BAB 83

626 53 9
                                    


Masih menunggu cerita ini?

Jangan lupa Vote dan kasih komentar dengan baik yaa...


Selamat membaca

luv💜Octoimmee

.

.

.

.


SEBELUMNYA

=================

Ia masih ingat dulu, Tama yang bicara seadanya dan yang hanya menanggapi nya dengan iya dan tidak saja.

Kini Tama terlihat lebih ekspresif lebih santai saat mengobrol dengannya.

Cukup menyenangkan, baiklah sangat menyenangkan.

"Makan Ki, jangan senyum senyum sendiri.."

Sial, Tama ternyata melihat nya. Buru-buru ia menundukkan kepalanya wajahnya pasti memerah. Kiara sebal dengan dirinya sendiri, ada apa dengan dirinya sejak kemarin Tama dengan mudah mengganggunya.

Ia segera menyuapkan bubur kemulutnya, untuk menutupi kegugupannya.

"Pelan-pelan, Ki. Nanti tersedak, apa kamu sengaja supaya aku yang suapin kamu?" Tama menyeringai jahil padanya.

"Tama nggak lucu ya" Tangkis Kiara cepat, dan akibatnya buburnya sedikit tersembur. Ia segera menutup mulutnya.

Tiba-tiba saja tangannya ditarik lembut, dan ia bisa merasakan tissue menyapu sekitar mulutnya, dan Tama lah yang melakukannya.

"Aku nggak mau melucu,Ki. Aku hanya mau mengingatkan kamu makannya pelan-pelan dan aku nggak keberatan kok nyuapin kamu. ini jadi belepotan kan?" Seru Tama lembut.

"I can handle it..." Sahut Kiara mencoba menata hatinya yang berantakan dengan sikap Tama.

"Aku selalu siap kalau kamu membutuhkan aku, Ki. Any time, with my pleasure..." Tama tersenyum sangat manis.

Hati Kiara semakin berantakan.

================

Tama sedang merapikan bantal sofa saat ponsel Kiara berdering, dan nama Ryan muncul disana.

Tama langsung waspada, ia masih ingat isi pesan Ryan untuk Kiara.

Apakah Kiara sudah membaca pesan Ryan? .

Tapi tampaknya belum karena sejak malam ponsel Kiara tetap berada disana. Dan setelah sarapan tadi Kiara juga tidak menyentuh ponsel sama sekali.

Tama menoleh ke arah kamar Kiara, tadi Kiara pamit mandi, Tama berharap Kiara masih mandi dan tidak mendengar dering ponsel ini.

Dering ponsel itu akhirnya mati. Tama bernafas lega.

Tapi bagaimana jika Ryan menelepon lagi?

Dan bagaimana jika Kiara menuruti ajakan Ryan? dan menghabiskan hari berdua saja?

Harus kah ia menyembunyikan ponsel Kiara.

Baru saja ia berpikir Ponsel itu berdering kembali, Tama menatap ponsel itu dengan kesal.

Ia segera menoleh ke arah kamar Kiara berharap Kiara masih mandi.

Dan harapannya sirna saat pintu kamar itu terbuka.

"Siapa Tam?"

Damn!

Kiara muncul dengan baju yang sudah berganti dan rambut yang sedang ia keringkan dengan handuk kecil.

PROBABILITAS  HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang