"Kenapa tidak terjadi apa-apa?" tanya Haru kepada kedua oknum yang sekarang tengah berdiri di dapur.
Jillian tidak menjawab, ia bahkan mengabaikan Haru dan duduk di meja makan dengan tenang. Akito yang melihatnya hanya bisa tersenyum, ia sangat ingin tertawa tapi ia tak ingin merasakan tendangan maut dari pemuda cantik di hadapannya kini.
"Nona Haru- "
"Jangan panggil aku nona!" sanggah nya.
"Baiklah, tuan muda Haru apakah anda lupa bahwa kami ini vampir yang istimewa? tentu saja kami tidak takut dengan bawang, seandainya kami lemah dengan benda itu apakah anda tidak berpikir terlebih dahulu bahwa selama ini saya berkutat dengan masakan? anda tidak terpikirkan apakah saya takut dengan bawang atau tidak, padahal saya sering memasakkan anda nasi goreng." jelas Akito.
Pemuda bersurai pink itu termenung sejenak, ia merutuki kebodohannya sendiri karena tidak berpikir sampai kesana. Selama ini Akito lah yang selalu memasak makanan untuknya, jadi tentu saja bawang putih bukan lah apa-apa untuk vampir sepertinya.
"Lalu apa kalian tidak memiliki kelemahan? bagaimana orang-orang bisa melawan kalian jika kalian sehebat dan sekuat itu? dan jika aku tidak lupa, tadi sore ada yang mengatakan bahwa akan ada musuh datang untuk menghabisi kita. Kenapa kalian khawatir, jika kalian sekuat itu?" Haru sengaja melirik Jillian yang terdiam.
Jillian sendiri paham dan tau maksud dari ucapan pemuda itu. Tapi ia tetap tenang dan tidak menggubris perkataan Haru yang di tujukan padanya.
"Tuan muda Haru, manusia dan kami jelas berbeda. Anda tahu bahwa ada beberapa vampir jahat yang mengincar kami, anda tidak tahu bagaimana kami sesama vampir bun bisa saling menyerang dan membunuh. Dan, apakah anda sangat ingin kami mati dan celaka?" mendengar perkataan Akito membuat Haru tertampar. Ia tidak bermaksud seperti itu, ia hanya terlalu bingung dan tidak mengerti.
"Bu- bukan seperti itu maksud ku, aku- "
"Berhenti berbicara dengan orang bodoh, karena kau hanya akan membuang waktumu Akito." timpal Jillian dengan suara dinginnya. Pria itu sangat terganggu dengan argumen Haru, ia pun memilih kembali ke kamar dan tidak menyentuh makanannya.
"Apa kau bilang?!" sungut Haru pada pria yang baru saja melewatinya itu.
"Sudah-sudah. . . nona Haru mari kita makan." ajak Akito meminta Haru untuk duduk di kursi makan bersama nya.
Haru pun dengan hati kesal duduk disana dan menyantap makanannya. Sebenarnya ia merasa tak enak hati mengingat ucapannya yang seperti nya menyinggung Akito dan juga Jillian. Ia merutuki kebodohannya karena berucap sebelum berpikir.
"Akito. . . " lirih nya.
"Ada apa non- tuan muda Haru?" tanya Akito.
"Maafkan aku, aku sudah salah bicara. Tidak seharusnya aku berbicara seperti itu, aku harus menghargai privasi kalian. Bukan maksud ku untuk membahayakan kalian, tapi jujur saja aku juga mengkhawatirkan kalian." ujar pemuda itu.
Akito tersenyum teduh, ia meletakkan sendok makannya dan menatap pemuda yang duduk dihadapannya. "Anda tidak perlu meminta maaf, ini salah saya karena saya tidak memberitahu anda semuanya. Kami seharusnya sadar dan berterima kasih kepada anda karena mengijinkan kami tinggal disini sementara waktu. Tapi saya rasa, disini tidak aman lagi untuk kami terutama anda." tukas pria paruh baya itu.
"Kenapa Akito, kalau boleh tau memangnya ada bahaya apa?" tanya Haru dengan hati-hati, ia tidak ingin menerobos privasi orang tanpa ijin.
Akito nampak menghela nafas dalam, ia kembali tersenyum. "Alasan kami bersembunyi dan lari dari dunia luar karena ada banyak musuh di luar sana yang mengejar kami berdua. Nona Haru, tuan muda Lee adalah putra raja vampir. Masa lalu nya sangat buruk, dan sekarang banyak musuh mengincarnya karena tuan muda Lee memiliki sesuatu yang sangat penting dan juga berharga yang mereka incar. Sekarang, mereka kembali mencari kami untuk merebut itu dari tuan muda." ucap Akito mencoba menjelaskan pada Haru.
"Sesuatu itu seperti apa?" tanya Haru, penasaran.
"Maafkan saya, tapi saya tidak bisa memberitahu anda nona." ujar Akito penuh perasaan bersalah.
Haru pun paham dan menggelengkan kepala. "Tidak masalah, itu bukan urusan ku. Tapi, apa kalian tidak bisa melawan mereka? aku tidak ingin kalian pergi dari rumah ini." tukas Haru.
"Nona, tuan muda Lee sebenarnya sangat menghawatirkan anda. Beliau tidak ingin anda dalam bahaya karena dirinya, jadi beliau memutuskan untuk pergi dari sini agar musuh kami tidak mengincar anda juga." ucap pria paruh baya itu.
Haru tertegun, ia tidak tahu harus bagaimana. Haru khawatir dengan kedua vampir yang beberapa hari ini tinggal bersama nya. Beberapa hari bersama mereka membuat Haru tak kesepian seperti waktu dulu, ia sudah mulai terbiasa berinteraksi dengan Akito dan juga Jillian.
Meskipun itu terlalu bingung mencerna semuanya. Tentang pangeran, raja vampir, musuh dan segalanya membuat Haru pusing. Ia harus mencari tahu semuanya.
***Saat tengah malam tiba, semua orang tidur di kamar mereka masing-masing. Haru tertidur dengan sangat pulas karena ia merasa lelah seharian ini. Akito dan juga Jillian juga tidak menampakkan batang hidung mereka sejak makan malam selesai.
"Argh!""Arghhh!"
Suara geraman dan teriakkan yang tertahan terdengar dari bilik kamar Haru. Pemuda itu terbangun karena suara erangan yang menganggu tidur nya. Suara itu berasal dari ruangan di sebrang kamar nya.
Haru pun memilih untuk mengecek suara itu. Ia merasa sedikit was-was karena suara erangan itu sangat mengganggunya. Akhirnya Haru keluar dari kamar dan melihat pintu kamar di sebrang nya itu nampak sedikit terbuka.
Dengan jantung berdegup kencang, ia beranikan diri untuk melangkahkan kakinya menuju ruangan itu. Ruangan itu merupakan kamar Jillian, jadi Haru semakin penasaran apa yang terjadi dengan pria itu. Sungguh Haru tidak bisa mendengar erangan yang terdengar memilukan seperti itu. Ia pun mengintip celah pintu kamar dan sontak kedua matanya membola kala melihat Jillian terjatuh ke lantai dengan menggeram keras.
Jillian nampak memegang bagian tubuhnya dan terus mengerang. Otot lehernya nampak mencuat, taring tajam nya keluar dan kedua mata onyx itu menyala. Haru tidak tahu apa yang terjadi pada Jillian hingga kesakitan seperti itu.
Ia panik dan terus berpikir apa yang harus ia lakukan. Saat ia melihat kembali kedalam, ia terkejut karena tiba-tiba saja Jillian mengarahkan pandangan padanya dengan kedua mata yang merah menyala. Haru yang terkejut lantas berlari masuk kedalam kamar nya. Jantungnya berdetak sangat kencang, ia sungguh takut melihat pandangan itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi padanya?"
"Kenapa dia berubah sangat mengerikan? bagaimana jika dia memangsaku?"
Batin Haru sungguh berisik dengan ketakutan-ketakutannya. Ia ingin memanggil Akito karena mungkin pria paruh baya itu tidak mendengar karena kamar nya berada di lantai bawah. Namun Haru terlalu takut untuk turun dan memilih untuk mengunci dirinya sendiri di dalam kamar.
Nafas nya terengah dan keringat dingin keluar dari pelipis nya. Ia bertanya-tanya apa sebenarnya terjadi pada Jillian hingga bersikap seperti itu. Ia khawatir mendengar erangan kesakitan itu, yang juga membuatnya ikut merasakan bagaimana rasa sakit itu menyerang Jillian.
.
.
.
.
.
.
TBC
dont forget to vote and coment guys!
thankyou!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Diamond || NOMIN
FanfictionTatanan dunia sejatinya tidak ada yang tahu. Bagaimana kita hidup dan berkembang menyesuaikan tempatnya. Bagaimana jika yang sebenarnya terjadi adalah bukan hanya manusia yang menempati planet ini? bagaimana jadinya jika kita hidup berdampingan deng...