26.Jangan Sakit

63 1 0
                                    

Setelah beberapa saat akhirnya gadis itu kembali dengan dua kantong plastik berwarna putih. Satu nya berisi obat tetapi Arka tak bisa menebak untuk yang satu lagi. Adara duduk di sebelah Arka lalu mengeluarkan obat obat yang ia beli tadi sambil memperhatikan luka luka di wajah laki-laki itu.

"Aku nggak suka kamu sampai terluka seperti ini. Aku nggak mau kamu sakit"

Katanya seraya membersihkan darah pada luka di pelipis laki-laki itu. Adara bergidik ngilu dengan luka luka Arka bagaimana bisa laki-laki ini bisa sampai terluka hebat. Sesekali Arka menjauhkan wajah nya karena rasa perih akibat obat yang di oleskan Adara dan saat gadis itu menempelkan plaster nya.

Karena Arka terus saja menjauhkan wajah nya kesabaran Adara sekarang sedang di uji. Satu tangan nya menangkup dagu laki-laki itu agar tak bergerak. Arka menatap Adara dengan teliti, gadis itu benar-benar cantik.

"Sakit banget ya?"

Arka tersenyum menanggapi nya. "Enggak. Karena kamu disini jadi rasa sakitnya langsung hilang" Sempat sempat nya ia menggombal disaat seperti ini.

"Jangan sakit, aku nggak mau kamu sakit dan terluka kaya gini. Aku takut kalau terjadi sesuatu sama kamu. Jangan berantem dengan siapapun"

"Aku mau kamu hidup dengan damai tanpa musuh. Aku takut kalau..."

"Shustt"

"Aku nggak kenapa-napa kan? Ini hanya luka biasa jadi kamu nggak perlu terlalu khawatir karena satu atau dua hari pasti akan sembuh, oke?"

"Aku juga mau hidup dengan tenang tetapi sepertinya itu nggak bisa terjadi. Aku punya banyak musuh yang berkeliaran di kota ini dan maaf karena salah satu musuh ku bertemu dengan mu waktu itu.. karena aku kamu jadi dikenal oleh mereka.. maaf untuk semua nya"

"Aku nggak akan percaya cerita apapun kalau bukan kamu yang bilang sendiri sama aku. Tapi aku mau kamu cerita tentang apa saja, kita udah janji kan?"

Arka mengusap lembut surai hitam Adara. "Iyaa iyaa aku akan cerita soal apa saja sama kamu sampai nanti kamu bosan dan aku akan tetap cerita, gimana?"

"Iya deh. Eum ini masih sakit ya?" Arka langsung menggeleng dengan cepat.

"Beneran nggak sakit?" Tanya Adara sambil membersihkan luka di sudut bibir laki-laki itu. Terdengar jelas kalau Arka meringis perih itu artinya ia berbohong.

Adara tersenyum dibuat nya. Sungguh sebenarnya jantung nya tidak tenang saat ini. Luka di bibir Arka adalah luka terakhir yang ia obati tetapi entah mengapa rasanya berbeda ketika mengobati luka lain di wajah laki-laki itu.

Adara memperhatikan bentuk bibir Arka yang memiliki ciri khas tidak seperti orang lain. Terdapat bintik hitam kecil di ujung hidung mancung milik laki-laki itu juga di atas bibir nya.

"Kenapa? Kamu mau mencoba nya?"

Adara terdiam karena perkataan Arka barusan. Ia kembali membersihkan luka di sudut bibir laki-laki itu namun dengan cepat tangan nya di tahan oleh Arka sambil mendorong tubuh Adara ke belakang sampai punggung nya menyentuh pegangan bangku. Mereka saling diam menatap satu sama lain tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

Arka mengikis jarak di antara mereka berdua dengan perlahan ia mendekatkan wajah nya pada Adara. Ia bisa merasakan deru nafas Adara yang seperti tertahan, ia tahu kalau jantung gadis ini pasti berdetak sangat kencang.

Adara memejamkan kedua mata begitu merasakan sesuatu yang lembut menyentuh bibir merah muda nya. Oh sungguh Adara tak pernah merasakan ini sebelum nya, sekarang first kiss nya di ambil oleh laki-laki bernama Arka. Ia meremas tissue di tangan nya dengan kuat begitu merasakan bibir Arka.

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang