Jillian duduk termenung di tepian jendela. Vampir dingin itu menatap buliran-buliran air hujan yang menempel di kaca. Malam ini terasa sangat sunyi, karena semua orang sudah tertidur. Tapi ia memilih untuk menyendiri di perpustakaan yang temaram ini.
Setelah makan malam tanpa listrik sebab hujan badai yang membuat pemadaman listrik terjadi di seluruh kota. Jillian tidak merasakan apapun kecuali sesuatu di dalam dirinya yang terus berdetak kencang. Ia tengah merindu, merindukan semua yang sudah hilang darinya.
Mulai dari keluarga, rumah, kenangan dan lain-lain. Jillian begitu diam, sehingga diamnya pun membunuh perasaannya secara perlahan. Selama ini, ia terus mencoba berusaha untuk tidak menghiraukan sesuatu yang tidak penting dari hidupnya kecuali pembalasan dendam. Namun, kedatangan seseorang membuatnya kacau balau kala hati nya merasakan sesuatu yang selama ini telah tenggelam.
Haru membuat satu malam Jillian menjadi ribuan malam, karena perasaan membunuh ini. Ia terus bertanya-tanya, apa yang membuat dirinya merasakan sesuatu yang labil. Perasaan aneh yang terus membuatnya gusar setiap kali berinteraksi dengan Haru. Sering kali ia hiraukan hal-hal itu, namun Jillian tetap tidak bisa mengendalikan degup jantungnya. Jantung nya yang sudah mati terasa kembali berdetak tiap kali bersitatap dengan manik Haru.
Ditambah aroma darah pemuda itu yang tercium sangat harum setiap kali ia berdekatan dengannya. Jillian berusaha keras untuk tidak terdistrak dengan aroma darah Haru, hingga beberapa kali renfield syndrom nya kembali kambuh tanpa sepengetahuan mereka.
Kini ia hanya terus menatap hutan belantara yang terguyur hujan sembari menenangkan pikirannya yang terus mengembara.
Ia sentuh dada nya yang terasa sesak dan bersamaan dengan itu sebuah cahaya berwarna hijau menyala dengan redup di dibalik pakainya. Itu adalah berlian zambrud miliknya, satu-satu nya berlian yang tertinggal dari tujuh berlian lainnya yang sudah di ambil oleh penguasa outcast.
"Ada apa denganmu?"
Jillian dibuat tersentak kala sebuah tangan menyentuh bahu nya dari belakang. Itu adalah Haru yang datang dengan sebuah lentera di tangannya.
"Kenapa kau disini?" tanya Jillian yang tengah menahan rasa gugup nya.
"Aku terbangun, dan melihat pintu perpustakaan terbuka. Ada apa denganmu Jill? kau nampak memegangi dada mu." Haru meletakkan lentera itu di atas rak, dan duduk di pinggiran Jendela menghadap pria itu.
"Tidak ada apa-apa." balas Jillian dengan wajah yang berusaha ia buat setenang mungkin.
"Apa tubuh mu merasa lemah lagi?" tanya Haru lagi, dengan alis yang bertaut resah. Ia merasa begitu khawatir melihat raut gerak-gerik Jillian.
Jillian menggeleng, ia merasa semakin aneh ketika bibirnya bergetar karena menahan senyum kala melihat Haru yang begitu mengkhawatirkan keadaanya. Sebenarnya ada apa dengannya?
"Maaf, tapi kenapa itu menyala?" pemuda itu menunjuk dada Jillian.
"Kau melihatnya. . . ?" vampir itu berjengit kala Haru melihat berliannya mengeluarkan cahaya.
"I-iya. . . aku sempat melihatnya." balas Haru dengan perasaan canggung. Ia tidak tahu kenapa suasana saat ini terasa sangat canggung dan tidak seperti biasanya.
"Katakan padaku, apa itu berlian zambrud milik mu yang tersisa?"
"Bagaimana kau bisa tahu?" Jillian mengernyit ketika Haru menyinggung berlian miliknya. Ia tidak pernah memberitahu siapapun kecuali Akito, dan manusia memang tidak seharusnya mengetahui hal ini.
"Eum. . . Akito yang memberitahu ku, dia pernah menceritakan ku sesuatu mengenai dirimu." ucap Haru.
"Akito?" tanya Jillian dan di angguki oleh Haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bloody Diamond || NOMIN
FanfictionTatanan dunia sejatinya tidak ada yang tahu. Bagaimana kita hidup dan berkembang menyesuaikan tempatnya. Bagaimana jika yang sebenarnya terjadi adalah bukan hanya manusia yang menempati planet ini? bagaimana jadinya jika kita hidup berdampingan deng...