Zeevaro pov.
Apa yang harus aku lakukan sekarang?
Hari sudah pagi, pukul delapan aku harus sudah di Indoapril untuk bekerja. Sekarang sudah pukul enam pagi, aku masih duduk di sofa kamar memperhatikan Marsha yang asik menonton kartun di ponselku.
Harus aku kemanakan dia selama bekerja?
Lagi pula banyak pertanyaan yang berputar di otakku. Marsha kalau di lihat dari postur nya sudah termasuk perempuan dewasa. Tapi mengapa tingkah lakunya masih seperti anak kecil?
Di tanya alamat rumah saja, dia tidak tau. Apa mungkin dia ini makhluk luar angkasa?
Tapi ini bukan cerita fantasi. Tak mungkin dia makhluk luar angkasa.
Apa aku harus membuat poster kehilangan anak? Siapa tau dengan bantuan poster, keluraganya akan mencari. Dan aku akan senang hati mengembalikannya. Aku jadi seperti mengurus anak kecil jika Marsha berada di sini.
Waktu terus berjalan, sepertinya aku harus menanyakan Marsha, untuk tinggal di tempat atau ikut bersamaku.
Aku beralih duduk di sisi ranjang, memperhatikan Marsha yang sedang asik sesekali lantunan lagu keluar dari bibirnya. "Marsha," panggil ku.
"Iya?" jawab Dia.
"Gue, eh- aku, mau kerja sebentar lagi. Kamu mau tinggal di sini, di apartemen atau ikut aku kerja?"
"Di sini bersama siapa?"
"Ya, sendirian lah."
"Marsha, takut sendirian. Marsha mau ikut Zee."
"Kamu boleh ikut aku, tapi ada syaratnya."
"Syarat? Apa? Jangan susah-susah, Marsha, tidak mau."
"Nggak susah, syaratnya gampang. Kamu jangan rusuh kalau di tempat kerja aku. Kamu harus diem anteng, jangan pergi kemana-mana. Bisa?"
"Marsha bisa. Marsha mau ikut Zee, gamau sendirian," putusnya.
Oke, semoga saja Marsha bisa menuruti apa perkataan ku di sana. Jangan sampai membuat keributan, bisa-bisa di pecat kalau sampai terjadi.
"Kalau begitu, kamu mandi sekarang. Itu kamar mandi nya," tunjukku.
Marsha hanya diam tak bergerak. Dia hanya mentap ku polos. Ada apa dengannya? Terlintas satu di pikiranku, tak mungkin dia minta di mandikan bukan?!
Tolong, jangan lagi. Aku tak bisa!
"K-kamu kenapa masih diam di sini? Sana mandi," perintahku.
"Marsha, ga punya baju Zee. Marsha pakai baju apa setelah mandi?" Kata Marsha dengan polos. Cukup menggemaskan, eh!
Aku menghembuskan napas lega. Untung saja tak sesuai apa yang ada di pikiranku.
"Aku, akan menyiapkan baju buat kamu. T-tapi untuk dalaman perempuan, a-aku ga punya," kataku.
Lagi pula buat apa aku menyimpan pakaian dalam perempuan?! Yang benar saja!
Aku membuka lemari baju ku. "Kamu mau pakai baju apa?" tanyaku. Aku menunjukkan deretan baju milikku sendiri.
Marsha nampak memilih baju yang dia inginkan. "Marsha, mau baju gambar beruang Zee," kata dia.
"Tapi aku, ga punya baju gambar beruang." Marsha terlihat melengkungkan bibirnya sedih. Haissh, ada-ada saja yang di inginkan gadis satu ini.
"Aku, hanya punya baju bergambar Dino. Kamu mau?"
"Dino seperti boneka ini?" tanya Marsha yang masih memeluk bonek dino milikku.
"Ya, seperti itu."
"Marsha mau!"
Aku segera mencarikan baju yang bergambar dino. Itu berupa hoodie.
(Kalian taukan hoodie yg putih dipakek marsha itu waktu di jepang kalau gasalah. Gua nyari di google kagak nemu njir, oke skian)
"Nih, pakai ini. Suka?" tanyaku.
"Suka, Marsha suka."
"Yasudah sekarang kamu mandi. Aku, mau buat sarapan buat kita."
"Siap Zee!" Marsha memperagakan gerakan hormat kemudian berlari memasuki kamar mandi membawa bajunya.
Aku memutuskan membuat sarapan sambil menunggu gadis childish itu mandi. Hanya tersisa mie. Ini cukup untuk sarapan. Sepulang bekerja aku akan membeli keperluan apartemen. Kulkas ku kosong, bahkan satu butir telur saja tak ada.
Hari ini aku tak ada jadwal kuliah. Perlu kalian ketahui aku masih kuliah yang kini sudah memasuki semester akhir.
Tak lama Marsha sudah keluar, dia selesai mandi. Harum sabun milikki menyeruak di penciuman, berapa banyak dia memakai sabun milikku?
"Marsha sudah mandi Zee. Cium Marsha sekarang," kata dia dengan antusias.
Heol! Apa katanya cium? Apa dia tak salah?
"Apa maksud kamu cium?" tanyaku.
"Setiap Marsha selesai mandi. Marsha akan di cium oleh Mami. Memastikan kalau Marsha sudah wangi," jelas dia.
Haissh! Gadis ini benar-benar polos. "Marsha dengerin. Kamu hanya boleh di cium sama keluarga kamu. Kamu jangan minta di cium atau mencium orang lain yang tidak kamu kenal," jelasku, semoga dia mengerti.
"Marsha kenal sama Zee. Jadi Zee bisa mencium Marsha," kata dia dengan wajah polosnya.
"Tidak begitu. Kamu boleh mencium orang lain, tapi jika kamu suka sama dia," jelasku lagi. Astaga aku bisa gila jika seperti ini. Sepertinya kemarin aku tak usah membawa dia pulang ke rumah.
"Marsha suka sama Zee. Marsha akan mencium Zee."
Cuph!
"Xixixi."
Aku terkejut dengan pergerakan cepat yang dia lakukan. Dia lancang menciumku! Dan dia terkekeh setelah menciumku?
Tapi ada apa dengan jantungku? Jantungku berdetak begitu kencang. Apa aku akan memiliki penyakit jantung?
"Marsha lapar Zee. Marsha ingin makan."
Dia duduk dengan santai, bertingkah seolah-olah tak terjadi apa-apa. Haiss! Gadis ini! Berapa lama lagi aku, harus bertahan dengannya?
Zeevaro pov end.
Wadoh wadoh! Zee di cium marsha tuh.
Maap buat typo ges.
Kalau udah rame gua lanjut lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH [END]
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika Zeevaro yang notabenya adalah manusia yang tergolong cuek tiba-tiba di pertemukan dengan perempuan bersifat Childish? Akankah Zeevaro akan betah atau bahkan membuangnya ke selokan?