25

2.8K 270 15
                                    

Suasana hening sangat terasa di sebuah kamar yaitu kamar Marsha. Di sore hari ini sang pemilik kamar kini sedang tertidur pulas karena kelelahan sehabis bermain dengan Revaldo siang tadi. Fiony sebagai kakak yang baik, menemani sang adik agar cepat tertidur. Setelah memastikan adiknya benar-benar tertidur, Fiony menaikkan selimut yang membalut adiknya kemudian keluar dari sana.

Fiony kembali ke ruang keluarga untuk bersantai di sana. Orang tuanya sedang pergi entah kemana. Katanya sebentar, tapi sudah hampir satu jam mereka belum pulang-pulang. Kini dirinya sedang berkutat degan ponselnya mencoba menghubungi Zee. Fiony ingin menceritakan apa yang sudah terjadi siang tadi.

"Ya, ada apa cepio?" Tanya Zee dari sebrang sana.

"Ada sesuatu yang mau gue ceritain ke elo."

"Bentar-bentar. Gue, baru aja sampe ini, lagi bikin minum aus."

"E-elah. Buruan Zee."

"Iya cepio, sabar. Nih, udah nih. Mau cerita apaan lo? Eh btw gimana keadaan Marsha?"

"Ck, makanya dengerin dulu. Ini soal Marsha sebenernya."

Zeevaro pov

"Ck, makanya dengerin dulu. Ini soal Marsha sebenernya."

Aku yang kini duduk di atas sofa langsung menegakkan tubuhku saat mendengar Cepio menyebut nama Marsha. Takut terjadi apa-apa dengan Marsha saat aku tinggal, mengingat kejadian yang telah berlalu.

"Marsha kenapa?" Tanyaku.

"Siang tadi Revaldo dateng ke rumah." Aku yang sedang minum hampir tersedak mendengarnya. Mengingat lelaki bernama Revaldo itu adalah masa lalu Marsha. aku mendengarkan cerita Cepio dengan seksama.

"Dia ngasih kue buatan ibunya katanya, tapi setelah itu dia malah minta izin buat main sama Marsha." aku mendengarkan cerita Cepio dengan seksama.

"Awalnya gua, ga terima. Mengingat kelakuan dia di masa lalu ke Marsha. Gue dah sempet ngusir dia, tapi bokap gua, ke luar dan malah nyuruh Revaldo buat masuk ke dalem. Dan yang bikin gue, kesel lagi bokap malah maafin si Revaldo dengan pikiran mungkin Revaldo udah berubah ga kayak dulu. Abis itu bokap biarin dia buat main sama Marsha. Jujur aja gue, kesel sama keputusan papi gitu aja. Jadi Zee, mending lu buruan balik. Gua, takut klo bisa-bisa Revaldo punya niat buruk ke Marsha. Apalagi gua, ga bisa terus-terusan jaga Marsha karna harus kuliah kan."

"Gua, tiga hari di sini. Ga bisa secepat itu buat balik. Ini aja gua, baru sampe. Sebisanya gua, titip Marsha ya Ce. Gua, jadi takut klo si gado-gado ngapa-ngapain Marsha."

"Namanya Revaldo, Zee. Bukan gado-gado."

"Bodoamat." Lagipula mau namanya Revaldo atau ronaldo sekalian aku tidak peduli. Panggilan gado-gado malah lebih cocok menurutku untuknya. Nama Revaldo kebagusan untuknya yang katanya masa lalu Marsha.

"Terserah lo deh. Udah itu aja yang mau gue ceritain ke elo."

"Marsha mana ce?" Tanyaku. Karena sedari tadi aku tak mendengar suara rengekan dari Marsha. Pesan yang dia kirim pun baru aku balas tadi. Aku akan menebak jika Marsha akan ngambek karena aku tak segera menjawab pesan darinya. Aku akan merayunya jika benar hal itu terjadi.

"Marsha tidur. Kecapean dia."

"Oh. Kalau om sama tante? Keliatan rumah sepu banget padahal hari libur."

"Mereka lagi keluar. Gatau kemana. Jadi gue, di rumah sama Marsha doang."

"Yaudah. Jagain Marsha ya Ce."

"Iya Marsha adik gue. Udah pasti gue, bakal jaga dia baik-baik. Udah dulu ya. Gua, mau nonton drakor."

"Oke. Gue, juga mau bersih-bersih badan nih."

"Yaudah sono. Pantesan gue, nyium bau-bau gaenak daritadi. Ternyata asalnya dari elo."

"Enak aja lo. Lo sendiri kali blom mandi."

Hanya terdengar suara tawa dari Cepio setelah itu panggilan dimatikan sepihak oleh Cepio. Aku jadi kepikiran dengan keadaan Marsha. Ingin sekali rasanya aku pulang agar bisa menjaga Marsha dari lelaki yang bernama gado-gado itu. Awas aja jika gado-gado berani melakukan hal buruk pada manusia akan aku bunuh dia.

~~~

"Bubu!" Pekik Marsha terlihat senang. Malam ini aku melakukan video call dengan Marsha. Jujur saja aku rindu dan juga merasa bersalah karena komunikasi diantar kita berdua kurang lancar, karena lagi-lagi aku sibuk dengan kerjaan.

"Hai Macha, lagi apa?" Tanya ku.

"Macha tadi abis makan malam bersama papi, mami dan kak Fio."

"Iyakah? Makan sama apa tadi?"

"Ayam! Mami masak ayam."

"Enak dong?"

"Enak bubu. Bubu lagi apa?"

"Lagi rebahan. Siap-siap mau tidur."

"Macha juga mau tidur. Lihat, Macha pakai baju tidur gambar dino. Macha milih sendiri karena Macha ingat kalau bubu suka sama dino." Bucin sekali kekasih childishku ini. Dia sudah mulai mengikuti apa yang aku suka dia juga akan suka.

"Bubu ganggu ga? Katanya kamu mau tidur."

"Nggak bubu. Bubu ga ganggu. Bubu... macha kangen. Bubu kapan pulang? Macha pengen main sama bubu lagi. Bubu sibuk terus." Ungkapan hati Marsha itu jujur saja membuat lidahku kelu. Perasaanku jadi tidak enak. Aku merasa bersalah karena terlalu sibuk dengan kerjaan akhir-akhir ini.

"Maafin Bubu ya, karna bubu sibuk. Nanti sehabis pulang dari sini, bubu akan ke rumah Macha ngajak macha main lagi ya. Bubu lagi sibuk kalau sekarang."

"Bubu janji?"

"Janji Macha."

"Yeayy," sorak Marsha. Dia bertepuk tangan, lucu. Aku merasa beruntung bisa memilikinya meski dalam kekuarangan yang dia alami.

"Macha ga bobok? Udah malem." Tanyaku karena jam juga sudah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Macha ngantuk."

"Tidur. Bubu temenin dari sini. Jangan matiin telponnya."

"Macha tidur sambil megang hp? Tangan macha nanti pegal."

"Senderin di bantal bisa." Sepertinya Marsha melakukan apa yang aku sarankan.

"Macha sudah meletakkan di sisi bantal."

"Bagus. Sekarang pejemin mata kamu. Bubu temenin tidur."

"Selamat malam bubu." Marsha mulai memejamkan mata. Tak menunggu lama sepertinya Marsha sudah masuk ke alam mimpi karena sudah tak ada lagi pergerakan darinya.

Lihatlah wajah damai Marsha saat tertidur. Benar-benar menggemaskan. Dia sudah sama seperti bayi dengan wajah yang bersih tanpa adanya riasan.

Lelah memandangi wajah Marsha, rasa ngantuk mulai menghampiri diriku. Sampai dengan perlahan mataku ikut tertutup membiarkan ponselku yang masih tersabung panggilan video. Aku tak takut jika pagi nanti batreku akan habis karena sekarang ponselku tersambung dengan pengisi daya. Semua terasa gelap dan aku tertidur.

Zeevaro pov end.

























Ldr nih ldr.

Maapin baru bisa up. Jujur sibuk bngt, bantu urus ppdb pulang sore trs. Smpe rumah istirahat tidur, trs keesokan ya gitu lagi.

Gua juga ga bisa ngrasain liburan dengan tenang nantinya karena ada beberapa hal yg mungkin bakal meneror dunia rl gue.

Dah gitu aja , gue mo turu. Babay.

Maap buat typo:*

CHILDISH [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang