Ambil baiknya, buang buruknya !!!
Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸
❄
Keep VOTING !!!✨
--------------------------------------------------------------
Jennie POV🌼
Aku membuka mataku pada dunia kenyataan yang saat ini sedang kujalani. Jika saja bisa kukatakan kepada Tuhan, aku akan memohon untuk tidak dibangunkan dalam keadaan tubuh yang disesaki dengan rasa kehilangan.
Manusia penyempurnaku hadir dalam tidur panjangku. Ibu mengatakan padaku bahwa aku tertidur dalam keadaan koma selama tiga bulan. Aku mengalami hal tragis di sebuah jalan yang hendak membawaku pergi ke Paris. Ya, mobil yang aku kendarai mengalami kecelakaan lalu lintas, tubuhku terhempas hingga berjarak beberapa meter hampir terperosok ke ujung tebing yang menyambangi jalan, lalu aku dinyatakan koma oleh dokter.
Berhari-hari ibu mengharapkan kesadaranku, menginginkan aku kembali. Tapi kenapa ketika aku sadar rasanya sesak sekali? Bagaimana dengan keluargaku yang aku tinggalkan? Apa mungkin mereka tetap bahagia di sana? Tanpaku?
Hal yang harus aku pastikan setelah nanti aku bisa berjalan adalah mencari keberadaan mereka. Aku ingat di mana rumah indah yang hangat itu dibangun, aku tahu di mana suamiku bekerja, dan aku akan menemui ketiga putraku begitu melihat mereka. Lisa, Zean, Zeha, Zeno, aku merindukan kalian.
"Jennie, nak, ada yang kau inginkan sayang?" Lalu tentang orang tuaku. Benarkah mereka akan meninggalkanku dalam dua tahun kedepan?
Aku tidak ingin bertaruh antara mereka dengan keluarga kecilku, tapi jika boleh, biarkan mereka tetap hidup bersamaku dan keluargaku nanti, Tuhan.
Aku menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan ibu. Ibu mengusap punggung tanganku, lalu mengecupnya.
"Ibu sangat senang kau kembali, kau sadar dan memiliki kesempatan kedua" Jika tidak, aku akan merasakan kesedihan orang tuaku, namun juga akan kekal bersama keluargaku.
Aku janji, aku akan mencari mereka.
"Dokter mengatakan kau mengalami gegar otak ringan sayang, namun ingatanmu tidak berkurang sesuai pemeriksaan beliau. Ada yang ingin Jennie tanyakan?" Banyak, bu. Tapi dadaku terasa sesak seolah memerintah mataku terus memuntahkan air mata.
"Ibu mengerti, kau ketakutan, jangan menangis sayang, ibu di sini bersamamu" Benar, aku takut kehilangan ibu dan ayah, aku juga takut jika aku tidak bertemu dengan Lisa, bagaimana nasib anak-anakku?
"I-bu" ucapku masih terbata, bagaimana caranya aku menanyakan mereka semua?
"Iya sayang, iya nak? Ada apa sayang? Jennie butuh sesuatu? Biar ibu bawakan hm? Mau apa?"
"Hiks.." Banyak yang ingin aku katakan, namun isak tangis seolah mewakilkan bagaimana caraku menyampaikan.
"Omo" Tangan hangat ibu memeluk kepalaku hingga harum ibu dapat kuhirup. Aku merindukan pelukan ini, namun tidak ingin kehilangan pelukan suamiku, Lalisa.
🌼🌼🌼
❄
Berhari-hari keadaan Jennie berangsur membaik. Terapi, cek up, dan segala proses yang melelahkan tak cukup untuk mengurangi tekadnya yang sangat kuat untuk mendapatkan informasi, bertemu, bertanya, bahkan bercinta dengan Lisa, seperti dalam tidur panjangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rêve ☆
Teen Fiction[18+] "Melewati segalanya bersamamu, adalah impian semua orang yang tak seberuntung aku"