Haru berjalan sendirian di lorong sekolahan yang sepi. Ia hendak pergi ke gedung latihan untuk berlatih Taekwondo. Ketika ia tengah berjalan sendirian, kedua netranya menangkap gestur tubuh seseorang yang ia kenal.
"Lee Hwan?" gumam nya pelan.
Kedua alisnya menukik tajam, menelisik bagaimana teman satu kelas nya itu berjalan jauh didepannya menuju taman belakang.
"Lee Hwan!" teriak Haru memanggil sang empu.
Hwan lantas berbalik, entah benar atau tidak tapi Haru melihat secercah ekspresi terkejut ketika Hwan menangkap nya. Haru pun berlari kecil menghampiri Hwan.
"Kau mau pergi kemana?" tanya Haru dengan wajah ceria. Ia sedikit merindukan Hwan setelah satu hari tak masuk sekolah, padahal semalam mereka baru saja bertemu.
"Tidak, aku hanya sengaja jalan-jalan lewat sini." Hwan membalas senyuman Haru.
"Oh. . . kau tidak mencari ku, biasanya langsung heboh mengajakku ke kantin." ujar nya.
"Bukannya kau akan latihan? jadi aku sengaja tak mencari mu Haru." jawab Hwan sembari menggaruk tengkuknya.
"Benar juga, yasudah kalau begitu. Aku harus segera ke gedung latihan." Haru menepuk pundak Hwan dua kali sebelum ia pergi.
"Bye~!" sahut Hwan melambaikan sebelah tanganya. Pemuda itu membuang nafas ringan setelah punggung Haru menghilang dari pandangannya. Hwan pun sama, ia berbalik dan melanjutkan berjalan ke arah taman belakang.
Haru membawa tanganya untuk bersedekap dada sembari menggigiti kuku jarinya. Ia sedikit merasa aneh dengan perilaku Lee Hwan. Sahabat nya itu tidak bersikap macam-macam, namun entah mengapa Haru berpikir seperti itu.
"Dia selalu menggangguku bahkan saat aku sibuk sekalipun, terasa tidak biasa ketika dia melepaskan ku begitu saja. . ." gumam Haru penuh tanya. Memikirkan hal itu bisa membuat Haru berpikir macam-macam mengenai sahabatnya.
"Terserah lah, yang terpenting dia tidak menggaguku seperti biasa." Haru memilih untuk mengabaikan perasaannya. Ia lantas mempercepat langkah nya menuju gedung latihan.
Sedangkan kini Lee Hwan sudah duduk di sebuah bangku taman. Ia mengambil satu buku komik kecil dari balik blazer nya. Ia duduk dengan tenang dan mulai membaca komik tersebut.
Baru ia mendapat satu lembar bacaan, tiba-tiba saja ada Mark yang datang dan duduk di sebelah nya. Hwan tentu saja terkejut, ia pun membawa arah pandangnya pada pria yang kini sudah menyandarkan kepalanya di bahu Hwan.
"Mark? a-apa yang kau lakukan disini? jika orang lain melihatnya, kita bisa- diam." ucapanya terputus setelah pemuda tampan disebelahnya itu memberi perintah.
Hwan sungguh diam, ia kembali menundukkan kepalanya untuk membaca komik di tanganya. Membiarkan Mark tidur di bahu nya dengan sesuka hati. Hwan tak bisa melawannya, titah yang keluar dari bibir Mark seakan menghipnotis nya.
Dari kejauhan berdirilah dua orang yang saat ini melihat interaksi mereka berdua. Itu adalah saudara Halstead, Joel dan juga adik perempuannya- Mihaela.
"Menggelikan melihat perilaku kak Mark yang seperti itu." cibir gadis itu dengan wajah remeh nya.
Joel yang juga melihatnya tak menanggapi apapun, ia hanya memasang wajah datar tanpa ekspresi. Menghiraukan cibiran sang adik dan langsung berlalu pergi. Mihaela yang melihat kakak tertua nya itu pergi juga turut mengekori, meninggalkan kedua sejoli itu di taman yang sepi ini.
"Bagaimana? kau sudah menjenguk teman mu Haru?" tanya Mark pada Hwan.
"Iya, sudah." balas Hwan tanpa mengalihkan perhatiannya. Keduanya nampak seperti sepasang kekasih yang tengah bersantai dibawah pohon rindang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Diamond || NOMIN
FanfictionTatanan dunia sejatinya tidak ada yang tahu. Bagaimana kita hidup dan berkembang menyesuaikan tempatnya. Bagaimana jika yang sebenarnya terjadi adalah bukan hanya manusia yang menempati planet ini? bagaimana jadinya jika kita hidup berdampingan deng...