37.Hari Bersamanya

50 1 0
                                    

Jam pelajaran sudah hampir di mulai sebentar lagi tetapi Adara masih menunggu balasan pesan dari Arka yang tak kunjung aktif sejak semalam. Ia sudah menelfon beberapa kali namun tetap tidak di angkat, entah di mana Arka sekarang. Adara langsung menutup handphone nya karena guru itu sudah memasuki kelas mereka.

Sementara itu, di ruangan lain ada Arlan yang sibuk mengirimi pesan pada Arka, sahabat nya itu tak ada kabar sama sekali. Daniel dan Jeano juga ikut mencari bahkan pagi tadi mereka sempat singgah ke rumah laki-laki itu namun ia tak ada di sana.

"Arlan"

Laki-laki itu berbalik serempak dengan kedua orang lagi, Daniel juga Jeano.

"Udah ada kabar tentang Arka, nggak?"

Adara menunjukkan layar handphone nya pada Arlan. Layar itu tertera nama Arka tetapi kali ini sungguh tidak bisa di hubungi, handphone nya mati.

"Ini baru aja? Bentar gue check dulu"

Daniel lebih dulu mengecek di handphone milik nya, ternyata memang benar. Mereka bertiga saling bertatapan. "Gue nggak tahu lagi sebenarnya apa yang terjadi sama dia belakangan ini" Kata Arlan.

"Gue rasa ada yang nggak beres. Kalau nggak salah, gue sempat denger kalau perusahaan bokap nya lagi bermasalah.. gue juga nggak tahu entah ini nyambung sama Arka sekarang atau enggak" Ucap Jeano menjelaskan.

"Hm.. gini aja Dar, gue, Daniel sama Jeano bakal nyari tahu tentang ini tapi lo tenang aja, gue yakin Arka nggak kenapa-napa. Kita bakal ngabarin kalau salah satu nya ketemu sama dia"

Adara sempat ragu namun ia mencoba untuk tetap berpikir jernih. "Aku juga harus ikut nyari Arka" Tegas Adara.

"Tapi Dar, lo.." Daniel hendak bicara.

"Please. Aku juga harus tahu keadaan nya, biarin aku ikut kali ini" Arlan tampak berpikir "Pasti ada yang nggak beres, Arka butuh seseorang yang bisa ngerti keadaan nya" Adara memohon.

Alhasil Arlan mengangguk mengerti, siapa lagi yang Arka miliki selain Adara sekarang. "Walaupun begitu kita semua bakal nyari sama-sama"

Mereka semua setuju dan berpencar. Karena hari sudah mulai sore, akan ada banyak siswa di tempat-tempat tertentu tetapi Adara tahu kalau Arka tidak akan pergi kesana, laki-laki itu memilih tempat yang tenang dan sepi.

☆☆☆☆

"Hei nak. Kenapa kamu tidur di sini?"

Seorang kakek menyentuh pundak nya sontak ia membuka mata dan melihat ke sekeliling. "Sepertinya kamu tidur di sini semalaman" Kakek itu menyodorkan sebotol air mineral.

"Apa dia Ibumu?" Kakek itu menunjuk makam yang ada di belakang Arka.

"Seandainya Ibumu masih hidup, hati nya pasti akan sangat sedih melihat mu seperti ini, jadi pulanglah sekarang"

Arka hanya diam, ia memandangi makam itu. "Baiklah, kalau kamu memang tidak mau tapi coba pikirkan mereka yang mencari mu di sana"

Kakek itu tersenyum dan beranjak pergi setelah mengusap pundak Arka sekali lagi. Ia menonaktifkan mode pesawat, ada banyak panggilan dan pesan. Jari nya menggeser satu nama, Dzai juga menelfon sebanyak tiga kali.

Kini ia duduk sendirian di bangku panjang berwarna putih tepat di depan pemakaman. Saat mengangkat kepala, seseorang berdiri di depan nya.

Arka menghela nafas pelan seraya membuang pandangan ke arah lain. Sementara orang itu terus saja memperhatikan dirinya.

"Hp lo nggak ada guna nya ya"

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang