1

12.9K 512 56
                                    














Langkah kaki nya terus berjalan melewati trotoar di tengah malam yang nampak sepi. Zeevaro Seannatio. Pemuda berparas tampan, memiliki tinggi badan 172cm, berumur dua puluh empat tahun. Baru kemarin dia merayakan ulang tahunnya.

Pemuda yang kerap dipanggil Zeevaro memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Dia terus berjalan dengan ekspresi datarnya. Zeevaro baru saja menyelesaikan pekerjaanya sebagai pegawai indoapril. Dia mendapat jatah shif malam, itulah yang menjadi penyebab dirinya pulang larut.

Zeevaro berjalan dengan langkah lebar berharap cepat sampai ke apartemen miliknya, agar bisa segera memgistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah. Namun, langkahnya terhenti saat pendengarannya mendeteksi adanya suara yang berasal dari sebuah gang yang minim cahaya.

Zeevaro ingin mengabaikan itu, tapi dirinya di buat tak tega mendengar suara tangisan perempuan yang kian mengeras. Sisi kemanusiaan Zeevaro tentu saja berontak ingin menolong. Langkah tegas Zeevaro akhirnya mengikuti sumber suara itu.

Ternyata di dalam gang tersebut seorang perempuan tengah menangis, karena ulah preman yang sepertinya ingin melecehkan perempuan tersebut. Terlihat dari gerakan preman yang memaksa dan perempuan yang terus berontak.

Zeevaro benci jika melihat seorang perempuan dilecehkan seperti itu. "Hei! Bajingan tak ingat umur," kata Zeevaro. Suara Zeevaro tak terlalu keras tapi karena sepinya suasana membuat suaranya terkesan menjadi besar dan menggema.

"Siapa lo?" tanya Preman.

"Lo ga perlu tau siapa gua. Lepasin perempuan itu."

"Khekhekeh~ lo mau jadi pahlawan kemaleman? Mending lo pergi! Jangan ganggu gua, sebelum lo babak belur di tangan gua," ancam Preman itu.

"Lo kira gue, takut?" Zeevaro mendekat ke arah preman itu. Sedangkan perempuan tadi tengah terduduk bersandar tembok dengan tangan yang memeluk tubuhnya sendiri dan tangisan yang masih terdengar.

"Gua, saranin lo yang pergi. Karena gua, bisa matahin tangan lo dengan sekali gerakan," kata Zeevaro.

"Banyak bacot lo!"

BUGH!

Preman itu dengan cepat memberikan pukulan pada pipi Zeevaro. Zeevaro sampai menolehkan kepalanya, tapi itu tak membuat dirinya tumbang.

"Segitu doang?" tanya Zeevaro.

"Sekarang giliran gua." Zeevaro memukul preman itu dengan brutal tanpa memberi celah sedikit pun untuk preman itu bisa melawan.

Krek!

"Akhhh!"

Ancaman Zeevaro tak main-main. Dengan sekali serangan yang diberikan pada tangan preman itu, membuat tangan preman itu berbunyi seperti kayu yang patah. Tapi tenang saja, Zeevaro tak mungkin mematahkan tangan itu sekarang, dia hanya membuat tangan preman itu menjadi retak mungkin.

Tentu saja hal itu membuat preman mengerang kesakitan sambil memegangi tangannya. "Pergi lo sekarang, sebelum kaki lo gua, buat sakit kayak tangan lo," kata Zeevaro.

Preman itu sekuat tenaga berusaha bangkit dan pergi dari tempat itu meninggalkan Zeevaro dengan perempuan itu. Zeevaro menoleh ke arah perempuan yang masih menangis. Tak mungkin Zeevaro meninggalkannya begitu saja dengan keadaan yang menyedihkan seperti itu.

Zeevaro mendekat ke arah perempuan itu. Respon perempuan itu ketakutan, mungkin efek yang di berikan dari preman tak tau diri. "Hei, tak usah takut. Gue ga bakal nyakitin elo," kata Zeevaro berusaha lembut tapi tetap saja terdengar dingin.

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang