Perkataan Zee untuk beristirahat, berhenti dulu untuk mendekati Marsha benar adanya. Dia benar-benar mendekati Marsha. Jika Zee datang ke rumah Marsha, itu hanya untuk menjemput Fiony yang selama ini terus menemani Zee jika membutuhkan teman cerita.
Semua itu tak luput dari pantauan Marsha. Dia heran dengan perubahan sikap Zee kepada dirinya. Jika biasanya Zee saat datang ke rumah akan mencarinya dan mengganggu ketenangannya, tapi sekarang tidak. Zee sekarang malah mencari kakaknya dan menghiraukan Marsha, seperti menganggap Marsha tak ada.
Jujur saja hal itu membuat Marsha seperti ada rasa sedikit tak suka saat Zee bersikap demikian. Dia tak suka di cueki.
"Mau kemana kak?" Tanya Marsha yang melihat penampilan kakaknya sudah rapi.
"Kepo kamu," jawab Fiony.
"Oh, astaga hp gue." Fiony kembali naik ke lantai atas, kamarnya untuk mengambil ponselnya yang tertinggal.
"Dasar pelupa," desis Marsha.
Ting tong~
Kening Marsha berkerut mendengar bel pintu. "Ada tamu siapa?" Pikir Marsha.
Marsha tanpa takut dan pikir panjang langsung keluar untuk melihat siapa tamu di siang hari ini. Bukan kayak kalian yang ada tamu bukannya di sambut malah kabur, sembunyi :v.
"Mau apa lagi lo?" Tanya Marsha dengan nada tak suka.
"Aku, cari kakak kamu," jawab Zee dengan ekspresi datar. Ternyata yang siang-siang bertamu adalah Zee.
"Kakak gue, ga ada," jawab Marsha dengan ekspresi datar.
"Aku, tau kamu bohong," balas Zee dengan ekspresi tak kalah datar.
"Gue, ga bohong."
"Kamu bohong. Fiony ada di dalem. Tolong panggilin kakak kamu," kekeh Zee. Karena dia tau jika Fiony masih di dalam. Marsha tak bisa membohonginya begitu saja, karena tadi Zee dan Fiony sudah janjian dan berbalas pesan sebelum Zee sampai.
"Lo ga boleh keluar sama kakak gue," kata Marsha sambil bersedekap dada, terlihat songong.
"Kenapa?" Tanya Zee sambil menaikkan satu alisnya heran.
"Gue, ga suka lo jalan sama kakak gue."
"Kamu cemburu?"
"Gue? Cemburu? Mimpi lo! Gue, gamau aja kalau kakak gue, deket sama lo."
"Aku, tetep mau ketemu kakak kamu."
"Gue, bilang-"
"Kenapa sih ribut-ribut?" Sahut Fiony yang sudah keluar.
"Zee? Udah dari tadi?" Tanya Fiony.
"Nggak kok, barusan aja gue, sampenya."
"Sorry, tadi gue ambil hp dulu ketinggalan di kamar, jadi bikin lo nunggu."
"Nggak papa, santai aja. Udah siap Ce?" Tanya Zee dengan ramah. Berbeda saat berbicara dengan Marsha terkesan lebih cuek.
"Udah. Sha, kakak pergi dulu ya. Bilangin ke Mami, Papi kalau mereka udah pulang. Ayo Zee." Fiony berjalan lebih dulu menjauhi pintu.
"Aku pergi dulu," kata Zee sebelum menyusul Fiony. Marsha hanya diam sambil menatap kesal ke arah mereka yang memasuki mobil.
Marsha menghentakkan kakinya kesal saat mobil Zee sudah pergi dari halaman rumahnya. Lalu dia memilih masuk ke dalam rumah, meredam kekesalan karena kakaknya mau saja di ajak Zee keluar.
"Dia kenapa sih? Sama gue, jutek giliran sama Kak Fio ramah. Beda banget tu orang. Ck, nyebelin!" Monolog Marsha di depan tv sambil memakan cemilan di dalam toples yang dia peluk.
~~~
"Marsha tadi kenapa Zee?" Tanya Fiony di dalam mobil.
"Dia agak aneh," jawab Zee sambil fokua menyetir.
"Aneh kenapa?"
"Tadi dia ngelarang gue, buat jalan sama lo."
"Dih, kenapa larang-larang coba?"
"Gue, juga gatau. Dia tadi bilang, kalau ga suka gue keluar sama lo."
"Kenapa gitu? Apa dia cemburu?" Pikir Fiony.
"Gue, sempet nebak gitu, tapi kata dia gue, mimpi kalau sampai dia cemburu. Lagipula gamungkin kali Ce," kata Zee lalu terkekeh.
"Perasaan orang ga ada yang tau Zee. Siapa tau dia perlahan mulai luluh?"
"Jangan membuat gue, berharap lebih Ce. Gue, mau istirahat dulu," kata Zee.
"Oke," putus Fiony. Dia tak ingin membuat temannya itu menjadi kesal karena pembahasan ini.
Nih up lagi.
Syukuri ngapa kalau gue up. Mau pendek atau panjang partnya ya trima aja. Gue udah mau up aja klean kudu bersyukur. Ga up protes, udah up protes lagi. Dah cape.
Klopun pendek ya udah, itu karna idenya cuma ada itu. Gue abis ngetik langsung gue up. Klo gue tunda" bisa lupa dan kgk up" ntar. Jadi klo partnya pendek yaudah.
Yang penting gue rajin upnya.
Dah gitu aja maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHILDISH [END]
Teen FictionBagaimana jadinya jika Zeevaro yang notabenya adalah manusia yang tergolong cuek tiba-tiba di pertemukan dengan perempuan bersifat Childish? Akankah Zeevaro akan betah atau bahkan membuangnya ke selokan?