"Mau kemana Sha?" Tanya Fiony yang melihat sedang duduk di depan meja rias. Adiknya itu sedang berdandan di sana.
"Ngapain kakak ke kamar aku?" Bukannya menjawab Marsha malah bertanya tujuan Fiony ke kamarnya.
"Ck, serah kakak lah. Pengen liat adek sendiri masa ga boleh? Kamu mau kemana Sha?" Tanya Fiony lagi. Kini Fiony duduk di tepi ranjang milik Marsha.
"Mau keluar," jawab Marsha sambil menggunakan maskara di bulu matanya.
"Udah malem Sha."
"Aku tau. Lagian yang bilang sekarang masih siang siapa?"
"Ck, jangan pulang malem-malem," peringat Fiony. Entah kenapa sekarang jika dia berbicara dengan Marsha bawaanya pengen emosi aja.
"Ya."
"Sha, soal Zee. Apa yang dia bilang kalau dia pacar kamu itu bener. Dia ga ngaku-ngaku. Kalian udah menjalin hubungan bahkan sudah satu tahunan lebih."
"Aku ga ngerasa kalau aku pernah pacaran sama dia Kak."
"Kamu pacar dia Sha, waktu ingatan masa lalu kamu hilang."
"Berarti dia bukan pacar aku. Tapi dia pacar diri aku yang lain. Karena waktu kemarin itu bukan diri aku yang asli."
"Mau bagaimanapun dia pacar kamu Marsha."
"Stop kak! Stop bilang dia pacar aku! Aku ga nyaman sama dia! Jangan suruh aku dekat-dekat sama dia lagi!" Bentak Marsha karena sudah muak dengan kakaknya yang sedari tadi membicarakan Zee terus.
"Dasar! Jangan sampe kamu nyesel Sha! Dia udah baik sama kamu, tapi malah ini yang kamu bales ke dia sekarang! Kalau sampe penyesalan menghampiri kamu, jangan harap kakak bakal peduli sama kamu!" Fiony keluar dari kamar Marsha dengan perasaan sangat amat kesal dengan keras kepala adiknya itu.
Dia bingung, kenapa adiknya itu tidak mencoba membuka hati mata dan pikirannya untuk kembali dekat dengan Zee, meski ingatan masa lalu nya sudah kembali dan melupakan ingatan masa sekarang.
Sementara Marsha kini entah kenapa hatinya serasa berdenyut tapi tak tau apa sebabnya. Tatapannya tiba-tiba kosong menatap kaca yang menampilkan dirinya sendiri. Tak lama dia menggelengkan kepala menyadarkan dirinya sendiri. Sampai matanya menatap boneka dino yang berada di dalam lemari kaca yang dia letakkan beberapa hari yang lalu karena saat pulang dia melihat boneka itu di kamarnya. Padahal seingatnya dia tak pernah mempunyai boneka itu.
Fiony turun ke lantai bawah. Dia terkejut melihat keberadaan Revaldo yang sudah duduk di sofa ruang tamu dengan satu kakinya yang di letakkan di atas kaki lainnya.
"Revaldo? Sejak kapan dia di sini? Ngapain di sini?" Batin Fiony. Dia menghampiri Revaldo yang sibuk dengan ponselnya.
"Sejak kapan lo di sini?" Tanya Fiony yang ikut duduk di sofa lain.
"Eh, kak Fio. Malam kak. Sejak tadi kak, nungguin Marsha mau ajak jalan," jawab Revaldo.
"Gue, peringatin ya ke elo. Lo jangan memanfaatkan keadaan dengan mendekati Marsha karena ingatan Marsha udah balik. Inget, Marsha sampe sekarang masih pacarnya Zee, temen gua. Jadi lo jangan berani-berani deketin Marsha," peringat Fiony. Dia tak ingin Marsha kembali jatuh pada Revaldo.
"Tapi Marsha kan lupa sama Zee, dia juga udah ga ada rasa sama Zee sejak ingatannya kembali. Marsha juga ga suka kalau Zee dekat-dekat dengannya. Jadi ga ada salahnya kalau aku deketin Marsha lagi dong kak?" Kata Revaldo.
"Marsha sama Zee dari mereka kedua belum ada yang saling memutuskan hubungan. Jadi mereka masih dalam status dong. Lo gausah cari celah deh Do! Gue tau sifat lo ini kayak setan! Licik! Gua ga bakal biarin kalau nanti lo ngapa-ngapain Marsha," balas Fiony yang entah kenapa dia mempunyai firasat buruk atas kehadiran Revaldo kembali di kehidupan mereka.
"Kak Fio! Kak Fio apa-apaan sih?!" Tegur Marsha yang sudah turun dari kamar.
"Kata-kata Kak Fio itu nyakitin hati banget tau kak?"
"Dia ga baik buat kamu Marsha. Lagi pula kamu udah ada Zee, jangan sembarang keluar sama orang asing," kata Fiony.
"Kak Aldo bukan orang asing! Dan tolong jangan bahas-bahas Zee lagi, aku ga suka! Ayo Kak, kita pergi."
"Aku izin bawa Marsha kak," kata Revaldo.
"Marsha!"
Marsha menghiraukan panggilan Fiony dan memilih menarik tangan Revaldo keluar rumah.
"Aku ga enak sama kakak kamu," kata Revaldo dengan wajah ya begitulah.
"Gausah dengerin kata-kata kakakku. Dia emang gitu orangnya."
Revaldo membukakan pintu mobil untuk Marsha. Setelah memastikan Marsha duduk dengan nyaman, Revaldo masuk ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya meninggalkan rumah.
Diam-diam sebuah mobil mengikuti mobil milik Revaldo. Pemilik mobil itu adalah Zee. Dia memang tadi berniat untuk main ke rumah Marsha, tapi mengurungkan niatnya saat melihat keberadaan mobil yang dia kenal yaitu mobil Revaldo.
Zee memilih memarkirkan mobilnya di sekitar jalanan rumah Marsha sambil menunggu mobil Revaldo keluar. Karena instingnya mengatakan jika Revaldo akan pergi bersama Marsha dan tebakannya benar. Dia kini akan melihat kemana mereka akan pergi.
~~~
Mengikuti Marsha dan Revaldo pergi keluar sama saja mencari penyakit. Zee kini duduk termenung di kab mobil dengan sebotol soda di genggamnya. Matanya menatap langit yang di penuhi bintang menemani sang rembulan yang nampak kesepian.
Jika biasanya dia menatap langit dengan perasaan bahagia, kini sebaliknya. Dian menatap langit dengan perasaan sedih. Hatinya rasanya tercabik-cabik melihat kejadian di restoran tempat Marsha dan Revaldo pergi tadi. Niat hati ingin memantau apa yang mereka berdua lakukan, Zee malah mendapati bagaimana beraninya mereka beradu lidah di sana.
Bibir itu dulunya milik Zee. Tapi apa sekarang Zee bisa mengklaim kalau bibir Marsha masih milik Zee?
Panas bener yak siang ini.
Dah gitu aja mon maap buat typo.
Oh iya selamat hari raya idul adha gesss🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika Zeevaro yang notabenya adalah manusia yang tergolong cuek tiba-tiba di pertemukan dengan perempuan bersifat Childish? Akankah Zeevaro akan betah atau bahkan membuangnya ke selokan?