BAB 85

1.7K 121 16
                                    

SEBELUMNYA

===========================

"No, Tama. Kamu..kamu salah, kita bersahabat.." Kiara tetap tidak percaya.

"Aku nggak mau lagi hanya sebatas sahabat, I want you be mine Ki..." Sahut Tama cepat , ia tidak mau Kiara tidak percaya padanya.

Jujur Tama tidak menyangka akan jadi begini.

"Kiara..."

"Tama, You better go home, I need time, Sorry..." Kiara menundukkan kepalanya, tak mau menatap Tama.

Lalu Kiara terburu-buru masuk ke kamarnya.

Tama menatap kepergian Kiara dengan mata yang mendadak kabur.

Apa yang telah terjadi?

Semua hal indah yang dibayangkannya runtuh begitu saja.

****

Ki, I'm sorry if this surprised you, but everyword I said is true, I love you. I will patiently wait,

sorry if it took me so long to realize my feelings for you.

ILU, Tama

Send.

Tama menatap pintu kamar Kiara yang masih tertutup.

Lalu ia pun membuka pintu apartemen Kiara dengan berat hati.

Ia tahu Kiara butuh ruang sendiri.

Apakah momentnya tadi tidak tepat?

==================

.

.

.

"Astaga Tama! Lo kenapa sih? dari tadi bengong terus?" Suara Bagas yang meninggi membuat Tama berjengit

"Tuh kaget kan lo?. Lagi mikirin apa sih? Sonya?"

Tama mencebik "Ck, bisa nggak sih ngomomongnya biasa aja?" Omel Tama.

"Gue dari tadi ngomong biasa, Pak Tama, anda saja yang melamun hingga tidak mendengar hamba bicara..makanya gue teriak"

"Lo kapan bisa sabar sih?" Sungut Tama.

"Li kipin bisi sibir sih? perlu kaca?" Cibir Bagas.

Tama melempar bolpoint yang sedang di pegangnya, lalu ia menyugar rambutnya.

Sejak ia meninggalkan apartemen Kiara, Tama tidak bisa tidur dengan tenang.

Bagaimana tidak? Terakhir chat nya dan Kiara hanya menanyakan apakah Kiara mau di jemput, mengingat Kiara sakit sebelumnya, dan Kiara menolak karena ia akan dijemput Arjuna.

Bagaimana ia bisa tenang?

Sementara saingan terberatnya dengan leluasa berada di sekitar Kiara.

Ia sangat menghargai jika Kiara memerlukan waktu untuk memikirkan apa yang telah ia katakan.

Tapi ia juga manusia yang punya rasa cemburu.

Gosh, cemburu?

Betapa menyebalkannya perasaan ini.

Tama kembali menyugar rambutnya.

Ia sangat gelisah.

Ia ingin sekali berlari menemui Kiara dan menanyakan apakah jawaban yang Kiara berikan?

Tapi Tama tidak siap dengan jawaban tidak.

Tapi ia tidak mungkin memaksa, ia tidak mau kehilangan Kiara, seandainya Kiara tidak ingin menjadi kekasih, ia hanya berharap Kiara tidak menjauhinya.

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang