13

4.5K 359 36
                                    

"Kapan Kak Zee cium Marsha? Kata Kak Fio sehabis pacaran kita akan mendapat ciuman. Kenapa Kak Zee tidak mencium Marsha?" Jelas Marsha.

Yak! Dasar Cepio! Sampai mana saja dia mengotori otak adiknya sendiri ini?!

"Hei jangan dengarkan apa yang kakak mu itu katakan." Aku mencoba mengalihkan pertanyaanya tentang ini.

"Tapi kak Fio berkata begitu serius. Lagi pula bagaimana rasanya ciuman itu kak Zee?" Tanya Marsha dengan polos.

"Aku, tidak tau. Aku, belum pernah merasakannya," jawab ku jujur. Memang aku benar-benar belum pernah merasakannya. Bibir ku ini masih perjaka, kalian harus tau ini.

"Kak Zee ingin mencoba bibir Marsha?"

Astaga! Darimana Marsha ini mempunyai pikiran agar aku mencoba bibirnya.

"Kenapa harus bibir?" Tanya ku.

"Kak Fio bilang rasa ciuman di bibir sama di pipi lebih enak di bibir. Marsha ingin mencobanya."

Astaga Cepioo... Manusia pecinta ayam itu benar-benar sudah mengotori pikiran adiknya. Aku tah habis pikir dengannya.

"Kamu bisa mencobanya, tapi nanti."

"Saat kamu sudah sembuh," lanjut ku dalam hati.

Aku takut dia akan melupakan rasa ciuman ini jika nanti Marsha sembuh. Kalian berharap semoga Marsha tetap mengingat ku saat dia sembuh nanti? Sama! Aku pun berharap begitu. Tapi takdir tak ada yang tau. Kita hanya bisa berdoa untuk ke-depannya.

"Kenapa harus nanti? Marsha inginnya sekarang," kekeh Marsha.

"Kamu tidak bisa Marsha."

"Kenapa? Kak Zee ga sayang ya sama Marsha? Kenapa Kak Zee tidak mau mencium Marsha? Kalau Kak Zee tidak mau mencium Marsha, Marsha, akan mencari orang lain saja agar mau berciuman dengan Marsha."

"Hey! Jangan! Itu malah tambah ga boleh Marsha. Kamu ga bisa minta ciuman ke sembarang orang. Itu tidak baik," jelas ku. Bisa-bisanya dia berpikiran untuk berciuman dengan orang lain.

"Kalau gitu sama Kak Zee aja."

Napasku tercekat saat Marsha dengan berani mencondongkan tubuhnya ke arah ku. Bibir naturalnya yang tak ada polesan apapun di atasnya kini telah mencium sudut bibir ku.

Aku diam membeku saat itu terjadi cukup lama, hanya menempel. Tapi hormon ku tiba-tiba saja naik. Kucing mana yang tidak akan memangsa jika di kasih ikan begitu saja?

Aku dengan pelan melumat bibir Marsha. Pikiranku seperti hanya ingin mewujudkan apa yang Marsha inginkan. Tangan Marsha beralih ke belakang. Menahan leher ku untuk memperdalam ciuman.

Marsha membalas ciuman ini. Dia cukup pandai, sempat aku berpikir darimana dia belajar berciuman? Mengapa bisa selihai ini, padahal dia hanyalah gadis polos dan juga Childish.

Aku merebahkan tubuhnya di atas sofa. Semakin memperdalam ciuman kami. Ini sangat nikmat, sungguh! Tapi otak ku kini kembali sadar. Hal ini adalah tidak benar. Aku seperti telah mengotori gadis polos seperti Marsha.

Aku tak mau terjadi hal yang lebih membahayakan. Aku segera melepaskan ciuman kami. Napas kami sama-sama terengah, berlomba mencari pasokan udara. Wajah Marsha berubah merah dengan bulir keringat yang mulai muncul.

"Enak, Marsha suka. Marsha mau lagi," kata Marsha dengan wajah polosnya.

Haisss! Aku merasa berdosa  telah melakukan hal ini pada Marsha. Aku takut jika Marsha nantinya akan mengadu ke Cepio, atau malah ke orang tuanya? Itu jangan sampai terjadi.

"Marsha, dengarkan aku," aku berkata sambil menatap tepat pada matanya.

"Jangan bilang hal ini pada Kak Fio ataupun Mami, Papi kamu."

"Kenapa?"

"Aku, takut jika meraka tak menyukai hal ini, seperti kita berciuman. Jika mereka tak suka dan malah memisahkan kita berdua, kamu mau?"

Marsha dengan cepat menggeleng. "Marsha gamau, Kak Zee pergi," balas Marsha.

"Maka dari itu, jangan bilang siapa-siapa dan ini biar jadi rahasia kita berdua."

Marsha mengangguk menyanggupi hal itu. Namun, ternyata itu bukan hanya pertama saja kami melakukan ciuman. Setelah ciuman pertama hari itu, Marsha malah semakin menjadi. Dia akan terus meminta sebuah ciuman, jika tidak dia akan menangis dengan keras sampai suara toa masjid mungkin bisa saja kalah.

Seperti saat ini, dia sedari tadi terus mencondongkan tubuhnya ingin meminta sebuah ciuman dari ku.

"Marsha, jangan di sini oke. Nanti ketauan Kak Fio." Aku sekaarang sedang di ruang tamu rumah Marsha. Sesang mengerjakan tugas mata kuliah kelompok dengan Fiony. Sedangkan Fiony tadi izin ke toilet sebentar.

"Kak Zee sudah lama tidak mencium Marsha. Marsha ingin ciuman itu."

Memang beberapa hari ini aku sangat sibuk dengan urusan kuliah juga waktu kerja ku. Hal itu Sampai-sampai membuat aku dan Marsha jarang bertemu. Dia selalu kesal jika aku tak bisa bertemu dengannya. Ya mau bagaimana lagi?

"Nanti ya, tidak sekarang. Nanti kak Fio lihat malah ribet."

"Kak Fio masih lama di toilet, dia tidak akan tau."

"Apa yang aku, gatau?" Fiony tiba-tiba sudah muncul. Dia sudah kembali dari kamar mandi.

Apa yang harus aku jawab jika seperti ini?

Zeevaro pov end.
















Aduhh si neneng Marsha minta ciuaman aja tuh. Yang ngajarin sesat.

Jadi ges, gue bakal mulai sibuk. Dan mungkin bakal bisa banyak up ya hari libur tok?

Karena nih gue udah mulai sekolah lagi yekan, trs minggu depan gue dah ujian, gilak cepet bngt. Abis ujian, gua ada tugas buat bantu ngurusin perpisahan kelas 12.

Dah jadwal gue padett. Jadi maap" bngt klo ternyata nanti up gue slownya kebangetan. Tapi tenang, gue tetp bakal usahain up kalau ada waktu kok. Kalian sabar" aja ya wkwkwkw.

Dah maap buat typo.

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang