6. Exercise

647 64 3
                                    

Sore hari di hari libur menjadi kesempatan Haru untuk melatih dirinya sendiri demi meningkatkan kemampuan bela dirinya. Walaupun ia sudah sangat hebat dalam menguasai ilmu bela diri yang ia geluti sejak kecil, tidak menghentikannya untuk berhenti melatih kemampuannya tersebut.

Haru dengan lihai melakukan tendangan ganda ke arah samping dan dengan gesit membalikan tubuhnya kebelakang lalu melakukan tendangan lurus kedepan. Ia melakukan latihanya dengan sangat konsisten dan tepat, hingga membuat dua orang pria yang melihat nya dari lantai atas tercengang.

Lebih tepat nya, Akito tercengang melihat Haru berlatih sore ini. Namun, pria muda disebelahnya hanya memasang wajah dinginnya tanpa ekspresi apapun.

"Wah, nona Haru melakukan gerakan yang sangat hebat." ujar Akito.

"Dia pasti bisa mengalahkan musuh dengan mudah." lanjutnya.

"Siapa yang memiliki musuh?" tanya Jillian kemudian. Kepalanya masih saja lurus kebawah, melihat Haru.

"Maksud saya, mungkin nona Haru bisa melindungi dirinya sendiri tuan muda." jawab Akito.

Dibawah sana Haru masih saja melakukan gerakan gerakan bidik depan, mengangkat kaki nya tinggi-tinggi dan terus beraksi. Ia melakukan teknik menyerang dari arah atas ke bawah menggunakan telapak kaki atau bagian belakang tumit yang akan di arahkan ke wajah atau bahu lawan.

Suara tepuk tangan diberikan oleh Akito, membuat fokus Haru teralihkan dan menghentikan latihannya. Pemuda itu mendongakkan kepalanya ke atas, melihat dua orang pria rupanya tengah memperhatikan dirinya.

"Anda hebat nona Haru!" teriak Akito.

Haru dengan hormat membungkukkan tubuhnya, merasa tersanjung dengan pujian yang diberikan Akito. Namun, ia tidak puas setelah melihat wajah dingin dari pria yang juga berdiri disana. Memandangnya tanpa ekspresi apapun. Haru pun mengacungkan jempolnya kebawah, meledek Jill yang nampak biasa-biasa saja.

Tak lama, pria berwajah dingin itu melompat dari atas kebawah. Berdiri tepat di hadapan Haru yang terkejut. Entah apa yang akan dilakukan Jill pada Haru.

"Kenapa? kau terlihat biasa-biasa saja, bukankah gerakan ku tadi sangat keren?" sanjung pria manis itu.

"Ada yang ingin aku bicarakan." ujar Jill.

Haru terdiam, ia tidak tahu ada apa dengan Jill yang tidak menunjukan ekspresi apapun. Hanya wajah datarnya saja yang membuat Haru merasa terganggu.

"Ada apa?" tanya Haru, kemudian.

"Aku dan Akito memutuskan untuk pergi dari rumah ini dan mencari tempat lain." ujar Jillian langsung saja. Akito tak mendengarnya, ia fokus melihat mimik wajah dari dua orang itu.

"Kenapa? aku membuat kesalahan yang membuat kalian tak nyaman, atau kalian merasa sungkan tinggal di rumah yang sekarang menjadi milikku?" tanya Haru. Pemuda itu terkejut mendengar jika kedua vampir itu takkan lagi tinggal bersama nya.

"Bukan. Ini masalah lain."

"Masalah apa? padahal kalian bisa dengan mudah tinggal disini, bukankah kalian sudah lama disini? kenapa tiba-tiba saja ingin pindah, jika bukan karena aku?" tanya Haru lagi.

"Disini sangat berbahaya untukmu dan juga aku. Musuh ku sudah mengetahui keberadaan ku, aku tidak mungkin membuat dirimu dalam bahaya karena itu." jawab Jill.

"Siapa yang bisa membuat ku dalam bahaya? yang membahayakan ku itu adalah tatapan tajam mu itu!" timpal Haru merasa kesal. Pria dihadapannya ini seperti tengah meremehkan dirinya.

"Berhenti menyombongkan diri. Situasinya berbeda, kau tidak akan tahu." suara tajam Jillian membuat Haru sedikit bergidik.

"Aku bisa melindungi diriku sendiri, bahkan aku bisa melindungi mu juga. Jadi tidak perlu mengkhatirkan aku, tentang apapun." mendengar itu membuat kedua tangan Jillian mengepal. Sangat sulit memberitahu pemuda dihadapannya ini untuk mengerti. Haru terlalu sombong dan angkuh.

Bloody Diamond || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang