35

2.8K 319 51
                                    

"Marsha," ucap Fiony kaget melihat adiknya juga berada di sini.

"Mau apa?" Tanya Zee dengan wajah datar.

Srek!

Marsha menarik kasar lengan kemeja Zee, yang membuat sang epu berdiri dari duduknya. "Ikut gue," ucap Marsha penuh penekanan. Marsha menarik tangan Zee menjauhi Fiony.

"Marsha!" Pekik Fiony. Beberapa orang bahkan sampai menengok ke arah mereka.

"Pinjam Zee, kak," ucap Marsha dan tetap menarik lengan Zee.

Marsha terus menarik tangan Zee ke sebuah lorong yang digunakan untuk ke toilet dalam cafe.

"Mau kemana sih?" Tanya Zee. Dia menahan tangannya yang membuat Marsha tak lagi bisa menariknya.

"Kamu mau apa?" Tanya Zee berusaha untuk tetap tenang, meski pun dalam hati sudah berdisko karena sudah lama dirinya tak bertatapan langsung dan bisa berdua bersama Marsha seperti ini.

Marsha hanya diam sambil menatap kesal ke arah Zee. "Lo...jangan deket-deket kakak gue," kata Marsha sambil menunjuk ke arah Zee.

"Emangnya kenapa sih kalau aku, deket sama kakak kamu?" Tanya Zee heran.

"Karan gue, ga suka!"

"Kenapa kamu ga suka?"

"Gue, ga suka lo deket-deket sama kakak gue. Lo jangan deket-deket sama dia. Gue, ga suka!"

Marsha terus mengulangi kata-kata tak suka yang membuat Zee bingung. Kenapa Marsha tak suka? Karena apa? Apa alasan dari ketidak sukaan Marsha ini. Apa Marsha cemburu?

"Kamu kenapa sih, selalu aja ga ngebolehin aku, deket sama Kakak kamu. Lagian kakak kamu itu temen aku, Marsha."

"Gue, ga peduli kalau kakak gue itu temen lo. Inget, jangan deket-deket kakak gue. Gue ga suka."

"Aku jadi yakin kalau kamu cemburu Sha," celetuk Zee yang membuat Marsha terdiam.

"Jangan ge-er," sahut Marsha.

"Sikap kamu nunjukin hal itu," balas Zee.

"Lo yang terlalu ge-er jadi orang," kata Marsha yang terus mengelak.

"Kalau cemburu bilang aja sayang," kata Zee.

"Sayang-sayang pala lo peyang. Jangan ngeselin jadi orang."

Zee maju membuat Marsha reflek mundur. Zee terus Maju sampai Marsha mentok pada dinding belakangnya. Marsha menahan napas saat menyadari posisi mereka terlalu dekat, jantungnya entah kenapa sekarang malah berderbar dengan cepat, bahkan sangat cepat seperti habis dikejar masalah hidup. Perasaan ini berbeda, dia tak merasakan hal seperti ini saat bersama Revaldo, yang katanya lelaki yang dia sukai.

"Dengerin aku baik-baik Sha, jangan nyela sebelum aku selesai ngomong. Aku tanya, kenapa kamu ga ngebolehin aku deket-deket sama kakak kamu?" Tanya Zee dengan menatap mata Marsha penuh cinta. Mata mereka terkunci satu sama lain.

"Aku, gatau," jawab Marsha lirih.

"Kamu cemburu?" Tanya Zee lagi. Marsha hanya diam tak menjawab.

"Gini deh. Kalau pun kamu cemburu aku, dekat-dekat sama kakak kamu dan ga ngebolehin aku deket-deket sama dia...setidaknya kamu juga hargai perasaan aku yang selalu sabar melihat kamu jalan berdua sama lelaki lain padahal kamu itu pacar aku Sha, meskipun kamu lupa hal itu. Tapi tolong, kamu percaya. Apa, semua bukti yang ada ga bikin kamu percaya? Bahkan foto kita berdua? Foto kita yang jelas-jelas itu kita. Aku dan kamu. Kamu masih ga percaya kalau aku pacar kamu? Kamu lebih milih ngeladenin lelaki lain ketimbang aku yang berjuang buat ngembaliin ingatan kamu. Aku pacar kamu Marsha, aku pacar kamu," kata Zee menggebu-gebu.

Marsha hanya diam menyimak. Hatinya tiba-tiba terasa sakit, tak tau kenapa saat mendengar semua kata-kata Zee. Seperti ada yang menusuk-nusuk relung hatinya. Dia seakan merasakan kesakitan yang Zee alami.

"Bibir ini-" Zee memegang bibir merah muda milik Marsha yang terlapis lipstik itu.

"Dulu milik aku kan? Kenapa kamu kemarin membiarkan orang lain merasakan ini Sha? Aku kecewa sama kamu jujur saja. Tapi aku ga bisa marah. Apa yang udah kamu perbuat sama aku, sampai aku sama sekali ga bisa marah ke kamu?" Lirih Zee di setiap kata. Dia sudah seperti kehabisan tenaga.

"Masih pantaskah aku meraskaan bibir ini Sha?" Tanya Zee dengan mata sayunya. Marsha dia dengan mata berkaca-kaca.

"Izinkan aku merasakan bibir kamu sebentar aja Sha. Aku rindu~" Zee mendekatkan bibirnya dengan bibir Marsha.

Sampai kedua bibir itu bertemu. Marsha menegang saat merasakan benda kenyal yang mengenai bibirnya itu. Zee dengan berani memulai lebih dulu menggerakkan bibirnya meraup bibir Marsha tanpa nafsu.

Marsha hanya diam tak membalas perbuatan Zee. Dia masih mencerna apa yang kini terjadi. Mata Marsha terpejam saat mulai merasakan kenyaman di hatinya. Dia mulai membalas perbuatan Zee itu. Sampai tanpa sadar tangannya mengalung di leher Zee dengan erat.

Zee yang mendapatkan balasan tentunya merasakan kebahagiaan. Dia merindukan bibir yang membuatnya candu. Dia rasanya ingin menangis saat Marsha mau membalas ciumannya.

Mata Marsha terpejam. Potongan-potongan ingatan kembali hadir di otak Marsha. Ingatan dia sedang berciuman dengan seorang lelaki. Kali ini wajah lelaki yang bersamanya sedikit jelas. Kening Marsha mengernyit saat melihat wajah itu mirip seperti Zee, meski belum terlihat jelas.

"Shh~" desis Marsha karena merasakan pusing di kepalanya.

"Kamu gapapa Cha?" Tanya Zee. Marsha menggeleng sambil memegangi kepalanya.

"Menjauh." Marsha mendorong pelan tubuh Zee.

"Aku duluan Sha," ucap Zee. Marsha reflek melihat ke arah Zee bingung. Kenapa tiba-tiba Zee pamit?

"Kamu dicariin tuh," kata Zee sambil tersenyum sendu. Marsha melihat ke samping ternyata di sana sudah ada Revaldo yang berdiri memperhatikan mereka.

"Aku selalu ada untuk kamu Macha," kata Zee lalu mencium kening Marsha singkat dengan berani. Setelah itu dia pergi meninggalkan Marsha. Zee melihat sekilas ke arah Revaldo yang menatapnya dengan tatapan kesal, tak suka.

Revaldo menahan tangan Zee, mencengkramnya dengan erat.
"Jangan ganggu Marsha," bisik Revaldo.

"Dia pacar gue. Jadu terserah gue, mau deketin dia kapan pun itu," balas Zee. Lalu dia melepaskan tangannya secara paksa, kemudian pergi dari sana, meninggalkan Revaldo yang nampak kesal.
























Aduh aduh ada yg nyosor tuh.

Btw gado gado ngeselin yak.

Jadi gua nyari ide di tempat nongki. Ketika orang orang pada bercanda ria, lah gua ngetik lanjutan crita. Mumpung muncul ide.

Dah gitu aja maap buat typo.

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang