19. War of the Darknes

393 41 3
                                    

Tercekat—  Morpheus sontak membuka kedua matanya dengan cepat. Apa yang dilihat nya tadi membuat dirinya tak berdaya.

Tiba-tiba saja semua para prajurit langsung keluar dari pintu kastil dan menyerang semua pasukan werewolf dan juga warlock yang terbang di atas mereka.

Para pangeran yang baru saja tiba berdiri dibelakang Jillian dengan pandangan panik. Mereka tidak tahu apa yang kini tengah terjadi pada Northstead Land.

"Ada apa dengan semua ini? kenapa mereka menyerang kita?!" tanya Edwardson dengan nada begitu panik.

"Kenapa mereka melanggar peraturan?!" sahut Edmund yang juga sudah resah.

Para pangeran itu bergerak gusar karena panik, mereka sangat ingin membantu. Namun para pengawal mencegah mereka semua dan tak mengijinkannya melewati gerbang.

"Dimana kak Edmund?!" tanya Eleazar pada saudara-saudaranya. Mereka semua lantas saling menoleh dan menatap satu sama lain, mencari keberadaan kakak tertua mereka yang ternyata tak bersama dengan mereka sedari tadi.

Jillian yang mendengar itu lantas melirik kebelakang dengan kedua alisnya yang menukik tajam. Benar jika ia sedari tadi ia tak melihat kakak tertuanya itu, bahkan sejak pembelajaran di aula empat.

Dengan segala pikiran buruknya dan melihat para prajurit nampak banyak yang tumbang, Jillian pun yakin harus mengorbankan dirinya untuk ikut dalam pertempuran ini. Ia melihat Ayahnya tengah membunuh para werewolf dan juga warlock dibantu oleh para jendral terhebat mereka.

"Yang mulia, mereka menyerang penduduk Northstead dan membunuh mereka dengan brutal!" beritahu salah satu prajurit yang baru saja tiba dengan kuda nya.

Jillian semakin naik pitam, kedua tangannya mengepal erat dan netra merah nya berkilat dengan amarah. Ia melesat dan bergabung untuk melawan para musuh itu.

"Pangeran muda!" teriak Akito yang melihat tuannya itu sudah melarikan diri darinya.

Para pangeran yang lain juga terkejut ketika melihat Jillian masuk kedalam pertempuran. Mereka tahu jika Jillian memang keras kepala, namun mereka tidak ingin jika sesuatu terjadi pada adik terkecil mereka.

"Akito, hentikan Jillian sekarang juga!" perintah Edoardo pada Akito.

Akito pun mengangguk patuh, ia pun akhirnya menyusul Jillian guna mencegah anak itu untuk ikut bertarung.

Jillian dengan busurnya memanah semua musuh yang hendak menyerang. Namun para werewolf itu juga nampak sangat kuat karena tak mempan hanya dengan satu anak panah.

'Slash!

Jillian terbelalak kala sebuah kepala werewolf menggelinding dibawah kakinya. Lantas dengan cepat ia tolehkan kepalanya dan melihat jika Akito baru saja memenggal salah satu werewolf hingga kepalanya lepas.

"Pangeran! mari kita kembali ke kastil!" pinta Akito pada Jillian.

"Tidak Akito! nyawa semua vampir dalam bahaya! semua penduduk desa sudah mereka habisi dengan brutal, kita sebagai yang terkuat tidak bisa membiarkan hal itu terjadi!" tegas Jillian sembari terus melesatkan anak panahnya.

"Biarkan para prajurit yang melawan mereka semua, anda tidak boleh terluka pangeran!" bujuk Akito.

"Tsk! apakah pikiran mu sependek itu?! apa gunanya aku sebagai pangeran jika tidak bisa melindungi rakyatku yang lemah?!" teriak Jill yang sudah semakin marah.

"Semua saudara anda mengkhawatirkan keadaan anda yang mulia, mereka meminta anda untuk kembali!" ucap Akito lagi.

"Mereka semua pengecut dan penakut! kau tidak seharusnya mendengarkannya dan lebih membantuku untuk menghabisi mereka semua, Akito!" bentak Jillian pada Akito yang semakin menyebalkan.

Bloody Diamond || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang