Suasana mencekam menyelimuti kastil Northern, yang sekarang sudah berubah menjadi kastil Outcast. Yang dulunya begitu hidup sekarang benar-benar mati, tertutupi kabut kegelapan. Seorang wanita berjubah hitam berdiri di area kekuasaannya. Mata tajamnya dan juga bibir hitam nya yang mengerikan tersenyum licik di wajah pucat itu.
"Sebentar lagi. . . sebentar lagi akhirnya aku bisa mewujudkan impianku. Keabadian akan menjadi milikku dan akan aku kuasai dunia ini. . . ha ha ha ha. . . !" Tawa liciknya mengudara, kedua tangannya yang berkuku panjang terlentang dengan bahagianya.
Tawa kerasnya itu perlahan terhenti, sembari memandang ke arah depan yang dimana datanglah ketiga anaknya dan juga anggota baru mereka. Seorang vampir yang bertudung hingga menutupi setengah wajahnya.
"Salam keabadian Bunda Lucinda. . . " Ujar nya menunduk hormat.
"Selamat datang anggota baru ku."
"Bunda, kami akan merebut berlian itu secepatnya. Kami sudah mengetahui waktu yang tepat untuk menyerang Jillian."
"Kau tinggal perintahkan saja semua pasukan Outcast untuk ikut dengan kami."
Bunda Lucinda memperhatikan perkataan Joel dengan matanya yang mengernyit tajam. Senyuman miring timbul di bibirnya, ia sudah tidak sabar untuk segera mendapatkan berlian yang dicari-carinya selama ini.
"Kali ini jangan sampai gagal, kalian harus berhasil merebut berlian itu di malam bulan purnama merah. Kita akan melakukan upacaranya saat berlian itu berhasil kita dapatkan, jadi kalian harus benar-benar berhasil kali ini." Ucapnya dengan penuh kelicikan di wajahnya.
Lucinda begitu terobsesi untuk mendapatkan satu berlian yang berada pada Jillian. Karena dia adalah satu-satu nya Pangeran Vampir yang tersisa. Tanpa mendapatkan berlian itu ia tidak bisa melakukan upacara penyerahan jiwa, yang akan membuat jiwa nya abadi untuk selamanya.
Beratus-ratus tahun ia mengincar dan mencari keberadaan Jillian. Sampai menyuruh semua pasukannya termasuk anak-anaknya berkeliling dunia hanya untuk mencari Jillian. Hingga pada akhirnya mereka berhasil menemukan Jillian yang hidup di dunia manusia, yang jauh dari jangkauannya. Kali ini ia tidak boleh gegabah dan harus berhasil merebut berlian itu.
"Baik bunda!" Ujar mereka serentak, lalu mengundurkan diri dari hadapan sang pemimpin.
Lucinda tersenyum miring, waktu yang ditunggu-tunggunya akan segera tiba. Ia tidak sabar untuk menanti hari itu, hari dimana ia akan menjadi makhluk abadi yang terkuat di dunia immortal ini.
***
Di dunia manusia, Akito tengah berdiri menatap jendela. Entah kenapa perasaanya tidak bisa tenang sejak semalam. Ia mencoba menerawang dan mencari tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, entah kenapa ia tidak bisa melakukan itu. Ini aneh menurutnya, itu adalah kelebihannya untuk membaca masa depan. Tapi kenapa sekarang bahkan ia tidak bisa melihat apa yang akan terjadi.
"Akito, apa yang kau lakukan disini?"
Jillian datang dengan tenangnya, ia berdiri sejajar dengan pria paruh baya. Sang empu yang tersadar lantas membungkukkan badannya kepada sang tuan.
"Saya tidak tahu tuan muda, perasaan saya sangat terganggu."
"Apa yang mengganggu mu? Apakah akan ada yang terjadi?" Tanya Jillian yang begitu penasaran.
Akito menggeleng pelan, raut wajah nya nampak begitu murung. Karena tak bisa melihat masa depan, membuatnya begitu frustasi. Akan tetapi, Akito tetap berusaha tenang. Ia tetap harus menjernihkan pikirannya agar tidak terlalu lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Diamond || NOMIN
FanfictionTatanan dunia sejatinya tidak ada yang tahu. Bagaimana kita hidup dan berkembang menyesuaikan tempatnya. Bagaimana jika yang sebenarnya terjadi adalah bukan hanya manusia yang menempati planet ini? bagaimana jadinya jika kita hidup berdampingan deng...