09.Last Night

71 4 0
                                    

Ngomong-ngomong kemarin malam saat Arka sudah pulang ke rumah, ia langsung mengistirahatkan tubuh nya di atas ranjang berukuran king size. Ia lelah, netra nya menatap langit langit kamar perlahan ia memejamkan kedua mata nya. Arka mengingat kembali perlakuan Ellina saat di toilet.

Apa yang di pikirkan gadis itu? Arka mengusap wajah nya gusar, malas berpikir akhirnya ia memejamkan kembali mata nya mencoba untuk tidur namun tidak bisa. Ini sudah pukul 23.15 tapi dirinya masih belum bisa tertidur.

Arka kesal kemudian ia berjalan ke arah jendela, membuka tirai dan jendela itu. Arka berdiri di depan jendela yang sudah terbuka, menatap bulan yang bersinar bersama bintang dan terus menemani nya untuk menerangi bumi. Arka mengela nafas.

"Kenapa saat aku bertemu dengan Adara, aku seperti melihat mu dalam dirinya?" Arka menatap bulan dengan sendu. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Tidak bisa kah kamu membiarkan aku hidup tanpa bayangan mu lagi?" Kepala nya berisik sekali.

"Rasanya hampir gila, karena terlalu sibuk bertengkar dengan isi kepala sendiri"

Kisah kita hebat, tidak pernah berdebat tetapi tamat.

Berakhir tanpa ada yang mengakhiri dan telah usai tanpa ada kata selesai.

☆☆☆☆

Motor Arka berhenti di parkiran. Arka datang tepat waktu bahkan 20 menit sebelum bel berbunyi. Arlan menyuruh Arka untuk datang ke rooftoop, Arlan mengirim pesan lewat line jadi sesampainya Arka disana ia sudah melihat Arlan, Daniel dan juga Jeano. Mereka berdiri menatap lurus ke depan. Arka berjalan menghampiri mereka.

Ketiga nya menoleh, Arka sudah ada di samping mereka. Arlan, wajah laki-laki tampak gusar seperti memikirkan sesuatu. Arka mengangkat bahu nya.

"Ada apa?" Arka bertanya.

Sebelum menjawab pertanyaan Arka, Arlan terdiam sebentar. Laki-laki itu memasukkan tangan nya ke saku celana.

"Gue baru dapat kabar kalo kita bakalan lawan anak sebelah buat turnamen minggu depan" Ketika mendengar jawaban Arlan, Arka pun diam. Sebenarnya Arka sudah tahu karena ia mengikuti rapat waktu itu.

"Dan lo udah tahu tapi nggak ngabarin kita" Arlan menatap mata Arka.

"Ka. Lo nggak punya feeling aneh buat si brengsek itu?" Jeano gantian bertanya. Javas selama ini selalu saja punya rencana buruk untuk Arka, tapi laki-laki itu malah terlihat tenang dan seperti tidak peduli. Padahal Javas sudah melakukan banyak hal untuk membuat nya celaka.

"Anak SRIWIJAYA. Lo tahu kan Javas punya dendam sama lo?" Kini Daniel ikut menambahi.

Arka. Laki-laki itu hanya diam dan menampilkan senyum nya seolah olah tidak ada yang harus di takuti.

"Nggak usah senyum, gue juga tahu lo pasti punya firasat yang sama kaya kita" Arlan malas melihat senyum Arka. Laki-laki yang berdiri di samping nya ini selalu saja seperti itu, tersenyum seperti tidak ada yang terjadi. Mereka bertiga sudah sering mengingatkan Arka untuk berhati hati dengan Javas tapi laki-laki itu tetap sama.

Arka merubah ekspresi wajah nya dalam sedetik saja. Kini ekspresi laki-laki itu berubah menjadi datar. Arka menghela nafas pelan.

"Gue tahu lo semua khawatir, tapi belum tentu itu terjadi kan? Sorry kemarin gue nggak sempat ngabarin lo semua" Arka mencoba meyakinkan.

"Ka. Lo terlalu baik sama tuh orang sampai orang yang lo cinta, lo rela in gitu aja dan gila nya lagi, dia malah nggak ngerti pengorbanan lo sama sekali" Arlan sudah tidak habis pikir lagi dengan sahabat nya ini.

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang