12: Rumor

16 11 0
                                    

Hari pertama sekolah seusai liburan semester diwarnai oleh kehebohan. Kehebohan akan berita yang menyebar secepat virus. Selain karena "apa" yang diberitakan, "siapa" yang ada di berita itu turut membuat berita tersebut cepat menyebar. Hampir seluruh sekolah tahu. Yah, berita itu melibatkan laki-laki paling populer di sekolah. Roos Hanami.

Aku tidak pernah mau tahu soal berita-gosip yang cuma tidak ada untungnya bagiku. Namun, semua orang membicarakannya. Di mana pun di sekolah, itu pasti topik yang dibahas. Contohnya saat ini sedang terjadi di hadapanku.

Derasnya hujan di luar tidak mengalahkan semangat Laura dan Jafar membahas topik hangat ini.

"Iya, sih, gue tau dia emang ganteng dan populer. Dia juga playboy, tapi gue hak nyangka dia ternyata fuckboy juga," ucap Laura.

"Ya, 'kan, cok. Padahal dia modal tampang doang, tapi banyak banget yang demen sama dia." Jafar menimpali.

Kami sedang meneduh di warung bakso yang tidak jauh dari sekolah sebab tiba-tiba hujan deras turun saat pulang sekolah. Sebenarnya mereka berdua yang lebih dulu meneduh di warung ini, lalu aku datang. Sejujurnya aku tidak mau merusak momen mereka berdua, namun aku tidak bisa menemukan tempat berteduh lain. Saat aku datang, mereka mengundangku untuk ke meja mereka.

Jadilah, aku terjebak di antara hujan, di tengah-tengah pasangan yang lagi pdkt, dan di percakapan mereka yang gosip terhangat.

Aku lebih dari senang melihat perkembangan Laura dan Jafar yang semakin bagus. Laura sudah tidak lagi grogi atau gugup. Jafar juga tidak canggung. Mereka terlihat nyaman untuk satu sama lain. Apalagi mereka sangat cocok di bidang "gosip". Laura anak jurnalistik yang cepat mendapat informasi dan Jafar yang selalu suka membicarakan keburukan orang.

"Lagian siapa juga, ya, yang nyebar foto begini di menfess sekolah? Kurang kerjaan banget, sih." Laura menunjukkan layar ponselnya pada Jafar. Itu dia foto yang menjadi berita terhangat hari ini.

Foto Roos dan seorang perempuan yang sedang berciuman. Mereka memakai seragam sekolah. Diambil saat malam hari, sedikit buram, namun rambut blonde si laki-laki sudah menjelaskan semua siapa identitas laki-laki tersebut. Semua orang kaget melihat foto ini. Ditambah, para penggemar Roos yang langsung meghampiri Roos ke kelasnya untuk minta klarifikasi, namun Roos hari ini tidak masuk. Tampaknya ia sudah tahu perkara ini dan memutuskan menghindar sampai situasi mereda.

"Paling mantan dia atau cewek yang dia php-in, merasa sakit hati jadinnya nyebar gitu," tebak Jafar.

"Atau jangan-jangan Roos sendiri yang ngirim? Supaya dia dijauhin sama cewek-cewek yang ngefans sama dia." Laura menambahkan kemungkinan.

Tatkala Laura dan Jafar merundingkan kemungkinan-kemungkinan yang ada, aku khidmat mendengarkan sambil memakan semangkuk bakso di hadapanku.

"Masuk akal, sih. Tapi sejak kapan juga Roos mau dijauhin sama fans-fans dia? Apa akhirnya dia merasa risi?"

"Terus kalo begitu ... cewek itu bukan sembarang cewek, kalo misalnya emang Roos yang ngelakuin. Cewek itu bisa jadi ...."

"Pacarnya!" Mereka menyebut secara bersamaan. Mereka tertawa bersama.

Oh, lihatlah pasangan detektif ini.

"Gue jadi kasian sama Iona. Tadi, sih, dia bilang gak apa-apa. Cuma, ya, gak apa-apanya cewek pasti ada apa-apa," ujar Laura.

Aku jadi teringat. Aku tidak melihat Iona keluar kelas sepanjang hari ini. Mungkin dia mengurung dirinya di kelas karena tidak mau mendengar lebih banyak berita seputar laki-laki yang ia sukai itu.

"Eh, lo ngomong gini gak apa-apa ada Pram?" bisik Jafar.

Dahiku mengerut heran.

"Gak apa-apa. Lo gak bakal nyebarin ke siapa-siapa, 'kan, tentang Iona suka sama Roos?" Laura mengecilkan suaranya.

Forever Silver ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang