20.Untuk Mama

33 1 0
                                    

Arka baru saja pulang entah darimana karena yang jelas nya laki-laki itu meninggalkan sekolah saat jam pelajaran belum berakhir. Ia pergi entah kemana kemudian pulang ketika jam dinding sudah menunjukkan pukul 21.20. Tidak tahu apa penyebab hati nya resah dan terasa sakit. Padahal tadi pagi ia masih baik-baik saja bahkan tadi ia juga sempat mengikuti Arlan yang ikut rapat dengan anggota osis lainnya.

Memang tidak ada yang bisa merasakan apa yang kita rasakan selain diri sendiri oleh sebab itu Arka memilih menghilang dan pergi kemana pun arah angin membawanya. Di perjalanan, Arka terus melajukan motor nya dengan kecepatan tinggi karena itulah pengendara lain mengumpat karena saking ngebutnya laki-laki itu mengendarai motor.

Arka kembali pada rumah yang ia anggap sebagai penjara. Itu benar, karena ini memang tak pantas di sebut rumah. Sejak kecil ia tetap tinggal di bangunan ini seorang diri tanpa siapapun yang menemani. Rasanya sampai sekarang hukuman hidup nya belum selesai. Kalian bayangkan saja seorang anak kecil di tinggal sendirian di dalam rumah sebesar ini tanpa siapapun yang memperhatikannya tumbuh sampai sebesar ini.

Anak kecil yang pada saat itu belum mengerti apa itu dunia dan kejam nya kehidupan. Dipaksa dewasa oleh keadaan yang bahkan kebanyakan anak anak di umur seperti itu masih bermain dengan mainan nya tapi Arka, ia malah harus menguatkan diri untuk menjalani kehidupan yang sama sekali tidak baik.

Tanpa orang tua dan tanpa perhatian dari mereka ia masih bisa berdiri sendiri. Anak yang masih membutuhkan perhatian serta kasih sayang dari seorang Ibu dan sampai sekarang Arka tidak pernah mendapatkan nya. Dimana ia bisa membeli kasih sayang dari seorang Ibu?

Ayah nya memang tak melepaskan tanggung jawab atas Arka jadi walaupun ia berada di luar negeri asisten nya yang mengurus semua kebutuhan Arka di sini. Namun, hal itu juga sama sekali tidak memiliki arti apapun untuk seorang anak karena tanpa kasih sayang bagaimana anak itu bisa tumbuh dengan baik. Arka tetap memiliki seorang Ayah tapi laki-laki itu tidak memerankan apapun sebagai Ayah untuk putra nya sendiri.

Arka berjalan melewati ruang tv dan berjalan dengan cepat menaiki anak tangga untuk sampai ke kamar nya. Dengan seragam sekolah yang sudah berantakan serta dasi yang sudah tak melilit di lehernya. Sebelum membuka pintu kamar, Arka sempat bersandar di pintu berwarna cokelat itu untuk beberapa saat. Ia mengusap wajah nya lelah setelah itu masuk ke kamar.

Arka melemparkan asal tas nya kemudian di susul oleh sepatu dan setelah itu ia berbaring di atas ranjang. Pandangan nya menatap langit kamar lalu ia mendengus kesal. Bisakah Arka mendapatkan sedikit kebahagiaan walau dengan waktu yang singkat? Tidak masalah tetapi ia menginginkan hal itu dalam hidup nya yang tak sempurna ini.

Kemudian ia bangkit lalu duduk di atas ranjang. Kamar ini hanya biasa biasa saja karena tidak ada hal yang menarik atau bahkan bisa di lihat. Tidak ada apapun karena hanya ada lampu tidur saja dan meja belajar di sudut kamar.

Arka juga tidak memiliki foto keluarga untuk di pajang dalam rumah nya. Jangankan foto keluarga, foto sang Ibu juga ia tidak punya tapi jangan tanyakan tentang sang Ayah karena Arka tidak mau foto laki-laki itu di pajang di rumah nya. Ia paling benci apapun yang menyangkut dan berbau sang Ayah. Benar benar benci.

"Ma.. dalam hidup kenapa aku cuma punya kenangan mu saat aku masih kecil? Apa Mama tahu kalau aku hidup sendiri tanpa Papa?" Arka mengusap wajah nya. Bohong kalau ia tidak merindukan sosok Ibu yang melahirkan dan tinggal bersama nya dulu.

"Aku butuh sosok Mama disini. Tolong berikan pelukan singkat untuk anak laki-laki ini karena dia sangat membutuhkan nya sekali saja"

Arka menahan air mata nya agar tak jatuh, ia tidak boleh lemah hanya karena hal itu saja. Tapi bisakah permintaan nya ini di kabulkan? Tidak apa-apa walau hanya sebentar saja.

ARKA MAVENDRA (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang