14

3.7K 320 13
                                    

Zeevaro pov.

"Apa yang aku, gatau?" Fiony tiba-tiba sudah muncul. Dia sudah kembali dari kamar mandi.

Apa yang harus aku jawab jika seperti ini?

Tatapan Cepio menandakan kehidupan. Memang sesuatu yang di sembunyikan pasti pada akhrinya akan tetap terungkap.

Sepertinya ini adalah waktu yang tepat untuk aku mengungkapkan hubungan ku dengan Marsha pada Cepio. Mau bagaimana pun kami tidak bisa berlama-lama menyembunyikan hubungan ini.

"Ada apa sih? Kalian ngerahasia-in sesatu dari aku ya?" Tanya Cepio.

"Marsha kamu masuk ke dalam kamar dulu ya. Aku, akan berbicara sebentar dengan kakak mu."

Aku membutuhkan waktu berdua untuk berbicara dengan Cepio. Aku takut jika nanti Cepio sudah tau dia malah tidak setuju dan mengatakan hal yang tidak-tidak yang membuat Marsha bisa saja takut.

"Gamau," jawab Marsha.

"Sebentar doang. Habis ini aku, ajak beli es krim. Tadi kamu mau es krim kan?" Rayu ku pada Marsha.

"Janji?" Marsha mengacungkan jari kelingkingnya dengan bibir yang tercabik.

"Janji Marsha." Aku menautkan jari kelingking ku pada jari mungilnya.

Marsha berdiri dengan memeluk bonek dino milik ku. Pada akhirnya boneka ku jatuh ke tangan Marsha. Dia terus merengek menginginkan boneka ku menjadi miliknya. Aku sudah menawarkan untuk membelikan yang baru, tapi dia kekeh menolah. Dia ingin boneka dino milik ku.

Aku akhirnya luluh dan memberikan boneka itu padanya. Aku berusaha merekalan itu, karena boneka dino itu pemberian mendiang ibu ku. Tapi sekarang aku akan mempercayakan Marsha untuk menjaga boneka itu.

Lagipula kalau ternyata akhrinya Marsha menikah dengan ku, secara otomatis boneka dino kembali pada ku bukan? Khekhekehkeh~

"Jangan jahatin Kak Zee," peringat Marsha pada Cepio.

"Cih, kamu kira kakak penjahat apa?" Sinis Cepio.

"Mirip xixixi~"

"Yak!"

Marsha berlari menjauhi kami dengan suara tawa yang menggelegar. Sepertinya dia merasa senang karena berhasil menjahili kakaknya itu.

Namun, kemudian dia berbalik, kembali menghampiri ku. Tanpa terduga dia merendahkan tubuhnya dan mencium tepat pada bibir ku sekilas.

Aku cukup terkejut dengan perlakuan dia yang sangat amat berani. Aku melirik Cepio yang kini melotot tak percaya dengan mulut yang terbuka lebar. Mungkin saja jika ada pesawat yang ingin turun, pesawat itu dapat berlandas di dalam mulut Cepio.

Setelah melakukan itu Marsha berlali meninggalkan ku begitu saja dengan kegugupan yang menghampiri.

Setelah kembali sadar Cepio beralih duduk di tempat awal sebelum dia pergi. "Jadi apa yang gue, gatau Zee?" Tanya Cepio yang sekarang berlagak seperti polisi yang sedang mengintrogasi penjahat.

Aku menarik napas pelan. Berusaha merangkai kata-kata agar Cepio mengerti apa yang aku katakan. Aku akan memulai pelan-pelan.

"Jadi gini Cepio."

"Apa?"

"Setelah lo tau ini, gue mohon lo jangan marah ke Marsha. Kalau lo mau marah, marahin aja gue jangan ke adik lo ya."

"Kenapa gue, kudu marah ke Marsha? Emangnya dia ngapain?" Cepio terlihat bingung dengan apa yang aku katakan.

"Langsung aja Zee, jangan basa-basi. Gue, males kebanyakan mikir."

"Oke. Jadi emm... guesamaadiklopacaran," kata ku secepat kilat.

"Ha? Lo ngomong atao nge-rap? Coba pelan-pelan aja, tenang gua ga bakal makan lo kok abis ini," kata Cepio.

Huh~ sepertinya aku harus lebih tenang lagi. "Aku, e-sama Marsha, adik kamu, pa-pa-acaran," ungkap ku.

Raut wajah Cepio berubah datar sekarang. Dan itu nampak menyeramkan. "Sejak kapan kalian pacaran?" Tanya Cepio dengan nada yang cukup datar.

"Emm, sekitar tiga bulanan."

"Jadi udah lama? Dan kalian ga ada yang ngasih tau gue?"

Oh Shit, sepertinya Cepio marah. "Gue, takut kalau mau bilang. Gue, takut kalau keluarga lo ga ngerestuin gue, sama Marsha. Plish, Cepio kalau lu mau marah, marah aja ke gue, jangan Marsha ya. Ga tega gue," kata ku.

Aku tak tega jika sampai Marsha terkena marah dari keluarganya. Memang lelaki mana yang dengan tega ngebiarin cewenya di marahin sama keluarganya gitu aja?

"Sejauh apa lo sama adik gue sekarang?" Tanya Cepio.

"Emm, ga terlalu jauh sih. Marsha di kamar dan gue di ruang keluarga," jawab ku langsung.

"Bodoh!" Cepio melempar pulpen ke arah ku.

Heoll! Apa aku salah menjawab? Apa yang aku katakan itu benar adanya. Marsha di kamar dan aku berada di ruang keluarga.

"Bukan itu yang gue, maksud. Hubungan lo sama Marsha udah sejauh mana Zeevaro?" Jelas Cepio dengan Marsha. Haissh, lagipula dia tak berbicara dengan jelas.

"Masih tahap pacaran aja Ce."

"Udah lu apain aja adik gue?"

"Ng-ggak gue, apa-apain. Gue, ngejaga banget Marsha. Gue ga berani ngelukain Marsha."

"Jujur," tegas Cepio.

"Cuma ciuman aja. Iya, c-cuma ciuman aja. Itu bahkan Marsha yang mulai duluan. Gue, inget dia ngalkuin itu, karna perkataan dari lo yang katanya sehabis pacaran akan dapet ciuman. Gila lo Ce, adik lo, lo bikin sesat. Otak polosnya ternodai tuh," kata ku. Aku jadi mengingat ciuman pertama kali dulu.

"Cih, ada untungnya juga gue bilang gitu ke Marsha. Lo jadi bisa ciuman kan ama dia?"

"Iya sih Ce. Tapi, tetep aja, kakak ga ada akhlak lu. Bukannya ngajarin yang bener."

"Ya maap sih," jawab Cepio sambil mengerucutkan bibirnya.

Lah, kenapa jadi melenceng dari pembahasan awal?

"Jadi gimana Ce? Lo ga marah kan kalo gue, pacaran sama Marsha?" Tanya ku takut-takut.

"Yaa gapapa sih kalau gue. Lagi pula bagus. Sebenernya malah ini yang gue tunggu-tunggu sama keluarga gue. Kita mau Marsha dapet lelaki yang tepat yang mau nrima Marsha apa adanya. Dan kita percaya kalau lelaki itu elu. Jadi gue, ataupun nanti keluarga gue, ga bakal marah sama lu karma pacaran sama Marsha. Kita malah seneng. Makasih ya Zee udah mau jagain Marsha. Gue, percaya sama elu. Jangan bikin gue, kecewa ya. Gue nitip Marsha."

Ini adalah jawaban yang tak terduga. Ternyata Cepio dan keluarga malah sudah menunggu hal ini terjadi? Aku dan Marsha pacaran, mereka menunggu itu?

Aku sudah takut jika mendapat amukan tapi ternyata malah dibuat terkejut dengan sebuah Fakta. Tapi setidaknya itu hal bagus. Aku jadi bisa leluasa tanpa takut untuk memeperlihatkan hubungan kami.

Aku akan terus mendampingi Marsha, sampai dia sembuh nantinya.

"Udah kali jangan senyum-senyum." Suara Cepio membuyarkan lamunan ku.

"Siapa yang senyum-senyum? Ga ada," elak ku.

"Halah, ngeles mulu kerjaan lo. Udah mending kita lanjutim tugas ini. Gue, pengen cepet-cepet istirahat. Kasur gue, udah menanti dari tadi," kata Cepio.

Zeevaro pov end.





























Yuhuuu cepio udah tau klo marsha ama zeevaro pacaran.

Udah gitu aja maap buat typo.

Gue mo turu, babay.

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang