13. When Friends Come

467 55 6
                                    

Haru berjalan keluar kamar, ia ingin menonton acara di tv box yang berada di ruang tengah. Ia berjalan dengan langkah biasa dengan keadaan yang hampir membaik. Namun, luka lebam di wajah nya belum sepenuhnya hilang dan masih membiru.

Pemuda itu dengan perlahan menuruni tangga. Ia sedikit mengernyit kala netranya menangkap gestur tubuh Jillian yang kini duduk di sofa sembari membaca sebuah buku. Haru berhenti, ia mengamati pria itu dengan lamat-lamat. Tersenyum dan kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Aku tidak akan memberitahu kepada siapapun tentang ini, tapi kalau boleh jujur dia sebenarnya adalah tipe ku." ucapnya dalam hati.

Karena tak ingin jika ia tertangkap basah tengah memandangi Jillian, ia pun segera turun kebawah. Tentu saja ia menghampiri pria itu karena ia ingin menonton tv.

Haru berdiri di depan Jillian yang masih terfokus dengan bukunya. "Kau sedang membaca apa?" tanya Haru.

"Buku." jawab pria itu singkat. Bahkan tak mengalihkan pandanganya sama sekali.

"Aku tahu jika itu buku, tapi buku apa?" tanya Haru lagi.

"Village of Shadow's."

"Kedengaranya menarik, boleh aku ikut membacanya?" Haru dengan antusias pun duduk di dekat pria itu, sembari melirik sedikit isi buku itu.

Tap!

Belum apa-apa Jillian sudah terlebih dulu menutup buku itu. Tatapannya sangat dingin dan tanpa ekspresi seperti biasa. Ketenangannya terganggu semenjak Haru datang. Ia sedikit tak suka karena perangai pemuda itu yang selalu banyak bicara.

Haru menatap bingung ketika Jillian berdiri dari tempatnya dan membawa buku itu pergi. Membuat Haru memberengut sebal dibuatnya.

"Pergi saja! lagi pula aku bisa menonton tv, huh!" sungut nya.

"Tidak berperasaan sama sekali. Pelit dan selalu saja memasang muka dingin, dia pikir dia siapa?!" gerutunya dalam hati.

Haru beranjak untuk menekan tombol kecil yang berada dibawah layar tv box. Memilih tontonan yang menarik, lalu kembali bersandar di sofa dengan muka kesal.

Jillian dengan tampang khas nya melirik kebelakang. Tak menanggapi celotehan pemuda itu yang mengatainya di dalam hati. Ia berjalan ke perpustakaan untuk melanjutkan kegiatannya membaca buku.

Tak lama dari itu, dering suara telephone rumah terdengar nyaring di atas meja di sebelah Haru duduk. Ia semakin mendengus dan dengan malas mengangkat panggilan yang entah dari siapa.

"Halo?" sapa nya.

"Haru~!"

Mendengar namanya di panggil dengan suara itu, Haru langsung menjauh kan telephone nya.

"Lee Hwan?!" gumam nya sangat pelan.

"Kau tega sekali. . . sakit tapi tidak memberitahu ku! bagaimana keadaan mu, apa kau baik-baik saja?" tanya Hwan panjang lebar.

"O-oh. . . aku baik-baik saja kok, maaf karena lupa memberitahu mu." Haru meringis.

"Hah. . . baiklah tidak apa-apa. Tapi aku akan menjengukmu setelah ini."

Mendengar itu Haru terjengit, ia tidak berharap jika Hwan akan menjenguk nya saat dirumah nya ada dua vampir yang saat ini menjadi rumor panas di wilayah nya.

"K-kau tidak perlu menjengukku Hwan, aku sudah baik-baik saja dan mungkin besok aku akan kembali bersekolah." jawab Haru.

"Tapi aku ingin melihat mu, sekalian karena aku belum tahu seperti apa rumah baru mu itu. Tolonglah Haru. . . izin kan aku pergi. . . " sembari memohon Hwan sangat berharap jika Haru membiarkan ia pergi kerumah nya.

Bloody Diamond || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang