"Bubu, cepat ke sini," pinta Marsha yang kini sedang melakukan video call dengan pacarnya.
"Iya, Macha. Sabar ya, nanti Bubu ke sana. Bubu masih di apartemen, masih bersih-bersih. Nanti kalau sudah selesai, Bubu langsung ke sana."
"Bubu lama," ucap Marsha lalu cemberut.
"Kamu main sama kak Fio dulu sana, biar ga bosen."
"Kak Fio main ponsel terus."
"Sembunyiin ponselnya, biar dia mau main sama kamu."
"Bubu cepet ke sini." Marsha merebahkan kepalanya di atas bantal yang membuat pipinya tertekan, karena posisinya sekarang tengkurap di atas kasur kamarnya.
"Iya Macha, bentar lagi ya. Bubu matiin ya, biar Bubu cepet selesai bersih-bersihnya."
"Iya Bubu," jawab Marsha meskipun ada rasa tak ikhlas harus mengakhiri video call ini.
"Babay Macha."
"Babay Bubu."
Panggilan berakhir. Kini Marsha hanya berguling-guling di kasur karena bosan. Bingung harus melakukan apa. Bermain bersama Aldo? Marsha bosan. Jujur saja Marsha kurang suka dengan Aldo. Tapi di pikiran Marsha mungkin wajar karena mereka baru kenal dan butuh beradaptasi.
Memikirkan nama Aldo, Marsha jadi teringat jika beberapa hari yang lalu dia telah belajar menyetir. Dan kata Revaldo, Marsha sudah cukup pintar dalam belajar meskipun belum bisa turun langsung di jalan raya sendirian.
Marsha jadi kepikiran. Bagaimana jika dirinya pergi ke apartemen Zee secara diam-diam? Itung-itung memberi kejutan untuk Zee.
"Benar. Sepertinya Marsha yang harus pergi ke apartemen Bubu. Pasti Bubu senang melihat kedatangan Marsha ke sana," pikir Marsha.
"Apa Kak Fio mau mengantar Marsha?" Pikir Marsha. Karena kakaknya ini entah kenapa sedang mode sensi padanya. Karena tugas-tugas skripsi yang sedang Fiony kerjakan.
Marsha beranjak pergi ke kamar Fiony. Saat masuk ke dalam, kamar Fiony sepi tak ada pemilik kamar di dalamnya, tapi banyak kertas yang berserakan dan laptop yang menyala. Pasti Fiony ada di kamar, mungkin sekarang sedang berada di kamar mandi?
"Kak Fio mana?"
Marsha berjalan ke kamar mandi kakaknya. Lalu menempelkan telinganya di pintu kamar mandi, mencoba mendengarkan ada kehidupan di dalamnya atau tidak.
"Kak Fio?" Panggil Marsha.
"Ya Sha? Kakak lagi ada panggilan alam, jangan ganggu," sahut Fiony dari dalam.
"Kak Fio masih lama kah?"
"Iya."
"Kak Fio, nanti anterin Marsha ke apartemen Bubu ya?"
"Kak Fio sibuk Marsha. Zee nya aja yang suruh ke sini."
"Bubu lama."
"Ya sabar aja, nanti juga ke sini."
"Marsha mau ke sana sekarang!" Kesal Marsha karena kakaknya tidak menuruti apa yang dirinya mau.
"Ck, kamu jangan bandel ya. Kakak bilangin Papi mau?"
"Kak Fio nyebelin!" Pekik Marsha kesal. Dia beralih duduk di atas kasur Fiony. Bersedekap dada dengan wajahnya yang nampak kusut karena kesal.
Netranya memeperhatikan isi dari kamar kakaknya ini. Sampau netranya berhanti pada benda hitam yang tergeletak di atas meja. Senyum Marsha perlahan terbit. Dia bangkit lalu menghampiri benda itu.
Marsha menatap sebentar pintu kamar mandi, memastikan jika Kakaknya masih lama di dalam sana. "Kak Fio, Marsha pinjem ya," kata Marsha, tapi dengan suara yang sangat pelan.
Marsha mengambil benda itu dan keluar dari kamar kakaknya. Benda yang Marsha ambil adalah kunci mobil.
~~~
Sebuah mobil dengan pelan melaju di sebuah jalan yang tak cukup ramai. Sang pengemudi nampak sangat amatir, karena baru kali ini dia menyetir mobil sendirian di jalan ramai yang menjadi alternatif kendaraan. Orang itu tak lain dan tak bukan adalah Marsha.
Jujur saja kini tiba-tiba takut. Tangannya bahkan berkeringat dingin. Ingin pulang tapi sudah kepalang tanggung. Dia terus memberanikan diri menyetir ke apartemen kekasihnya. Nekat sekali memang anak ini.
Dia mulai panik jika ada mobil atau kendaraan lain yang menyalip mobil miliknya. "Bubu, Marsha takut," gumam Marsha.
Marsha semakin pelan dalam menyetir mobil, rasa takut sudah semakin menggerogoti dirinya. Tanpa dia tau, di belakang mobilnya ada beberapa yang mobil yang sudah berjejer karena mobil Marsha yang berjalan lambat. Tak sedikit pula yang menyalib mobil Marsha dan mengklakson saat di samping mobil Marsha.
Hal itu membuat Marsha panik. Apalagi sekarang mobil-mobil di belakang Marsha bersahutan membunyikan klakson mereka. Marsha di dalam mobil sudah menangis. Merutuki dirinya sendiri, harusnya dia menunggu Zee di rumah dan menuruti perkataan kakaknya. Bukan malah nekat berkendara sendiri seperti ini, jelas-jelas dirinya belum sepenuhnya pandai dalam berkemudi.
Suara klakson tak kunjung berhenti. Hal itu membuat Marsha semakin panik dan menginjak pedal gas dengan dalam. Langsung saja Mobil Marsha melaju sangat cepat dan Marsha semakin panik. Dia jadi tak fokus dalam memegang stir.
Mata Marsha terbelalak saat tiba-tiba saja ada seekor kucing yang menyebrang. Sudah tau ada mobil yang melaju tetap aja nyebrang, dasar kucing. Reflek Marsha membanting stir ke arah kiri dan
BRAK!
Yahhh Marsha.
Nekat sih dia.
Dah gitu aja, gua mo kabur takut di amuk sama kecebong galak awkakwoakwok.
Babay maap buat typo.
200 vote baru mau lanjut, lagi mode iseng nih gua😎

KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika Zeevaro yang notabenya adalah manusia yang tergolong cuek tiba-tiba di pertemukan dengan perempuan bersifat Childish? Akankah Zeevaro akan betah atau bahkan membuangnya ke selokan?