Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
❄
Lisa dan Jennie sedang menunggu Zeha yang tengah diperiksa oleh dokter, dalam pelukan Jennie ada Zeno yang tertidur sembari mengemut ASI.
"Hon, bagaimana kalau miopi Zeha besar? Apa yang harus kita lakukan?"
"Sebaiknya kita tunggu saran dari dokter saja hm? Aigoo.. Zeno daddy tidak terlihat wajahnya, mana ya? Mmmhhh.." Lisa mengecup Zeno yang tertutupi oleh kain khusus yang dikenakan Jennie untuk menyusui.
Di sana hanya ada mereka bertiga, sementara Zean memilih untuk menunggu di rumah, sembari memesan sarapan untuk keluarganya.
"Sayang, ada yang ingin aku tanyakan tentang kejadian tadi"
"Apa itu?" tanya Lisa sembari membelai kepala istrinya.
"Kenapa di rumah kita alarmnya berbunyi saat tidak ada kebakaran?"
"Sayangku, zaman sekarang smart home bukan hanya berbunyi saat ada kebakaran, tapi juga posisi tuan rumah dalam bahaya, deteksi darah, kekerasan, sampai sign pertolongan, maka sensor akan mengirimkan sinyal tersebut hingga membuat alarm berbunyi sebagai peringatan. Kau ingat waktu Zean lebam-lebam? Saat itu Zean mematikan lampu kamarnya agar tidak dapat terdeteksi oleh sensor rumah kita, sebab di ujung bibir Zean masih terlihat bercak darah yang terus keluar meski sedikit"
"Jika semua kamar dilengkapi sensor, berarti kamar kita?"
"Aniya, tidak ada sensor ataupun CCTV di kamar kita, jadi kau bisa menghabisiku dengan leluasa hm?" goda Lisa, ia colek hidung Jennie hingga Jennie tersipu.
"Ish, kukira di kamar kita juga ada"
"Tidak mungkin sayang, kamar kita 'kan privasi" Lisa memeluk istrinya dengan sebelah tangan, Jennie bersandar sembari menyusui Zeno.
"Hm.."
###
Beberapa menit berlalu lampirkan suram bayangan yang mungkin Zeha terima. Jennie yang membungkus raut wajah khawatir dengan senyum getir itu pun akhirnya mendapat sebuah kabar, jawaban dari apa yang selama tadi ia dan suaminya tunggu.
Zeha keluar bersama seorang dokter mata yang memeriksa kondisi matanya. Seperti dugaan Lisa, dokter pun menjelaskan bahwa gejala yang dialami oleh Zeha adalah sebuah rabun jauh, atau biasa disebut dengan miopi. Miopi sendiri bisa terjadi pada orang dewasa, anak-anak, hingga orang tua. Tidak menutup kemungkinan pula bahwa miopi Zeha dapat bertambah seiring berjalannya waktu, terkecuali jika mereka mengambil tindakan operasi untuk mata Zeha.
Lisa menolak, dengan berbagai kemungkinan hal tersebut dapat beresiko pada pandangan Zeha atau bahkan lebih buruk dari dugaan negatifnya. Demi membuang semua keburukan tersebut, akhirnya Lisa memutuskan untuk mengambil pengobatan berkala dengan bantuan sebuah lensa kacamata.
"Dok, saya tidak akan mengambil jalan operasi sekalipun itu sangat terjamin keamanannya. Saya tetap memutuskan untuk mengambil pengobatan berkala, dan bantuan lensa kacamata yang akan dikenakan oleh putra saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rêve ☆
Teen Fiction[18+] "Melewati segalanya bersamamu, adalah impian semua orang yang tak seberuntung aku"