Malam itu Javas sangat senang karena ia sudah berhasil mengalahkan Arka di tantangan ini. Teman teman nya pun bersorak dan mereka tos satu sama lain. Arlan berdecih melihat nya, begitu juga dengan Daniel dan Jeano yang membuang pandangan mereka ke arah lain. Javas sombong sekali. Lagipula ia baru kali ini saja bisa mengalahkan Arka, di balapan sebelumnya Arka yang selalu menang.
"Cih. Baru sekali menang aja udah sok. Kaya berasa udah ngalahin berkali-kali" Jeano berdecih. Itu memang benar. Kalau bukan karena menabrak seseorang Arka tidak akan kalah. Tolong garis bawahi itu.
"Biasalah. Orang norak emang kaya gitu" Daniel ikut menambahi.
Setelah menunggu untuk beberapa saat netra mata mereka melihat motor yang melaju ke arah garis finish, tentu saja mereka semua mengenali motor itu, milik Arka. Ketika sudah berhenti di garis finish Arka pun mematikan mesin motor milik nya dengan santai.
"Lo aman kan, Ka?" Mereka bertiga serentak menanyakan hal yang sama.
Arka melepaskan helm dari kepala nya dan mengangguk mengiyakan.
"Aman lah, masa segitu doang bisa bikin gue kalah balapan sama dia"
Ia melirik sekilas Javas yang turun dari motor milik nya dan berjalan mendekat. Arka menggaruk pelipis kanan nya menggunakan jari yang sebenarnya tak gatal, baru juga seminggu lalu berdarah akibat penyerangan belum lama ini.
Javas berhenti tepat di samping motor Arka yang masih di duduki oleh sang pemilik. Javas melipat kedua tangan di depan dada dan sedikit menunduk untuk mengatakan sesuatu. Arka masih diam ia hanya memandang helm yang berada di atas tangki minyak motor nya. Ekspresi wajah laki-laki itu pun terlihat tenang seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu.
"Lo ingat perjanjian nya kan? Atau perlu gue ulang?" Ucap nya dengan datar. Javas memastikan kalau Arka tidak lupa akan perjanjian mereka.
Arka membuang nafas pelan dan mengeluarkan smirk andalan nya saat menatap Javas yang juga sedang menatap diri nya. Lalu setelah itu Arka turun dari motor dan berjalan dua langkah ke hadapan Javas. Dalam sekejap aura di area itu pun langsung berubah. Semua orang menatap heran dan saling berpandangan.
"Mungkin lo yang lupa" Perkataan Arka membuat Javas bingung. Apa yang di maksud oleh rival nya ini?
"Maksud lo?" Tanya Javas sedikit berhati hati pada lawan bicara nya.
Arka tertawa kecil sebelum menjawab pertanyaan dari lawan bicara nya.
"Hari ini gue kalah, tapi hari ini juga gue menang. Lo lupa balapan kemarin lo yang kalah dari gue" Arka menepuk pelan bahu Javas, namun langsung di tepis kasar begitu saja.
Arka hanya ber "Oh" saja.
"Perjanjian nya, tuh motor jadi milik gue" Arka menunjuk motor Javas yang terparkir di belakang laki laki itu sendiri. "Tapi, karena lo kalah malu dari gue, malam itu juga lo nyuruh anak buah sialan lo buat nyerang gue di jalan, iya kan?" Javas terdiam. Ia lupa tentang hal itu.
"Lo ambil motor lo balik, dan gue kalah, jadi kita impas kan?" Javas tidak senang. Sekarang ini juga ia sangat ingin sekali meninju wajah di hadapan nya ini tapi jika itu terjadi justru sangat tidak baik. Pasal nya di sana ada Arlan yang ia tahu memiliki relasi yang baik dengan banyak geng motor jadi Javas lebih baik diam.
"Kita cabut dari sini" Perintah Arka.
Ia langsung memerintahkan kepada teman teman nya untuk segera pergi dari tempat itu. Arlan dan yang lain pun menyusul Arka yang sudah pergi menjauh. Sementara itu Javas masih tidak terima dengan semua ini. Ia mengepalkan tangan meninju angin.
"Bangsatt lo Arka!!"
☆Di Rumah Arlan☆
"Kok bisa sih lo nabrak orang. Mana cewe lagi" Daniel bertanya pada Arka. Laki-laki itu sedang memperhatikan garis yang menempel pada motor nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKA MAVENDRA (SELESAI)
Teen FictionKata orang cinta habis di masa lalu itu tidak ada. Namun, bagaimana dengan Arka, ia berusaha keluar dari masa lalu nya yang begitu pilu dan sangat menyakitkan. Di dalam hidup Arka hanya memiliki satu kebahagiaan dan satu satunya cinta yang ia punya...