian terkembang sempurna.

" Ah ya, kamu boleh pesan tongseng itu, aku juga mau!". Sahut Kiara ikut tersenyum.

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang