Manusia itu egois, dia datang karena sepi, lalu meninggalkan karena tak sehati, kemudian dia menjatuhkan karena terasa terlalu baik di hati.
Hari ini kelas musik sedang berlangsung dan diikuti oleh beberapa siswa siswi. Kafindra termasuk dari beberapa siswa yang mengikuti kelas itu. Ia menyukai musik sejak kecil karena itulah ayah nya memindahkan nya ke sini untuk melanjutkan bakat di bidang seni. Ia duduk di barisan ketiga.
Mereka semua mendengarkan guru yang menjelaskan beberapa dari alat musik di hadapan mereka. Di tengah-tengah itu sang guru menyebut nama Kafindra untuk berdiri dan meminta turun dari barisan. Kafindra saat itu tak mendengarkan, ia justru melamun sehingga murid lain sampai menyentuh pundak nya.
"Iya, kamu.. Kafindra kan?"
Guru itu bertanya karena laki-laki itu menunjuk dirinya untuk memperjelas.
"Ayo kesini sebentar, saya mau kamu memainkan salah satu alat musik ini"
Mereka berbisik membicarakan dirinya, terutama para gadis di ruangan ini banyak yang jatuh cinta pada anak pindahan dari London itu.
Kafindra berdiri di samping guru itu. Ia di suruh untuk memilih alat musik mana yang akan ia mainkan. Sebenarnya ia bisa memainkan tiga dari benda itu, gitar, biola, dan piano.
Tanpa berlama-lama lagi ia langsung berjalan mendekati piano dan duduk di atas kursi nya. Guru itu tersenyum "Baiklah, Kafindra memilih piano, jadi mari kita dengarkan bersama-sama"
Jemari laki-laki itu mulai bergerak menghasilkan nada-nada indah yang tak pernah terduga dari mereka semua. Ia berhasil membuat seluruh dari ruangan ini terus memperhatikan dirinya. Namun, di pertengahan ia malah teringat pada sang Ibu, seketika gerakan jemari nya langsung berhenti.
Mereka bingung karena Kafindra tiba-tiba saja berhenti. "Ada apa, Kafin? Kenapa kamu berhenti?" sang Guru.
Kafindra terdiam, ia memandangi kedua tangan nya, lalu sedetik kemudian ia berdiri menatap Ibu Guru.
"Maaf Bu, saya permisi ke toilet sebentar" Ucap nya dan langsung pergi.
Kafindra tidak menyadari kalau Adara sudah memperhatikan dirinya sejak tadi di balik jendela. Bahkan ia kembali teringat saat ia berhenti di depan ruangan ini karena seseorang memainkan melodi yang sama seperti waktu itu. Tak salah lagi kalau dia lah orang nya, Kafindra Argacean.
☆☆☆☆
Anak laki-laki itu terduduk di bangku taman sendirian. Ia sengaja pergi dari kelas karena dada nya terasa sesak. Entah kenapa jemari nya memilih melodi tadi yang sudah pasti akan mengingatkan dirinya pada hari yang buruk dan penuh penyesalan itu.
Kejadian nya saat ia berpamitan dengan sang Ibu untuk mengikuti acara penting di sekolah nya dahulu. Ia menyesal kenapa dulu ia harus mementingkan rasa cinta nya terhadap musik dibanding menemani Ibu nya yang sedang merintih menahan sakit.
Ia anak yang egois, mungkin kalau ia tidak mengikuti acara itu dan tetap tinggal di rumah sakit, pasti tidak akan pernah terjadi hal seperti ini. Semenjak kejadian itu, Kafindra sudah tak ingin bermain musik lagi namun Ayah nya tak pernah mendengarkan.
Dzai sangat keras, Ayah nya itu tak suka di bantah apalagi menolak keinginan nya karena itu, justru akan membuat Kafindra dalam masalah.
Tak terasa ternyata bel pulang sudah berbunyi. Ia membolos selama tiga les. Kafindra masih tak bergerak, ia duduk seraya memandangi satu per satu manusia lain yang berlaluan.
Sudah tak ada lagi yang tersisa barulah ia kembali ke kelas mengambil tas dan ingin pulang. Di jalan pulang, ia melihat motor Arka tak jauh di depan. Laki-laki itu sedang tidak bersama dengan Adara. Entah kenapa ia malah ingin mengikuti kemana Arka pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKA MAVENDRA (SELESAI)
JugendliteraturKata orang cinta habis di masa lalu itu tidak ada. Namun, bagaimana dengan Arka, ia berusaha keluar dari masa lalu nya yang begitu pilu dan sangat menyakitkan. Di dalam hidup Arka hanya memiliki satu kebahagiaan dan satu satunya cinta yang ia punya...