Keberadaanku mungkin tidak pernah dianggap istimewa di hidupmu. Bagimu, aku tidak lebih dari seorang teman—kenalanmu. Di kisahmu, aku hanyalah pemeran figuran yang ada atau tidaknya diriku tidak berpengaruh besar buatmu. Sebab, ada sosok lain di hidupmu yang menempati posisi spesial itu. Sosok yang hidupmu berporos padanya.
Tapi, tahukah kau?
Di hidupku kaulah sosok spesial itu.
Aku yang hidupku berporos padamu.
Saat kumerasa jenuh, senyummu yang memberiku semangat kembali. Ketika aku gembira, kau pastilah alasannya. Bila aku merasa sedih, tawamu yang candu menjadi obatku. Seperti ada kupu-kupu di perut tatkala namamu disebut. Nama yang indah untuk perempuan yang tak kalah indah. Nama yang diambil dari bunga, meskipun aku tahu kau tak sebanding dengan cantiknya bunga itu. Kau jauh lebih cantik.
Aku tak jemu memperhatikan setiap gerak-gerikmu dari bayangan. Diam-diam merekam semua tentangmu di dalam benakku, lantas aku simpan baik-baik. Supaya aku tidak pernah lupa dan kehabisan alasan perihal mengapa aku begitu menyukaimu.
Sering ketika kulihat kau bahagia dan penuh semangat, ingin kutanya padamu: apa yang membuatmu sebahagia itu, sementara bahagiaku hanya padamu. Atau saat kau bersedih dan menangis, sering aku berandai agar kau membagi kesedihanmu denganku. Kau bagi lebih banyak kesedihanmu untukku juga tak apa. Karena, melihatmu bersedih sepadan dengan malapetaka.
Aku bukanlah sosok spesial di hidupmu. Tidak akan pernah pula menempati posisi istimewa di hidupmu. Aku cuma figuran di hidupmu, sedangkan kau pemeran utama di setiap kisahku.
Mungkin ini terdengar mustahil; namun bila suatu saat kau merasa lelah mengejarnya—sosok spesial di hidupmu itu—ketahuilah, aku masih ada di sini. Di tepian. Di balik bayangan. Di barisan belakang. Di tempat di mana kau menginginkanku, di situ aku berada.
》《
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Silver ✔️
Fiksi Remaja[ semesta pertama ] Hidup telah menakdirkanku berada di posisi kedua sejak aku dilahirkan di dunia ini. Aku berpikir bahwa sekeras apapun aku berjuang, tempatku adalah di posisi kedua. Setinggi apapun langit, masih ada langit di atasnya yang jauh l...