38

3.3K 350 42
                                    

Hari-hari berlalu. Marsha dan Revaldo tentunya semakin dekat dengan menyandang status baru mereka. Tapi hubungan mereka sampai saat ini belum diketahui oleh pihak keluarga Marsha dan juga tentunya Zee yang semakin sibuk dengan urusannya sendiri.

Dia juga sudah sangat jarang bertemu dengan Marsha karna kesibukannya. Lagipula skarang jika ingin bertemu Marsha harus menyiapkan diri jika nanti Marsha akan mengusir, tak terima atas kehadirannya. Hal itu membuat Zee harus menelan kesedihannya sendiri.

Kali ini Marsha kembali keluar bersama Revaldo. Tanpa persetujuan keluarganya pun dia akan tetap keluar bersama Revaldo yang sekarang adalah pacarnya itu. Semakin ke sini Marsha semakin keras kepala dan semakin tak memperdulikan larangan-larangan yang diberikan. Padahal semua itu juga untuk kebaikannya, tapi Marsha tetap tak memperdulikan hal itu. Yang dia pikirkan sekarang adalah kesenagan yang dia dapatkan saat berdua dengan Revaldo.

"Kamu tunggu di sini, aku pesan dulu," kata Revaldo. Sekarang Revaldo sedang di sebuah cafe bersama Marsha tentunya. Ingin menghabiskan waktu di malam minggu layaknya banyak anak muda pada umumnya.

Sambil menunggu Revaldo, Marsha sibuk memainkan ponselnya untuk mengurangi rasa kesendiriannya. "Marsha?" Panggil seseorang yang mengambil atensi Marsha.

Mata Marsha membulat melihat kehadiran orang itu. "Zee?" Gumam Marsha.

"Hai? Kamu sendiri atau sama Fiony?" Tanya Zee yang kini dengan lancang menempati kursi semeja Marsha. Kepalanya celingukan mencari temannya jika benar gadisnya ini sedang bersama Fiony.

Mata Marsha terpaku masih pada lelaki yang sudah lama tak menemuinya sejak kejadian ciuman terkahir di cafe baru waktu itu.

"Sha?" Panggil Zee membuyarkan lamunan Marsha.

"Gue, ga sama Kak Fio," jawab Marsha. Alis Zee berkerut mendengarnya.

"Terus?"

"Gue, sama-"

"Marsha," sela Revaldo yang sudah kembali.

"Oh," ucap Zee yang kini sudah mengerti jika gadisnya ini ke sini bersama Revaldo.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Revaldo tak suka.

"Emang kenapa? Orang nemuin pacar sendiri," kata Zee dengan datar dan tanpa ekspresi.

"Cih, jangan halu! Marsha pacar gue, sekarang. Jadic gue, ga bakal biarin lo ngaku-ngaku jadi pacar Marsha lagi," kata Revaldo terlihat songong.

"Maksud lo apa?"

"Marsha pacar gue, sekarang. Kenapa? Ga percaya? Tanya ke Marsha sendiri kalau masih ga percaya."

"Sayang, sekarang kamu jelasin ke laki-laki ini kalau kamu pacar aku sekarang," kata Revaldo pada Marsha.

Mata Zee beralih ke arah Marsha yang kini hanya terdiam sambil menunduk. Jantung Zee sudah berdetak semakain kencang. Dia takut mendengar apa yang dikatakan Revaldo itu benar. Jika benar, apa yang harus dilakukan Zee selanjutnya?

"Cha?" Panggil Zee yang ingin segera mendengar penjelasan dari Marsha langsung.

"Ayo sayang jelasin ke dia," desak Revaldo.

"Ya, benar. Kak Aldo pacar gue, sekarang," ungkap Marsha.

Zee merasakan seperti dihempaskan dari gedung yang mempunyai ketinggian tak terhingga. Dia nampak linglung mendengar hal itu dari Marsha. Apa dia harus mengihklaskan Marsha untuk orang lain sekarang?

"Jadi Zee, untuk keselian kalinya gue, minta lo jangan ganggu gue lagi. Gue, udah ada pacar yang harus gue, jaga perasaanya," lanjut Marsha.

Tanpa sadar setetes air mata keluar dari sudut mata Zee. Dia terkekeh mengetahui situasi seperti ini. Tangannya bertepuk dengan pelan. "Bagus sekali. Aku mulai muak dengan semua ini. Aku kecewa sama kamu Cha," kata Zee lalu pergi meninggalkan mereka membawa kepahitan fakta yang baru saja dia terima.

Zee pergi ke lantai dua cafe untuk memenuhi janji pada teman-temannya yang memang sudah berencana untuk kumpul.

Sedangkan Marsha ikut merasakan sakit dan sesak di dadanya, saat melihat air mata dari seorang Zeevaro. "Kenapa hati gue, sakit banget liat Zee nangis kayak gitu?" Batin Marsha.

"Sayang, hei! Ayo duduk," kata Revaldo.

"Ah, iya."

~~~

Di lantai atas, setelah menemui temannya Zee nampak melamun sambil melihat jalanan yang ramai akan kendaraan. Memang lantai dua ini adalah bagian rooftop, jadi pemandangan yang didapat adalah gedung, kendaraan yang bisa diliat dari atas sini. Sikap Zee yang sedari tadi datang langsung melamun itu, membuat ke-empat temannya jadi bingung

"Zee, lo kenapa sih?" Tanya Bibi, salah satu teman Zee.

"Gue, gapapa," jawab Zee yang sekarang mengambil minuman miliknya dan meminumnya.

"Lo daritadi bengang bengong, ngeri kesambet nih," sahut Bibi yang membuat Zeevaro terkekeh.

"Wasap broo," ucap Amir salah satu teman Zee lagi yang baru saja datang. Mereka melakukan tos satu sama lain.

"Eh, Zee-Zee, gue tadi pacar lo di bawah. Dia lagi duduk berdua sama cowo lain. Kalian berdua masih belum baik?" ungkap Amir.

Amir adalah salah satu teman Zee yang sering dijadikan teman curhat oleh Zee. Jadi bagaimana kejadian yang Zee alami tentang hubungannya dengan Marsha, Amir tau semua.

"Belum. Gue, gatau harus apa. Marsha sekarang malah jadi pacar Revaldo, yang barusan lo liat di bawah itu," jawab Zee dengan tatapan kosong.

"Weh weh gila sih ini, udah Zee putusin aja kalau gitu, lagian dia ga inget sama elu, dan ini malah jadi pacar orang lain," sahut Bibi.

"Ga semudah itu Bi, gue udah terlanjur cinta banget sama dia."

"Ceh, ikhlasin aja Zee. Mungkin Marsha emang bukan takdir lo. Lo, ga harus pertahanin hal ini yang buat diri lo sakit sendiri," sahut Amir.

"Gue, belum ikhlas," kata Zee.

"Zee, lo cinta boleh, tapi jangan sampai lo goblok cuma perkara cinta. Lo harus bisa bedain hal itu," sahut Regito teman Zee.























Sorry baru bisa up gess. Gue, dua hari kemarin LDK, ponsel dikumpul jadi ga bisa main hp. Pas pulang cape bangtt, sampe skarang aja masih cape.

Niatan pngn up tadi pagi, eh malah kuota gua abis. Apes bngt dah, yang mau donasi kuota ke gue, dipersilahkan.

Wkwkwk canda.

Dah gitu aja, maap buat typo.

Btw mendekati ending nih.

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang