8

5.2K 398 14
                                    

Zeevaro pov.

Pagi ini aku dibuat kelimpungan oleh Marsha yang tiba-tiba demam. Padahal semalam dia tak kenapa-kenapa dan tak ada tanda-tanda akan sakit.

Dia menjadi sangat rewel ketika sakit. Dia ingin terus di gendong tak mau turun barang sejengkal pun. Hal itu tentu membuat aku kesusahan. Aku harus segera bersiap karena satu jam lagi mata kuliah pagi ku di mulai. Sedangkan aku belum mengantarkan pulang ke rumah Fiony.

Sekarang aku sedang menggendong Marsha seperti koala, sambil tangan tanganku mengaduk bubur instan yang aku buat.

Napasnya terasa hangat saat menerpa leherku. Dia tak tertidur, hanya memejamkan mata saja. Mungkin untuk mengurangi rasa sakit kepala. Karena di sisi lain sakit demam, Marsha juga sering mengeluh pusing.

"Marsha duduk dulu ya, kamu harus makan." Aku hendak menurunkannya agar terduduk di atas kursi. Tapi lagi-lagi mengeluh dan berontak.

"Enghh~ gamau! Marsha mau gendong kak Zee~"

"Kamu harus makan, lalu minum obat."

"Marsha gamau minum obat! Marsha gamauu~"

"Kamu biar cepet sembuh Marsha."

Aku terus merayunya untuk mau makan, tapi bukannya berhasil malah membuat Marsha menangis kencang. Itu membuat aku panik dan segera menimangnya seperti menenangkan bocah berumur empat tahun yang menangis.

"Heh, jangan nangis dong," kata ku terus menbujuknya agar berhenti menangis.

"Hiksh~ Marsha gamau makan, Marsha gamau minum obat hiks~ Marsha gasuka pahit, hiks~" rengek Marsha di sela isakannya.

"Tapi Marsha minum obat kan biar sembuh, biar ga sakit lagi."

"Marsha gamau minum obat hikss heee~"

"Obatnya ga pait kok. Obatnya manis."

"Gamauu~ Marsha gamau~ hiks hiks~"

"Yaudah-yaudah kalau gitu makan aja ya. Nanti buburnya keburu dingin."

Aku mendudukan diri dengan Marsha yang berada di pangkuan menghadap ke arah ku. Lebih baik sekarang Marsha makan terlebih dahulu agar perutnya terisi. Urusan minum obat biar nanti belakangan saja.

Aku menyupkan bubur ke dalam mulutnya. Marsha menerima di tengah isakan kecilnya.

"Hiks~ pahit~ ga ada rasanya kak Zee," komennya.

"Yang bener pahit atau ga ada rasa?" tanya ku bingung. Bagaimana dia bisa mengatakan pahit jika selanjutnya dia mengatakan buburnya tak ada rasa?

"Dua-duanya!"

Marsha menyenderkan kepalanya di bahu ku. Terlihat dia mengunyah dengan pelan seperti tak bernafsu. Wajarlah namanya juga sakit, aku memaklumi itu.

"A' lagi." Aku memerintahkan Marsha untuk menerima suapan selanjutnya.

"Gamau, udah kenyang," tolaknya. Dia memalingkan wajahnya agar tak menerima suapan dari ku.

"Kamu baru makan dua suapan Marsha. Nambah lagi, buak mulut kamu." Aku memerintahkan Marsha untuk kembali makan. Buburnya bahkan belum ada tersisa setengah.

"Nooo~ Marsha udah kenyang. Marsha mual."

Mendengarnya aku lebih baik berhenti menyuapkan makan. Daripada nanti dia benar-benar akan memuntahkan kembali isi perutnya.

"Sekarang kamu minum obat."

"Gamau kak Zee! Marsha gamau minum obat, pahit! Marsha ga suka," tolak Marsha lagi.

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang