5. Outcast

526 54 2
                                    

Didalam hutan yang luas, bayangan seseorang yang tengah berlari dengan cepat terlihat sangat atraktif. Pria dengan surai blonde itu berlari dan melompat dari satu pohon ke pohon yang lain. Manik tajam nya menangkap seekor rusa yang berdiri tak jauh dari sana.

Ia hentikan lajunya, dan bertengger di dahan pohon yang tebal dan kuat. Layaknya seekor elang yang siap menerkam mangsanya. Ketika rusa tersebut tengah lengah, Jill pusatkan matanya tepat pada si rusa. Gelombang transversal terpancar hanya dengan tatapan tajam dari mata onyxnya.

Rusa muda itu terkulai lemas setelah mendapat sengatan dari gelombang hipnosis yang dipancarkan oleh Jill. Bibir segarnya tersenyum lebar, lidahnya menjilat bagian bawah bibir karena begitu senang telah menaklukan mangsanya. Ia bawa tubuhnya untuk menghampiri hewan tersebut.

"Kemampuan ku meningkat secara keseluruhan." monolognya sembari menggotong rusa kecil itu di bahunya. Bagai serigala lapar, ia tidak sabar ingin mencicipinya.

Jill sedari kecil sudah belajar membiasakan diri untuk meminum darah hewan meskipun rasanya tak se segar darah murni manusia. Walau kadang kala ia hampir hilang kendali, tapi Akito selalu membantu dirinya untuk menahan nafsu nya.

"Setidaknya ini bisa memulihkan sedikit energi ku." ujar Jill sembari meletakan tubuh rusa itu dibawah pohon oak raksasa.

Ia tegakkan tubuhnya. Netra tajamnya menyala penuh binar, tak sabar ingin mencicipi darah rusa muda di hadapanya. Dalam sekali tarikan nafas, ia rentangkan satu tanganya yang penuh otot itu kebawah. Jari-jari panjang serta kuku setajam mata pisau keluar dari tanganya. Bahkan panjang nya bisa sampai tiga puluh centi.

Senyuman sarkas terbit bersamaan dengan tanganya yang mulai mengoyak tubuh rusa tersebut. Ia tancapkan kuku nya pada leher si rusa hingga tembus, membuat darah hewan itu mengalir deras hingga ke tanah.

Dengan brutal Jill hisap darah tersebut seperti orang kehausan. Bercak merah mengotori pipi serta mulutnya, bau anyir terasa begitu menyegarkan bagi vampir seperti Jill.

Merasa puas karena cairan kental itu membasahi kerongkongannya dan memulihkan setengah energinya. Jill usap bibirnya dengan tangan, ia bersihkan noda merah itu dari wajahnya.

Ketika ia akan kembali minum, gerakanya tiba-tiba terhenti. Hidungnya berkedut mencium aroma baru. Ia bawa kepalanya untuk menoleh dengan cepat. Jillian amati setiap sudut di sekitarnya, aroma itu semakin menusuk rongga hidungnya dengan sangat kuat.

"Outcast. . ." ucapnya dalam hati.

Tak mau berpikir panjang, Jill letakan tubuh rusa itu demikian. Ia segera pergi dari sana dengan gerakan secepat kilat.


***

Jillian memasuki rumah dan dengan langkah cepat mencari Akito yang kini entah kemana. Keadaan rumah terlihat sangat sepi. Ia bawa tubuhnya untuk naik ke lantai atas. Namun, tak ia dapati pria paruh baya itu.

Suara pintu terbuka terdengar dari lantai bawah, ia dengan cepat menyusul. Ia melihat pemuda manis yang baru saja pulang dari sekolahnya masuk dan merebahkan diri di sofa.

Penciuman Jill jelas tak pernah salah. Vampir tampan itu memiliki berbagai kemampuan, penciumannya yang sangat tajam tak bisa membohongi aroma yang tengah ia hirup saat ini.

Ia dekati Haru yang berbaring di sofa sembari memejamkan mata. Pemuda manis itu nampak lelah, terlihat dari bulir bulir keringat yang keluar dari pelipisnya.

Jillian berdiri didekat Haru. Hidungnya mengendus bau badan pemuda bersurai pink itu. Bau yang sedari tadi mengganggu pikiranya, bau yang berhasil membuat Jill khawatir akan kedatangannya.

Bloody Diamond || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang