44.Di Persimpangan Dilema

33 1 0
                                    

Kafindra terduduk di atas bangku panjang khas rumah sakit. Sebuah kertas berada di tangan kiri lalu satu amplop putih ada di tangan yang satu nya lagi. Dokter memberikan kertas dan amplop itu setelah mereka berdua selesai berbicara di dalam ruangan.

Jika ingin di hitung, Kafindra sudah membaca seluruh isi dari surat itu sebanyak tiga kali namun dirinya kembali mengulangi nya seperti sekarang ini. Ia terdiam beberapa kali saat dokter tadi menjelaskan padanya.

Grafik-grafik itu sangat menakuti dirinya. Dokter meminta Kafindra agar membawa Arka kembali ke rumah sakit untuk melakukan tes dan pemeriksaan sekali lagi. Ia juga menjelaskan bahwa kondisi Arka tidak seperti apa yang laki-laki itu pikirkan.

"Untuk lebih jelasnya, kamu harus bisa membawa Arka kembali ke sini dan melakukan tes. Kertas itu adalah keterangan dari kondisi terakhir Arka"

"Satu-satunya cara terbaik kita adalah dengan terus melakukan hemodialisis"

"Tapi apa itu bisa menyembuhkan Arka, Dok? Atau mungkin nggak harus sembuh total juga enggak apa-apa setidaknya dia bisa sehat lagi, Dok"

Kali ini Kafindra benar-benar berharap agar satu keajaiban bisa laki-laki itu dapatkan. Dokter itu tersenyum tetapi itu pasti memiliki arti, Kafindra meremas kuat jemari-jemari nya.

"Kita semua pasti selalu berharap yang terbaik Kafin, begitu juga saya sebagai seorang Dokter yang bertemu banyak pasien dengan harapan berbeda-beda"

"Nanti setelah kamu pulang ke rumah, coba kamu bicarakan lagi dengan kakak kamu Arka, karena dia sangat harus melakukan ini" Tegas Dokter itu.

☆☆☆☆

"Ngelamun terus dari tadi, kenapa?"

"Thanks minum nyaa" Ucap Daniel.

Arlan hanya mengangkat kedua alis sebagai jawaban lalu kembali menatap seorang bocah dari kelas sepuluh yang berani masuk circle para abang ini.

Karena tidak ada reaksi apapun alhasil Arlan duduk di sebelah Kafindra. Anak itu hanya diam saat semua orang tengah sibuk minum banyak air dingin karena mabuk berat akibat melihat soal-soal ujian berbahasa Inggris.

Termasuk Daniel, ia sudah habis tiga botol minuman dingin namun pusing nya masih belum mereda. Sementara Kafindra menyelesaikan seluruh soal dengan rekor tercepat karena baginya bahasa Inggris itu sangat mudah.

Apalagi selama enam belas tahun ia sudah tinggal di negara berbahasa Inggris itu, jadi ia tak butuh banyak waktu. Berbeda dengan Daniel si anak asli Surabaya dan Jeano si produk campuran Bali tapi kental Bandung.

"Lo berdua aja sih yang bug nya lama"

Sindir Arlan pada kedua orang itu.

"Tapi gue beneran bingung sumpah"

"Bingung kenapa?" Jeano menanggapi.

"Katanya semua soal yang keluar itu dari yang kita pelajari di sekolah tapi kok.. ini beneran lo tau nggak?" Daniel menjeda sebentar seraya tertawa.

Arlan dan Jeano saling memandang.

"Sepanjang gue liatin tuh soal ye kan, gue bilang anjayy terus.. HAHAHAHA"

"HAHAHA BENER TUHH? KETAUAN BANGET DONG GOBLOK NYA HAHAHA"

Mereka tertawa karena candaan Daniel dan Jeano. Ngomong-ngomong Arka baru saja datang selagi mereka bercanda. Ia mengambil duduk tepat di sebelah Jeano yang menghadap pada Kafindra. Anak itu malah mengubah posisi duduk nya agar tak berhadapan dengan Arka, Arlan secara diam-diam memperhatikan interaksi keduanya.

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang