Haru keluar dari rumah sembari menggigit sepotong roti lapis di tangannya. Ia sudah rapi dengan mengenakan seragam sekolahnya dan juga tas slempangnya. Pemuda itu hendak mengayuh sepedanya yang terletak di depan rumah. Akan tetapi, pergerakannya terhenti kala sepedanya tak mau berjalan. Ia dengan wajah kebingungan lantas menunduk untuk melihat apa yang terjadi dengan sepedanya.
"Bagaimana ini bisa patah?" tukas nya ketika melihat rantai sepedanya telah patah dan tak dapat digunakan.
Ia berdecak pelan lalu turun dari sepedanya. Berdiri sembari terus memperhatikan rantai itu dengan pandangan bingung. Tak lama dari itu, Akito nampak terburu-buru keluar dari rumah. Ia berdiri tak jauh di belakang Haru.
"Nona Haru!" panggil nya.
Haru pun dengan cepat menoleh, ia melihat pria setengah baya itu tengah mengatur nafas nya. "Ada apa?" tanya Haru.
Akito berjalan mendekat. "Saya lupa memberitahu anda jika semalam saya lupa untuk memperbaiki nya." ujar pria itu.
Haru berkacak pinggang sembari menghela nafas. Ia tak bisa menyalahkan Akito untuk itu. Lagi pula ini salahnya karena membuang sepedanya begitu saja.
"Huft. . . baiklah kalau begitu, aku akan berjalan kaki." pemuda itu menjagang kembali sepedanya.
"Eh. . . eh. . . tunggu-tunggu!" Akito menghentikan Haru ketika pemuda itu hendak melangkah pergi.
"Ada apa lagi?"
"Jika anda berjalan kaki nanti anda bisa terlambat, nona." ucap Akito pada Haru.
"Lalu aku harus apa?" pemuda itu membuka tanganya, meminta petunjuk pada yang lebih tua.
"Sepeda ku rusak dan kita tidak punya kendaraan lain." lanjutnya.
"Kata siapa? tuh. . . !" pria itu menunjuk ke arah kanan dengan dagu nya. Haru mengikuti gerak pandang pria paruh baya itu, dan ternganga setelahnya.
Ia tidak pernah mengira jika ada mobil di dalam garasi yang sebelumnya tak pernah ia jamah. Ia pun dengan cepat langsung menghampiri kendaraan itu, diikuti oleh Akito dibelakangnya yang nampak tersenyum bangga.
"Ini. . . mobil siapa?" tanya Haru penasaran.
"Anda tidak pernah melihat garasi rumah ini kan~?"
"Saya menyembunyikan mobil keren ini tanpa diketahui oleh siapapun!" Akito menyilangkan kedua tanganya sembari menggeleng.
"Mari, saya antar anda dengan mobil ini!" ajak Akito dengan antusias.
"K-kau yakin akan mengantarku dengan mobil ini? nampaknya sangat tidak meyakinkan. . . " Haru mengusap tengkuknya dengan wajah kikuk.
"Tenang saja, nona! saya jamin mobil ini akan mengantar anda dengan selamat." Akito nampak percaya diri. Namun, Haru terlihat sangat ragu.
Bagaimana tidak? mobil milik Akito ini sudah terlihat sangat tua. Mobil klasik berjenis Chevrolet ini nampak sudah berkarat dan sangat tua. Haru ragu untuk menaiki nya, apakah mesin nya masih bagus? atau masih layak untuk digunakan? ia khawatir jika mobil ini akan berhenti ditengah jalan nantinya.
"Eum. . . aku berjalan kaki saja!" putus nya, ia berjalan meninggalkan Akito.
Akan tetapi, pria paruh baya itu tidak membiarkannya. Ia masuk kedalam mobil, mencoba menyalakan mesinnya. Untuk pertama kali ia gagal menyalakannya, namun yang kedua kali nya ia tersenyum lebar kala mesin mobil mau menyala. Ia pun dengan cepat menginjak pedal gas dan menyusul Haru.
"Nona, jika anda ingin berjalan kaki pikirkanlah. . . ini sudah hampir jam tujuh, anda bisa terlambat. Sebaiknya naik mobil saya." Akito menyembulkan kepalanya keluar jendela. Sebelah tanganya mengusap body mobil berkarat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Diamond || NOMIN
FanfictionTatanan dunia sejatinya tidak ada yang tahu. Bagaimana kita hidup dan berkembang menyesuaikan tempatnya. Bagaimana jika yang sebenarnya terjadi adalah bukan hanya manusia yang menempati planet ini? bagaimana jadinya jika kita hidup berdampingan deng...