34

3.1K 332 47
                                    

Hari mulai sore. Sedari tadi Marsha sesekali melihat ke arah jam dinding. Dia juga sesekali melihat ke arah pintu rumah yang masih tertutup. Marsha seperti menunggu kedatangan seseorang sedari tadi.

"Ck, betah banget jalan di luar. Mereka kemana aja sih?" Kata Marsha.

"Kak Fio lagi daritadi ditanya kapan pulang ga ada bales," lanjut Marsha sambil kembali melihat room chatnya dengan Fiony yang masih memperlihatkan ceklis dua abu-abu. Pesannya belum di balas oleh kakakknya.

"Sebegitu sibukkah mereka sampe chat gue, aja ga di bales?"

Marsha menekuk wajahnya kesal. Dia sedari tadi menunggu kepulangan kakaknya yang sudah keluar bersama Zee sejak siang tadi, tapi sampai sekarang belum pulang-pulang juga. Bukan apa-apa, karena Marsha tadi nitip membelikan snack jajan. Tapi entah itu asli atau hanya alibinya agar kakaknya itu cepat pulang, kita tak ada yang tau.

"Hai sayang." Orang tua Marsha akhirnya pulang yang sedari tadi pagi malahan, pergi keluar.

Mami dan Papi mencium kening anaknya itu dengan sayang. "Sendirian aja, Kak Fio mana?" Tanya Papi Marsha. Ia duduk di sebelah kanan Marsha dengankan Mami duduk di sebelah kiri Marsha.

"Tadi siang keluar sampe sekarang belum balik. Marahin tuh Pi, Marsha dibiarin sendirian di rumah," adu Marsha.

"Loh memangnya Kak Fio pergi kemana?" Tanya Mami.

"Gatau."

"Pergi sama siapa?" Tanya Mami lagi.

"Saman temennya tuh, Zee," jawab Marsha tak suka saat menyebut nama lelaki itu.

"Oh, sama pacar kamu," celetuk Papi.

"Bukan pacar aku, Pi!"

"Lah, jelas-jelas dia pacar kamu. Kamu kan bucin banget sama dia," kata Papi.

"Papi!" Pekik Marsha.

"Udah pah, udah. Jangan isengin Marsha," bela Mami.

"Dasar." Papi Marsha mengacak rambut anaknya gemas.

"Ihh, Papi!" Kesal Marsha. Tangannya kembali menata rambutnya yang berantakan.

"Kamu udah makan?" Tanya Mami Marsha pengertian.

"Udah tadi."

"Mi, nanti aku, mau keluar sama kak Aldo," kata Marsha.

"Marsha, emm... kamu jangan terlalu dekat sama Revaldo yah," kata Mami.

"Kenapa sih? Semua orang bilang kayak gitu. Apa karena kejadian Kak Aldo bikin aku mabuk?" Kesal Marsha.

"Kamu boleh temenan sama dia tapi jangan terlalu dekat. Jujur saja Mami, masih khawatir kalau kamu deket-deket sama dia."

"Kak Aldo baik Mi."

Mami Marsha menghela napas lelah. Cape sekali memperingatkan Marsha, tapi anaknya itu keras kepala. "Terserah kamu. Tapi tetap jaga batasan ya. Dan ingat, jaga perasaan Zee meskipun kamu ga inget Zee sepenuhnya."

"Zee lagi," gumam Marsha malas saat Maminya meninggalkannya sendiri di ruang keluarga.

~~~

Malam tiba. Marsha kini akan pergi keluar bersama Revaldo seperti yang dia bilang tadi. Tentunya dia merasa senang jika keluar bersama Revaldo. Mengingat dia pernah menjalin hubunhan dengan lelaki itu, meskipun harus berakhir.

Tujuan mereka kali ini adalah sebuah cafe yang baru di buka beberapa hari yang lalu. Mereka ingin merasakan cita rasa makanan atau minuman yang tersedia di sana.

"Kita jadi ke Cafe itu kan?" Tanya Revaldo memastikan.

"Jadilah. Siapa tau di sana ada promo karna masih baru buka."

"Aku seneng deh bisa sering jalan sama kamu lagi," ungkap Revaldo. Dia meraih tangan Marsha dan menggenggamnya. Bahkan Revaldo mengelus punggung tangan Marsha dengan ibu jarinya.

"Aku, juga," balas Marsha. Mata Marsha terpejam karena tiba-tiba seperti ada sekelebat bayangan dirinya dengan seseorang, tapi muka seseorang itu blurr. Tak terlihat jelas.

"Kenapa Sha?" Tanya Revaldo khawatir karena melihat Marsha yang terlihat seperti menahan sakit.

"Gapapa kok," jawab Marsha karena sudah merasa kepalanya kembali normal.

Sampai di cafe, di sana terlihat ramai pengunjung. Entah itu dari kalangan anak muda maupun orang tua. Tapi yang lebih mendominasi kali ini adalah kalangan anak muda.

Setelah mendapatkan tempat yang kosong kemudian memesan minum dan cemilan. Sambil menunggu pesanan datang Marsha dan Revaldo membicarakan hal random. Hal itu membuat Marsha merasa senang karena menurutnya Revaldo tak berubah. Masih sama seperti dulu yang mempunyai banyak topik, sehingga mereka terus bisa memulai pembicaraan.

"Eh, Sha, itu bukannya kakak kamu?"

"Mana?" Tanya Marsha.

"Itu. Dia lagi sama...Zee?" Tunjuk Revaldo pada meja ujung.

"Jadi mereka di sini juga?" Batin Marsha. Entah kenapa rasa tak suka kini dia rasakan. Mood yang tadi naik sekarang anjlok begitu saja melihat kakaknya yang berduaan dengan Zee.

"Betah banget." Batin Marsha lagi.

"Sha, kenapa?" Tanya Revaldo pada Marsha yang sedari tadi melihat ke arah meja kakaknya.

Marsha hanya diam sambil menatap tajam ke arah kakaknya dan Zee. Tangannya meremas garpu saat melihat tangan Zee mengusap ujung bibir Fiony.

Tak!

Marsha meletakkan garpu secara kasur. Lalu beranjak bangkit dari duduknya. "Mau kemana Sha?" Tanya Revaldo mencegah Marsha.

"Kamu tunggu sini," kata Marsha.

Lalu Marsha meninggalkan Revaldo sendiri. Dia menghampiri meja kakaknya itu berada. "Lo ikut gue!" Ucap Marsha tanpa basa-basi pada Zee.

"Marsha," ucap Fiony kaget melihat adiknya juga berada di sini.

"Mau apa?" Tanya Zee dengan wajah datar.

Srek!




















Srek kenapa tuh. Mau di apain tuh.

Lagian si Marsha ganggu si Zee sama Fiony bae.

Dah gitu aja, gue laper. maap buat typo.

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang