26. Sunday With You

369 36 21
                                    

Haru terbangun dari tidur nya dengan nafas terengah. Ia baru saja memimpikan sesuatu hal yang begitu memalukan. Kini kedua pipi nya pun merona jika mengingat apa yang terjadi di dalam mimpinya tersebut. Ia tak percaya jika ia bisa bermimpi tengah berciuman dengan Jillian.

"Kau gila Haru, apa kau baru saja bermimpi berciuman dengan Jillian setelah kejadian semalam?!" gumam nya dengan menggebu.

Pemuda itu menyentuh bibir nya sendiri dengan pandangan kosong. Sekarang ia benar-benar salah tingkah.

Tok, tok, tok!

Haru menolehkan kepalanya ke arah pintu kala suara ketukan terdengar, ia menghembuskan nafas pelan untuk menetralkan jantungnya. Kemudian ia beranjak untuk membuka pintu.

Lagi-lagi ia harus terkejut kala melihat pria di dalam mimpinya tadi sudah berdiri di depan pintu dengan pandangan yang nampak. . . khawatir? itu yang Haru lihat.

"Jillian, ada apa?" tanya nya, ia mencoba untuk terlihat biasa saja meskipun sekarang ia masih begitu gugup jika bersitatap dengan pria itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Jillian secara tiba-tiba. Haru tak bergeming, ia hanya bisa tersenyum kikuk mendengar pertanyaan Jillian.

"Ya. . . tentu saja, aku baik-baik saja." jawab nya.

"Maaf atas kejadian semalam." ujar Jillian dengan penuh penyesalan.

"Apa yang kau katakan Jillian? itu tidak disengaja, kau tidak perlu meminta maaf." Haru memberikan senyuman manisannya agar Jillian percaya bahwa dirinya baik-baik saja dengan hal itu.

Pria itu dengan perlahan mengambil kedua tangan Haru dan menggenggamnya. Haru terdiam melihat apa yang dilakukan Jillian.

"Mari kita turun, Akito sudah menyiapkan sarapan untuk Kita." ajak Jillian.

Haru tak mengerti mengapa Jillian harus melakukan hal yang di anggapnya begitu manis jika hanya ingin menyuruhnya untuk turun. Jillian harus tahu jika Haru tak berdaya jika di perlakukan seperti itu. Ataukah Jillian memang sengaja bersikap manis padanya?

Haru menganggukkan kepalanya, jujur saja jika ia saat ini sangat ingin berteriak sebab jantungnya sudah berdetak begitu cepat. "B-baiklah, aku akan mencuci muka dan segera turun." ucap Haru dan melepaskan tanganya dari genggaman tangan dingin Jillian.

Jillian tersenyum dan membiarkan Haru bersiap. Pemuda itu menutup pintu tanpa berkata lagi, membuat Jillian terkekeh kecil dibuatnya. "Dia sangat imut dan juga lucu." ujarnya dalam hati.

***

"Kau masak apa, Akito?"

Kedua orang yang kini sudah duduk di meja makan itu menoleh bersamaan kala mendengar suara Haru.

"Saya memasak sup Ayam, tuan muda Haru." jawab Akito dan menyapa Haru dengan senyum ceria nya.

Pemuda itu memilih untuk duduk didekat Jillian. Bukan tanpa alasan, entah kenapa ia hanya ingin duduk didekat pria itu.

Akito yang melihatnya hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Tuan muda, hari ini saya akan pergi untuk belanja bulanan. Tadi saya hanya pergi ke pasar dan membeli bahan secukupnya." Akito membuka suara disaat mereka bertiga tengah menikmati sup Ayam itu.

"Kalau begitu biar aku saja Akito. Hari ini kan hari minggu, jadi biar aku saja yang pergi."

"Baiklah jika itu kemauan anda, tuan muda." jawab Akito.

Bloody Diamond || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang