"Fiony!"
"Loh, Zee?"
"L-lo kok bisa sampe sini?" tanya Zee.
"Ah, iya. Gua abis keliling terus haus mampir sini beli minum," jawab Fiony.
"Dan, lo? Lo ngapain di sini? Lo kerja jadi kasir indoapril?" tanya Fiony.
Fiony adalah teman sekelas Zee di kampus. Mereka cukup dekat. Tapi perlu di garis bawahi bahwa mereka hanya sebatas teman tak lebih.
"Ya. Gua kerja di sini," jawab Zee.
"Kenapa kerja di sini? Lo kan kaya Zee, lo kalau mau kerja bisa aja tinggal bilang ke orang tua lo buat megang salah satu perusahaannya," heran Fiony.
"Gue, gabutz."
"Kalau langsung megang salah satu perusahaan papa, malas. Terlalu ribet, mending kerja di sini," jelas Zee.
"Gabutznya orang kaya bisa gini ya ternyata," kata Fiony dengan takjub.
"Btw lo bilang abis keliling. Keliling buat apa?" tanya Zee sambil menyescan minuman Fiony.
"Gua, nyari adek gua. Dia udah ilang dari kemarin. Gua, sama orang tua gua jadi khawatir," jawab Fiony.
"Lhoh, lo punya adek? Gue, baru tau kalau elo punya adek."
"Dia beberapa tahun belakangan tinggal di Jepang. Terus baru seminggu ini balik ke Indonesia, tapi sekarang dia hilang," jelas Fiony sedih.
"Gua, ikut sedih. Semoga cepet ketemu ya adek lo. Gua, boleh liat adek lo? Siapa tau gue, bisa bantu kalau ada waktu luang," kata Zee.
"Oh, ada sebentar gua cari." Fiony mencari foto adeknya di galeri ponsel. Sampai dia mendengar suara perempuan memanggil temannya.
"Zee!" Marsha berlari kecil menghampiri Zee kemudian menunjukkan tangannya yang basah. "Marsha, udah cuci tangan," kata Marsha.
"Bagus, lap pakai tisu." Zee memberikan tempat tisu bertuliskan indoapril kepada Marsha.
"Marsha?" Fiony yang sedari tadi tercengang melihat Marsha kini berani mengeluarkan suara.
Marsha menoleh ke sumber suara. Raut wajahnya berubah menjadi berbinar melihat Fiony. "Kak Fio!" Pekik Marsha.
Marsha beralih ke sisi Fiony dan memeluknya erat. Dia baru sadar kalau ternyata perempuan ini adalah Fiony, kakak kandung Marsha. Dia terlalu fokus ingin menunjukkan tangannya yang sudah dia cuci pada Zee, sampai tak menyadari jika ada kakaknya di sini.
"Kamu kemana aja? Kakak, Papi sama Mami khawatir sama kamu. Nyariin kamu terus," kata Fiony setelah melepaskan pelukan.
"Maafin Marsha. Marsha kemarin bosan terus jalan ga jauh. Terus Marsha ga liat Papi sama Mami lagi, Marsha takut," jelas Marsha seperti anak kecil.
"Terus kamu gimana bisa sampai sini?"
"Marsha sama Zee! Zee baik, mau nolongin Marsha."
"Beneran Zee?" tanya Fiony.
"Iya. Jadi Marsha ini adek lo yang hilang?" tanya Zee yang sedari tadi melihat interaksi kakak adek ini.
"Iya, Marsha adek gua. Makasih ya, udah mau jagain Marsha selama gue, belum nemuin Marsha."
"Santai aja Ce. Gua, juga kemarin ga tega liat dia sendirian terus hampir di lecehkan juga," ungkap Zee.
"Hampir dilecehin?! Siapa yang berani lecehin adek gua?" kesal Fiony.
"Orang gatau diri. Preman, lebih tepatnya."
"Sialan!"
Fiony melihat Marsha. Dia merasa senang karena adeknya ini telah kembali berada dihadapannya. Dia akan segera membawanya pulang. Kasihan Mamanya yang sering menangis karena Marsha hilang.
"Marsha kita pulang yuk."
"Gamau!" Tolak Marsha mentah-mentah. Fiony saja terkejut mendengarnya.
"Kenapa gamau? Kita ketemu Mama Papa di rumah. Kamu ga kangen sama mereka?"
"Marsha kangen sama Mama Papa, tapi Marsha gamau pulang, Marsha mau sama Zee aja," cicit Marsha sambil menunduk memainkan jarinya.
"Kamu harus pulang Marsha, kasihan orang tua kamu. Lagian aku, mau pergi," sela Zee. Dia berniat ingin membujuk Marsha agar mau pulang.
"Zee mau pergi kemana?" Tanya Marsha.
"Kamu gatau tempatnya," jawab Zee. Sebenarnya dia tak pergi. Itu hanya salah satu cara agar Marsha mau pulang.
"Hiks hiks~ Zee ga boleh pergi, Marsha ikutt~" Bukannya mau pulang Marsha malah menangis karena perkataan Zee.
"Weh, anak orang lo buat nangis," Eve menggeplak bahu Zee sampai terdengar bunyi bugh!
"Jangan nangis dong Sha. Nanti Kak Fio beliin es krim," rayu Fiony.
"Gamau, Marsha mau ikut Zee pergi hiks~"
"Zee nggak pergi kok Sha. Maksud dia itu, mau pergi ke... toilet cowo. Iyakan Zee ke toilet cowo?" Eve menginjak kaki Zee agar mengiyakan perkataanya.
"Aaww- iya, maksud aku, pergi ke toilet, jadi kamu ga bisa ikut Sha," kata Zee.
Tangisan Marsha mereda. Tapi tetap saja Marsha tak mau pulang meski di beri alasan Mama dan Papa nya mengkhawatirkan dirinya. Marsha tetaplah Marsha gadis yang keras kepala dan kekanakan ini tetap pada pendiriannya, dia tetap tak mau pulang, ingin terus bersama Zee.
"Udah Cepio, jangan di paksa. Biar gua yang bawa dia pulang ke rumah lo besok. Sekalian besok ke kampus, ada jadwal pagi kan," kata Zee.
"Gue, ga enak ngrepotin elo Zee."
"Santai aja Ce. Marsha ga bandel kok."
"Zee, Marsha ingin menonton kartun lagi," kata Marsha.
"Panggil kakak Sha, Kakak Zee. Dia lebih tua dari kamu," tegur Fiony.
"Kakak? Kak Zee? Marsha akan panggil Kak Zee," kata Marsha.
"Itu lebih baik."
"Sana, kalau kamu mau nonton kartun lagi," kata Zee mengizinkan.
Marsha bersorak senang lalu kembali pergi ke belakang membawa susunya yang masih tersisa.
"Sorry Ce, gua mau nanya. Marsha emang sifatnya begitu ya. Masih kekanak-kanakan?" Tanya Zee. Dia sudah tak bisa menahan rasa kekepoannya ini terhadap Marsha.
"Dia aslinya tidak kekanak-kanakan Zee. Awalnya dia gadis yang normal. Dia cukup dewasa di umurnya yang masih kecil dulu. Tapi saat pulang dari kelulusan SMA nya, dia mengalami kecelakaan yang membuat ada luka yang cukup serius di kepalanya. Kecelakan itu lah yang ngebuat adek gue berubah, yang dulunya sikapnya dewasa seperti pada remaja umumnya sekarang menjadi kekanak-kanakan sepeti ini. Orang tua gue, sempet bawa dia berobat ke Jepang beberapa tahun, tapi ga berhasil. Makanya di bawa pulang lagi ke sini. Sekarang umur Marsha 22 tahun," jelas Fiony.
Zee tak menyangka ternyata terciptanya sifat kekanakan di usia dewasa Marsha ini, karena kecelakaan yang pernah di alami beberapa tahun silam. Dia pikir sifat Marsha ini muncul karena seringnya di manja oleh keluarga. Ternyata pemikirannya salah.
Suudzon klean sama fiony. Minta maaf gih.
Tuh kalau rame kan, cepet gua up nya. :b
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika Zeevaro yang notabenya adalah manusia yang tergolong cuek tiba-tiba di pertemukan dengan perempuan bersifat Childish? Akankah Zeevaro akan betah atau bahkan membuangnya ke selokan?