Malam telah tiba. Marsha berdiri di depan kaca mendekatkan wajahnya di kaca lalu mempoleskan lipstik merah di bibirnya. Setelah dipastikan sudah rata, Marsha mengambil tas slempangnya lalu keluar dari kamar.
Marsha pov.
"Pi, Marsha keluar dulu ya sama kak Aldo," pamit ku pada Papi yang sedang menonton tv di temani Mami.
"Udah malem Sha, mau keluar kemana?" Tanya Papi.
"Jalan-jalan Pi, biasa anak muda," jawab ku.
"Kamu selalu keluar malam Sha. Mami khawatir," celetuk Mami.
"Marsha udah gedhe Mi. Mami gausah khawatir, lagian Marsha keluar sama Kak Aldo kok. Dia bakal jagain Marsha," kata ku mencoba meyakinkan. Lagi pula betul kan aku sudah dewasa. Aku bukan anak kecil lagi. Biarkan aku menikmati masa muda ku. Lagian ada kak Aldo yang akan menjaga ku.
"Aldo lagi Aldo lagi," ucap Kak Fio yang bergabung. Haissh dia lagi, pasti kak Fio akan mengompori Papi dan Mami untuk tidak mengizinkan ku keluar.
"Kenapa sih kak," ketus ku.
"Ih, itu bibir abis kenapa? Merah banget, abis makan darah? Kayak cabe-cabean ah kamu," kata Kak Fio sambil menatapku jijik.
Aku buru-buru membuka tas ku dan mengambil kaca kecil, melihat bibir ku apa terlalu banyak menggunakan lisptik. "Ah, nggak. Orang biasa aja juga," kata ku sesudah melihat bibir ku yang baik-baik saja. Memang Kak Fio-nya saja yang rese!
"Liat tuh, merah banget lisptik kamu," kata Kak Fio lagi.
"Warnanya memang gini. Aku, baru beli kemarin. Jangan norak deh," balas ku.
"Cih, ga cocok di kamu," ejek Kak Fio.
"Aku, ga peduli," jawab ku. Meladeni kakakku sama saja menguras energi, bikin cape!
Ponsel-ku bergetar, ternyata dari Kak Aldo yang mengirim pesan katanya sudah berada di depan, menunggu ku.
"Udah ah. Pi, Mi Marsha mau keluar sekarang ya, Kak Aldo udah nungguin di depan," pamit ku.
"Ck, jangan pulang terlalu malam Marsha atau nanti kamu ga bakal papi izinin pergi lagi sama Revaldo," ancam Papi ku. Apa-apan Papi ini. Sepertinya Papi sudah diracuni oleh Kak Fio yang memang tak menyukai Kak Aldo sejak awal.
"Iya Pi. Marsha pergi dulu," kata ku dengan malas.
Saat keluar ternyata Kak Aldo juga turun dari mobil, sepertinya dia akan mengahmpiriku ke dalam karena menunggu lama.
"Barusan aku, mau nyamperin kamu Sha," kata Kak Aldo.
"Maaf, nunggu lama ya? Tadi ngobrol bentar sama Mami, Papi," jawab ku.
"Yaudah, gapapa. Udah siap kan? Ga ada yang ketinggalan?"
"Udah semua kok."
"Okey."
Kak Aldo membukakan pintu mobil untuk-ku. Baik hati sekali. Penampilannya malam ini juga terkesan keren menambah aura ketampananya. Sepertinya aku sudah dibuat jatuh-sejatuh jatuhnya oleh kak Aldo.
"Kita mau ke mana kak?" Tanya ku.
"Aku mau ajak kamu ke sebuah danau. Jaraknya agak jauh dari sini, tapi aku yakin kamu ga bakal nyesel setelah liat," jawab Kak Aldo.
"Boleh-boleh, aku jadi ga sabar pengen liat."
Sekitar tiga puluh menitan untuk sampai di sebuah parkiran. Ternyata cukup ramai juga di sini, karena terlihat beberapa mobil dan motor yang terjejer.
"Danau nya mana kak?" Tanya ku karena tak melihat danau di sana melainkan hanya pohon-pohon tinggi dan jalan yang di terangi lampu di pinggirannya.
"Kita jalan dulu. Danaunya ada di dalem, kita harus jalan. Ga jauh kok, ayo," jelas Kak Aldo.
Aku mengikuti Kak Aldo yang menggenggam tangan ku. Di sekitar sini tak terlalu gelap karena memang banyak lampu-lampu yang menyinari tempat ini. Kami terus berjalan ke dalam sampai aku terpukau melihat sebuah danau yang airnya berwarna biru dan di keliling oleh berbagai bunga yang sangat indah. Bahkan hewan kunang-kunang ikut menambah kesan keindahan ini. Aku baru tau jika ada tempat seindah ini di kota ini.
"Suka?" Tanya Kak Aldo membuyarkan keguman ku.
"Suka banget kak!" Kata ku semangat.
Aku berjalan mendekat melihat bunga-bunga dengan jarak yang lebuh dekat. "Ini sangat cantik," kata ku. Aku memetik salah satu bunga yang entah aku sendiri tak tau apa namanya. Aku melihat kak Aldo juga memetik salah satu bunga berwarna putih.
"Marsha," panggil Kak Aldo.
Marsha pov end.
"Marsha," panggil Revaldo.
Marsha menoleh lalu berdiri. Mereka saling menatap satu sama lain. "Kenapa kak?" Tanya Revaldo.
"Aku mau ngomong sesuatu," kata Revaldo.
"Apa?" Tanya Marsha, tapi sekarang Marsha merasakan jantungnya berdebar kencang. Apa Revaldo akan menembaknya? Itu lah yang ada di pikiran Marsha saat ini.
"Dulu kita pernah menjalin hubungan, walaupun tak berjalan dengan baik pada saat itu dan berakhir kita putus. Sampai kita terpisah, aku memilih pergi jauh dari kamu. Tapi setelah aku melewati hari, aku menyadari kalau cinta aku habis di kamu. Aku tak bisa menerima orang baru lagi, yang bisa menggantikan nama kamu di hati aku. Dan sampai aku kembali pindah dan ternyata dapet rumah di sebelah kamu. Saat aku melihat kamu setelah sekian lama, aku langsung punya tekad untuk kembali memliki kamu. Izinkan aku kembali bersama kamu Sha, aku cinta sama kamu saat ini dah selamanya. Marsha, kamu mau jadi pacar aku lagi?" Ungkap Revaldo. Tangannya menyerahkan setangkai bunga putih itu.
Marsha terdiam dengan hati yang berdebar kencang. Ternyata benar dugaan Marsha kalau Revaldo akan menembaknya. Entah apa yang yang Marsha rasakan. Dia senang tentunya, tapi di sisi lain ada suara yang seperti menyuruhnya untuk tidak menerima ajakan Revaldo menjadi pacarnya.
"Gimana Sha? Kamu ga harus jawab sekarang kok."
Marsha menelan ludah, dia gugup. "A-aku..."
"Ya?"
"Aku mau kak," jawab Marsha.
Revaldo tersenyum senang. Inilah yang dia tunggu-tunggu selama ini. Menjadikan Marsha kembali sebagai kekasihnya. Dia tau kalau Marsha melupakan ingatan yang kemarin. Dia sengaja tak membahas Zee diantara mereka. Dia sengaja tidak menceritakan kepada Marsha tentang Zee. Dia tak peduli kalau Marsha adalah pacar Zee, lagi pula Marsha sudah melupakan Zee. Revaldo anggao Marsha dan Zee sudah putus. Dia memanfaatkan keadaan untuk kembali memiliki Marsha.
Marsha menerima bunga dari Revaldo itu, kemudian memeluk Revaldo dengan erat.
"Akan ku jadikan kamu sebagai milikku seutuhnya Marsha." Batin Revaldo sambil tersenyum kemenangan.
Adududuh kabur ah.
Mohon maaf lahir dan batin ges🙏🏃♀️
Mencoba mengikhlaskan ci shani🙂👍
Maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika Zeevaro yang notabenya adalah manusia yang tergolong cuek tiba-tiba di pertemukan dengan perempuan bersifat Childish? Akankah Zeevaro akan betah atau bahkan membuangnya ke selokan?