16. A Night Full of Hope

351 35 5
                                    

Di sebuah hutan yang lebat, gelap dan mencekam. Ada sebuah rumah kecil yang nampak tak berpenghuni. Berada di tengah-tengah pepohonan yang mengelilingi, semua kelelawar bergoyang tertiup angin. Suara burung hantu ikut menjadi alunan merdu di hutan itu. Namun, bukan sesuatu yang mengerikan bagi mereka.

Di dalam rumah itu, tanpa pencahayaan yang cukup. Lilin-lilin temaram yang menjadi saksi bisu bagaimana mereka mengelilingi sebuah meja bundar. Berkenakan jubah bertudung yang menyelimuti tubuh dingin mereka. Sehingga angin pun takut untuk menyentuh mereka.

Kedua tangan mereka satukan, menundukkan kepala dan netra terpejam rapat. Bergumam dan berbisik menyebut satu nama yang diyakini adalah ratu kegelapan.

"Bunda Lucinda. . . "

"Bunda Lucinda. . . "

"Bunda Lucinda. . . "

Nama yang begitu agung untuk mereka panggil, sehingga dengan hembusan angin kencang pintu kayu pun terbuka. Kelelawar berterbangan masuk dan mengelilingi mereka. Suasana menjadi sangat menakutkan ketika salah satu dari mereka mengeluarkan sebuah pisau kecil dari lengan besarnya. Mengibasnya ke udara sehingga tetesan darah dari hewan malam itu terjatuh ke atas meja. Sang empu yang melakukan itu lantas mengambil hewan kecil itu dan langsung menghisap darah segar dari kelelawar yang baru saja terbunuh.

Makan malam yang terasa mengerikan itu dilakukan oleh serangkaian vampir Outcast. Dengan menyebut nama sang Ibunda, mereka melahap kelelawar-kelelawar itu. Mengapa tidak meminum darah manusia? padahal tubuh mereka akan rusak jika tidak meminum darah segar dari manusia. Karena tidak setiap hari mereka memangsa manusia, kelelawar adalah obat bagi mereka.

Setelah ritual makan malam yang sedikit aneh itu selesai. Mereka semua menegakkan tubuh, seakan ingin berdiskusi dan membicarakan sesuatu yang sangat penting untuk mereka.

"Tidak lama lagi adalah upacara bulan purnama. Tapi kita bahkan belum melakukan misi utama kita disini." ujar Joel mengawali.

Mihaela nampak tengah membersihkan sisa darah di sekitar bibirnya, kemudian menimpali. "Jika sampai saat itu kita belum mendapatkan berlian zambrud milik Jill, kita tidak bisa kembali ke Holifgad."

"Bagaimana Mark?" tanya Joel pada adik keduanya yang bermain-main dengan belati di tangannya.

"Rencanaku pasti berhasil, kita tunggu saja sampai saat itu tiba." Mihaela mendengus mendengarnya.

"Yang pasti. . . bulan purnama kali ini kita harus berhasil melakukan upacara itu. Atau kalau tidak, bunda Lucinda akan membunuh kita." tukas Joel dengan suara dinginnya.

Mereka adalah para outcast, makhluk kegelapan berdarah dingin yang hidup melalui sihir atau kutukan. Tak heran jika ambisi mereka begitu kuat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

***

Haru berjalan keluar kamar, di dalam rasanya sangat panas sehingga ia berencana keluar untuk mencari angin segar. Pemuda itu turun ke lantai bawah, melewati ruang tengah dan terus berjalan menuju pintu depan.

"Mau kemana?" Haru tersentak kala ia mendapati Jillian duduk di sofa seperti biasa, tengah membaca sebuah buku yang tak diketahui judulnya.

"Keluar, di dalam sangat panas." jawab Haru.

Jillian menutup bukunya, menatap Haru dengan netra onyx nya itu. "Kau masih sakit, jangan keluar. Angin malam bisa membuat mu tambah sakit." ujar pria itu pada Haru.

Pemuda itu memutar bola matanya, ia malas mendengar perintah Jillian yang entah kenapa akhir-akhir ini terlihat perhatian padanya. Haru berdecak.

Bloody Diamond || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang